Mohon tunggu...
Rita Zahara
Rita Zahara Mohon Tunggu... Konsultan - Researcher

Belajar merupakan proses yang bermanfaat bagi individu dan khalayak ramai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Orangtua Bijak Generasi Sehat

24 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 24 Oktober 2022   06:11 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagi orang tua, anak merupakan amanah yang diberikan oleh tuhan. Namun dalam sebuah rumah tangga hubungan orang tua, tidak hanya sekedar dengan anak. Orang tua terlebih dahulu memiliki hubungan antar pasangan yang sering disebut sebagai suami-istri. 

Meski anak merupakan karunia yang sangat besar yang tuhan titipkan, tidak jarang ada orang tua yang rela mengorbankan hidupnya demi anak atau malah sebaliknya, hidup anak demi orang tua. Fakta yang terjadi ketika orang tua acap kali berselisih paham antara satu dengan yang lainnya yang bahkan melibatkan kekerasan fisik. 

Dimana jika dilihat lebih jauh rumah tangga sudah tidak layak dipertahankan. Namun salah satu atau kedua orang tua tetap berpegang teguh untuk berada dalam satu lingkungan yang sama. 

Dan memilih untuk tetap melakukan perselisihan sepanjang hidupnya yang senantiasa di tonton oleh anak-anaknya. Atau bahkan anak-anak juga sering merasakan tindakan abiusif baik verbal maupun tindakan.

Perkara yang kemudian terjadi adalah, orang tua merasa menyesal melakukan hal tersebut kepada si anak, namun di lain kesempatan juga orang tua kembali melakukan hal yang sama secara berulang kali selama bertahun-tahun. Bagi para orangtua yang tetap bertahan pada posisi ini, mereka merasa telah berjuang untuk kebahagian anak-anak mereka. Namun, apakah fakta nya demikian?

Dalam permasalahan seperti ini, seakan orang tua merasa bertahan demi mempertahankan anak-anaknya. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah anak-anak akan cenderung memiliki mental yang sangat tidak sehat. 

Bahkan sering kita temui banyak anak-anak yang tumbuh dilingkungan keluarga yang senantiasa tidak harmonis cenderung memiliki rasa empati dan simpatik yang sangat minim. Dan hal ini akan berdampak pada mental anak ketika mereka beranjak remaja dan bahkan dewasa. 

Dimana mereka akan cenderung mudah dalam melakukan kejahatan tanpa merasa bersalah atas tindakan yang tidak benar baik menurut norma hukum, agama maupun sosial yang ada disekitar mereka. Dan bahkan hal buruk lainnya juga sangat besar peluangnya bagi anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang toxic. Hal ini dapat kita lihat secara mendalam pada banyak kasus kejahatan yang oleh rasa trauma di masa lalu oleh para pelaku.

Sehingga bagi kita orang tua sangat diharapkan kebijaksanaan dalam bersikap, sehingga generasi yang dihasilkan nantinya adalah generasi yang dapat melindungi satu sama lain diantara masyarakat. Sehingga tingkat keamanan dan kenyamanan di Indonesia akan semakin membaik seiring berkembangnya pola asuh yang benar dan tepat.(Rz)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun