KRI Nanggala (402), juga dikenal sebagai Nanggala II, merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra Tipe 209/1300. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur. Kapal selam terus menangkap imajinasi perencana Angkatan Laut dan masyarakat umum. Mereka dipandang sebagai pengganda kekuatan, terutama untuk militer yang lebih lemah, yang berfungsi sebagai lawan asimetris untuk musuh yang lebih kuat.
The "Silent Service", demikian julukan pasukan kapal selam, dianggap elit dari Angkatan Laut mana pun, yang merupakan pencegah masa damai yang signifikan dan kemampuan tempur. Selama beberapa dekade, ketika Asia Tenggara memulai serentetan proliferasi kapal selam, telah ada peringatan tentang potensi kemungkinan insiden.
Insiden KRI Nanggala-402 adalah kecelakaan kapal selam pertama di Asia Tenggara. Pada tanggal 21 april 2021 pukul 03.00 WITA KRI nanggala-402 mulai melaksanakan proses menyelam. Saat itu kapal KRI Nanggala-402 masih terlihat Oleh Sea Rider Kopaska bagian dari kapal selam. Tampak saat proses menyelam yaitu periskop dan lampu pengenal dari KRI Nanggala-402. Pada sekitar pukul 05.15 WITA KRI Nanggala-402 belum muncul dan komunikasi tidak terjalin. Sehingga pada 05.16 WITA dilaksanakan prosedur sublook.
Pada tanggal 21 sampai 25 April proses pencarian ini memakan waktu Kemudian pada tanggal 24 April pukul 15.00, TNI AL menyatakan bahwa KRI Nanggala-402 dinyatakan subsunk (tenggelam). Kemudian tanggal 25 April pukul 09.04 WITA ROV KRI rigel dan MV swift reescue milik singapura mendapat kontak visual dari KRI Nanggala-402 pada kedalaman 838 meter.
Panglima TNI Hadi Tjahjanto pada tanggal 25 April pukul 18.00 WITA memberikan pernyataan resmi bahwasanya KRI Nanggala-402 tenggelam dan mengakibatkan 53 prajuritnya gugur dalam latihan ini hal itu ditetapkan berdasarkan sejumlah bukti otentik yang ditemukan. Â Tenggelamnya KRI Nanggala-402 menyisakan duka mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) TNI Yudo Margono menjelaskan KRI Nanggala-420 pada hari ini, Minggu (25/4/2021) 2021 pada pukul 01.00 WITA terdeteksi oleh KRI Rigel yang sedang melaksanakan multibeam echosounder dan pertama kali diketahui pada kedalaman 800 meter. Kemudian, karena peralatan KRI Rigel yang terbatas, pencarian dibantu MV swift rescue bantuan dari Singapura, dan mendapatkan identifikasi pada 07.30 WITA. ROV Singapura mendapati bagian-bagian dari KRI Nanggala. Dia menyebutkan KRI Nanggala-402 terbelah menjadi tiga bagian.
Yudo Margono mengatakan bahwa KRI Nanggala-402 tenggelam terjadi bukan karena terjadi "Human Error" melainkan karena faktor alam. Menurutnya, proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang benar. Selain itu, kata Kasal mengatakan bahwa saat menyelam juga diketahui lampu kapal masih menyala semua. Hal ini berarti tidak terjadi blackout, namun saat menyelam, kontak dari kapal langsung hilang dan nantinya akan diinvestigasi.
Beliau menambahkan bahwa pada Tahun 2012, KRI Nanggala overhaul di Korea, setelah di Indonesia sudah dilaksanakan tingkat perbaikan. Baik dari pemeliharaan menengah hingga pemeriksaan rutin. Kata dia, sebelumnya KRI Nanggala sudah sempat berlayar dan latihan pada 12 April 2021 melaksanakan latihan penembakan torpedo.
Saat terjadinya tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 ada 10 negara menawarkan bantuan untuk mencari keberadaan kapal selam yang tenggelam di perairan utara Bali itu negara-negara tetangga ikut serta membantu Indonesia untuk mencari kapal selam KRI Nanggala-402 mereka terdiri dari Singapura, Malaysia, Amerika, Australia, Jerman, Perancis, Rusia, Turki, Thailand, India. Yang sudah confirm baru Singapura dan Malaysia. Selain tawaran bantuan dari berbagai negara, Indonesia sendiri telah mengerahkan seluruh kekuatan untuk melakukan pencarian KRI Nanggala 402. Saat ini sudah dikerahkan untuk pencarian yakni KRI REM, KRI GNR dan KRI DPN dengan menggunakan sinar aktif dengan metode Cordon CORDON 2000 yrds. Namun hasilnya masih nihil. Juga dikerahkan dengan helikopter untuk melakukan pencarian. Selain itu juga dikerahkan KRI Rigel (hidros) dari Jakarta dan KRI Rengat (satuan ranjau) untuk membantu pencarian menggunakan side scan sonar.
Manajemen Risiko ISO 31000 adalah standar internasional mempunyai prinsip -- prinsip, kerangka kerja dan proses untuk mengelola risiko. Dengan adanya ISO 31000 kita dapat mengidentifikasi risiko yang sedang terjadi pada KRI Nanggala 402. Terdapat menanalisa risiko yang terjadi pada KRI Nanggala 402 yang disebabkan faktor alam dengan kondisi tidak terprediksi. Dan ada evaluasi risiko untuk memperbaiki hal seperti yang di alami oleh KRI Nanggal 402 tidak terulang kembali.