Mohon tunggu...
Rita Riati Sahfitri
Rita Riati Sahfitri Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sosiologi 2016 Universitas Riau Tinggal di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ibu, Ayah Bolehkah Ku Pinjam Hatimu?

6 Desember 2017   19:15 Diperbarui: 6 Desember 2017   19:19 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu, ayah apa kabar?  Kalian sehat saja bukan?  Semoga Tuhan selalu memberi kalian kesehatan dan kebahagiaan hingga menuju hari tua kalian. 

Ibu, ayah bolehkah aku sedikit bercerita tentang kehidupan ku disini,  di kota ini. 

Bu,  yah kita memang orang desa yang berharap kesuksesan seperti mereka-mereka. 

Kini aku bukan lagi putri kecil kalian yang selalu kalian belai manja, kini aku bukan lagi anak sekolah yang kalian antar jemput ke Sekolah,  lihat lah kini Bu,  Yah aku sudah menuju dewasa, sekarang aku harus merantau dikota demi mengenakan sebuah toga dan meraih cita-cita. 

Sebelumnya aku sangat berterima kasih tak terhingga kepada kalian berdua,  yang telah bersusah payah mencari uang untuk memenuhi segala kebutuhanku dan demi melanjutkan pendidikan aku agar aku menjadi berguna.

Bu, aku ingin seperti ibu yang lemah lembut selalu tegar dan sabar menghadapi tingkah laku ku dari kecil hingga sekarang. Aku ingin seperti ibu yang selalu mengajarkanku arti kehidupan, sedari kecil engkau mengenalkanku baca tulis, Mengenalkanku alam, baik dan buruknya sesuatu.  Aku ingin seperti ibu yang sebenarnya lelah akan tetapi selalu engkau sembunyikan demi melihatnya tersenyum. Aku ingin punya hati selembutmu bu yang terkadang akupun sempat marah dan merajuk jika inginku tak kau turut, namun kau selalu memberikan yang terbaik semampumu. Ibu,  Tuhan memberimu hati yang tangguh menghadapiku yang luar biasa membandel ini.

Ayah,  aku ingin punya bahu sekuat bahumu, punya hati setangguh hatimu yah. Dibalik ketidakpedulianmu ternyata diam-diam kau sangat menyayangiku,  kau sering menanyakan keadaanku kepada ibu. Diam-diam kau adalah lelaki yang sangat menghawatirkanku jika aku kenapa-kenapa. Ayah aku ingin sehebat dirimu,  engkau ajarkan aku kuat menanggung beban hidup. Dan aku belajar arti kesabaran dan ketabahan darimu. Engkau adalah seorang yang selalu mengatakan ada disaat aku membutuhkan sesuatu,  padahal begitu banyak kebutuhanmu yang tak terpenuhi demi mendahulukan keinginanku. 

Ibu,  Ayah sungguh tak banyak yang bisa kutuliskan tentangmu, karena semua pengorbanan dan jasa kalian tidak cukup dijabarkan hanya dengan sebuah tulisan. Seperti yang aku tuliskan sebelumnya, aku hanya ingin sedikit bercerita tentang kehidupan ku menjadi perantau dikota ini. 

Ibu, Ayah. Awalnya aku merasa canggung disini,  takut tak mendapat teman, takut segala hal kriminal yang katanya begitu marak di kota.  Tapi aku berusaha menyesuaikan diri disini,  meski aku hanya dari desa, akhirnya aku pandai mencari teman bu, yah,  kalian tahu sendiri kan aku cukup cerewet dan mudah mendapat teman.  Ibu, Ayah ternyata tinggal dikota ini menyenangkan, akan tetapi banyak godaan-godaan yang mesti aku hadapi, aku tidak boleh terlalu mengikuti gaya hidup orang kota karna aku sadar disana kalian bersusah payah mencari rezeki untuk biaya kuliah ku. 

Tapi disini aku mulai tahu bu, yah mana yang teman palsu mana yang benar-benar teman yang baik. Dalam hal ini aku begitu tanggap menyikapinya dan mulai terbiasa. 

Tetapi bu, yah beberapa waktu ini aku begitu merasa kelelahan dan rasa ingin putus asa. Lelah bukan dalam hal tugas mata kuliah yang rasanya sulit, Jadwal kuliah yang padat terkadang membuat waktu istirahat ku terbatas. Tapi bukan itu bu bukan itu sama sekali yang membuatku lelah karna aku tahu Lelah yang kalian rasakan demi menyekolahkanku tidak sebanding dengan lelah itu. 

Ibu, Ayah hatiku lelah sungguh lelah menghadapi berbagai macam sifat manusia yang hidup dikota ini bu, mereka semua baik menurutku, tapi tidak semua baik itu dari hati mereka yang ikhlas bu, yah. Disini aku sangat sulit menemukan teman atau orang-orang yang ikhlas melakukan sesuatu untuk menolong bahkan untuk berteman saja bu, sungguh sangat sulit untuk kutemukan hal itu. Ibu, Ayah disini aku dituntut untuk terus bersabar dengan ekstra,bagiku itu tantangan besar, karena tidak jarang orang yang memanfaatkan kesabaranku ini bu. Maka dari itu aku ingin seperti kalian Ibu, ayah. 

Ibu ayah pinjamkan aku hati dan kekuatan yang kalian punya agar aku seperti kalian lebih baik menyikapi sesuatu. 



HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun