Mohon tunggu...
Rita Kum
Rita Kum Mohon Tunggu... Pramusaji - Pramusaji

Perempuang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Persekutuan yang Tidak Suci

1 Agustus 2018   03:42 Diperbarui: 1 Agustus 2018   07:41 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalaupun pada akhirnya Prabowo menunjukkan sikap tegas terkait pencalonannya,  yakni menerima kesepakatan internal Gerindra, dirinya lagi-lagi terlihat galau manakala bicara tentang sosok cawapres.

Tentu dirinya ingin maju dengan amunisi penuh di pinggang dengan harapan bisa membombardir 'musuh' di medan tempur. Karena memang ini menjadi pertaruhan kredibilitas terakhirnya di panggung politik.

Kiranya  sangat kecil kemungkinan, orang-orang yang mengelu-elukannya akan tetap bersikap sama jika lagi-lagi kegagalan menghadangnya. Jadi sosok cawapres menjadi amat penting baginya. 

SBY sejatinya sudah menekankan bahwa memilih cawapres adalah prerogatif  capres. Tapi kenyataannya, Prabowo tetap tak bisa segera tenang.  

Agaknya, lantaran jejaring telik sandi atau instingnya mengatakan, kendati DNA keduanya, Prabowo dan SBY sama-sama militer,  misi koalisi tidaklah akan sesempurna yang dibayangkan.

Itu  jualah jawaban mengapa SBY terkesan cuek dan 'membiarkan' Prabowo  menghadapi tekanan parpol lain, dalam koalisi itu, soal cawapres. SBY bahkan tampak cenderung memilih untuk duduk manis, mungkin, sambil mengatur strategi untuk 2024.

Toh, menang atau kalah koalisi di 2019, tiket untuk menghantar putra mahkota yang sudah kian matang, di periode  mendatang, sudah dalam genggaman SBY.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun