Mohon tunggu...
Rita Yuni
Rita Yuni Mohon Tunggu... -

cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Emak Iyoh dan Beras Campuran

8 November 2013   18:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:25 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kemana aja sih neng? Saya dan bapaknya lagi cari rumah emak.Muka emak iyoh yang sudah kisut terlihat bengong mendengar jawaban dari Dina.

“Emang cari rumah buat siapa neng Bapaknya mau beli rumah emak.Kami mau pindah.Emang kenape di sini?Ngga betah neng? Betah emak! Bapaknya pingin punya halaman rumah dan jalanan yang masuk mobil.

Raut mukanya terlihat sedih.Apa yang membuat ia sangat sedih itu,selama ini Emak Iyoh adalah nenek yang selalu ceria dan rajin.Diusianya yang tujuh puluh tiga tahun ia masih bisa mencari uang.Dari bantu-bantu orang sampai jualan di sekolahan sd.Dina aga cemas dengan melihat emak Iyoh seperti ini.

“Emak,sakit ya ? Ngga neng.Emak Cuma susah buang air besar neng.”Makanya emak banyak makan sayuran dan buah.Emak Iyoh hanya tersenyum saja dengan saran Dina.”Ya,udah emak pulang dulu,makasih nih berasnya.”Ini emak sayuran dan buahnya sekalian dibawa.”Alhamdulillah,biar berkah ya neng.

Emak Iyoh langsung buru-buru pulang karena takut kehujan,diluar awan sudah gelap sekali.Rumahnya tidak jauh dari Dina membuat mereka cukup akrab.Sejak tiga tahun Dina tinggal di sini emak Iyoh orang paling rajin membantunya,walaupun ia sudah tua.Setelah suaminya lari meninggalkanya,ia harus menjadi tulang pungung keluarganya dan mengurus anak perumpuan satu-satunya yang masih kecil dan keterbelakangan,diusianya lima puluh lima tahun tingkah lakunya masih seperti anak kecil.

“Emak sakit,kok ngga pernah main kerumah? Hampir dua minggu emak Iyoh ngga main kerumahnya,Dina sangat cemas takut  si emak sakit. “Nggak neng,emak sekarang gosok baju di perumahan komplek.”Jadi belum sempat main kerumah.”Oh…?!  gitu emak.”Emak sambil masak nasi nih,kasih Titin belum makan. Emak mengajak Dina kedapur.

Emak iyoh mengambil beras yang bertakaran masing-masing setengah gelas air mineral dari dua kantong plastik lalu memasukanya ke dalam panci.Dan buru-buru mencucinya untuk di masak, suara tangisan Titin semakin keras karena lapar.Emak Iyoh begitu sayang sama Titin sampai-sampai ia ingin meninggal dunia kalau Titin meninggal duluan.

“Selama,eneng tinggal disini emak bisa masak nasi berasnya di campur. “Emang kenapa emak, di campur.”Kalau beras raskin semua nasinya keras dan Titin susah buang air besar.Sepiring nasi dan penyedap rasa adalah menu Titin hari ini.Sejak saat itu Dina memberikan sepuluh liter tiap bulanny, agar emak ngga masak nasi dengan beras campur.

“Ini,neng emak bikini nasi timbel dan pepes peda ke sukaan eneng.”Emak makasih banget…! selama enam bulan ini Titin sama emak bisa makan pakai nasi pulen.”Moga-moga Titin bahagia disana.Dan emak langsung memeluk Dina sambil pamitan pulang.Dina pikir sore itu emak hanya sedih karena seminggu yang lalu Titin meninggal karena kanker otak, ternyata itu adalah pertemuan terakhir ia sama emak Iyoh.Jam 19.00 ba’da isyah emak Iyoh meninggal dunia untuk menyusul Titin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun