Kita tahu, teknologi begitu sangat mempermudah kita dalam pekerjaan maupun untuk kehidupan  sosial. Jika dahulu memerlukan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan sesuatu, maka  sekarang sekarang hanya dalam hitungan menit. Jika dahulu sangat sulit menemukan teman lama sekarang bisa dipertemukan  melalui media sosial .
Namun kemajuan ini punya dampak tersendiri bagi masyarakat. Sebagaian besar masyarakat tidak mengetahui lebih jauh soal digital termasuk media sosial. Sebagian lagi sedikit tahu tapi cenderung tidak peduli terhadap dampaknya.
Mekanisme kerja media sosial sering tidak difahami oleh awam, sedangkan sebagian orang teknologi informasi yang mungkin paham mekanisme kerjanya cenderung tidak membagikan tipsnya kepada masyarakat. Akibatnya masyakat menjadi tidak tahu, tidak sadar dan akhirnya terdampak media sosial tersebut.
Kita ambil contoh ketika pra pilpres kita dikejutkan oleh berita bahwa ada beberapa container kertas suara yang berada di pelabuhan sudah dalam keaadaan tercoblos pasangan capres dan cawapres tertentu, padahal pemilu belum digelar.Â
Ini menimbulkan polemic yang luar biasa bagi masyarakat, sedangkanpemberi informasi sebenarnya tengah melakukan kampanye hitam untuk menjatuhkan pelaksanaan pemilu di Indonesia. Kertas suara yang tercoblos itu sebenarnya adalah halusinasi penyebar isu tersebut untuk 'dimakan' oleh masyarakat.
Contoh lain yang tidak mungkin dilupakan masyarakat Indoensia adalah kebohongan yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet. Wajah lebamnya dikatakan sebagai upaya penganiayaan oleh sekelompok orang tak dikenal, tapi belakangan ternyata adalah luka pasca operasi plastic di wajahnya. Padahal kabar bahwa dia dianiaya oleh sekelompok orang sudah menyebar dengan cepat di media sosial.
Yang paling mutahir adalah adanya raja-raja baru yang merupakan kepanjangan kerjaan masa lalu seperti Majapahit dan kerajaan Pajajaran, yang merupakan karangan orang-orang yang tak bertanggungjawab untuk tujuan pribadi mereka sendiri.Â
Yang menyedihkan adalah ternyata banyak orang terperdaya oleh raja-raja itu karena dinilai sebagai jalan keluar bagi kesulitan yang mereka hadapi saat ini.
Tiga contoh ini adalah contoh yang paling riil untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar harus bisa melihat realitas dengan benar dan tidak hanya percaya media sosial atau kata orang.Â
Salah satu upaya melihat realitas dengan benar adalah mampu mengolah akal sehat kita apakah sebuah fenomena ini masuk akal atau tidak. Rasionalitas sangat penting di zaman ini.
Karena itu, mungkin seperti seorang cendekiawan muslim prnah menulis sebuah buka yang berjudul saring sebelum sharing , yang artinya kita harus bisa memfilter konten-konten yang kita miliki belum membagikannya kepada public. Dengan demikian kita bisa menjaga akal sehat kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H