Mohon tunggu...
Rita Audriyanti
Rita Audriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Semoga tidak ada kata terlambat untuk menulis karena dengan menulis meninggalkan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Diaspora Melongok KAA Melalui Media

5 Mei 2015   17:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konferensi Asia Afrika(KAA) yang ke-60 sudah usai. Perhelatan multi bangsa itu telah tercatat menjadi lembar sejarah baru peradaban antar bangsa, khususnya bangsa di kawasan Asia dan Afrika. Gegap gempita dalam semangat bersama atas dasar kemerdekaan dan kemanusiaan, juga telah dicanangkan dalam berbagai macam orasi, prasasti dan janji. Wajah-wajah pemimpin bangsa, hadir dalam pemberitaan media, menjadi representasi kaumnya.

Indonesia sebagai tuan rumah, dan khususnya Bandung, telah menjadi tuan rumah yang ramah kepada para tamu, melayani dengan baik, memberi harapan dan mendorong kerja sama kepada anggota KAA agar menjadi bangsa yang percaya diri, serta nama Indonesia semakin bergaung di dunia internasional. Alhamdulillah, usai acara KAA ini, kita tidak mendengar cela yang ditinggalkan.

Sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di negeri orang, walau hanya bisa melongok melalui media masa, ikut bangga dan bersyukur  atas kesuksesan KAA yang telah berlangsung dari tanggal 19-24 April 2015 dengan tema "Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia" (Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity).

Sumber:thepresidentpostindonesia.com

Berkah KAA bagi Kota Bandung

Bandung yang sebagai kota lahirnya KAA tahun 1955 dan terus berlangsung setiap tahun, sepertinya bisa menjadi kota representasi negara-negara Asia Afrika. Bandung tidak hanya menjadi kota seremonial, apa lagi peringatan KAA sudah berlangsung sampai 60 kali, tentu sebagai bangsa kita mengharapkan Bandung menjadi "sesuatu" jika dikaitkan dengan kata Asia Afrika. Demografi, tata kota, cuaca atau penduduknya, boleh jadi menggambarkan rata-rata bangsa di kawasan Asia Afrika. Oleh karena itu, kita boleh berharap bahwa dari KAA, Bandung mendapat berkah dan potensi masa depan yang lebih baik.

KAA ke-60 berangsur-angsur ditinggalkan tapi tidak dilupakan. Bandung sebagai tuan rumah telah tercatat dalam sejarah peradaban bangsa Asia Afrika. Kata dan nama "Bandung" telah ikut pulang ke negeri masing-masing pemimpin dan wakil negara Asia Afrika.

Sementara di dalam negeri sendiri, beberapa sesi kegiatan KAA mendapat apresiasi dan tanggapan istimewa, diantaranya ketika penampilan permainan angklung yang didukung oleh 20 ribu pemain yang berlangsung di Stadion Siliwangi, telah memecahkan rekor MURI.

Selain itu, di sepanjang Jalan Asia Afrika, tercatat  nama-nama peserta Konferensi Asia Afrika Ke-60. Tentu saja hal ini  menambah daya tarik Kota Bandung sebagai kota bernuansa seni.

Bagi saya pribadi, begitu bahagia melihat melalui layar kaca, bagaimana pada sesi terakhir KAA para pemimpin dunia tersebut melakukan napak tilas  melalui Historical Walk dari Hotel Savoy Homann yang berjarak sekitar 50 meter menuju Gedung Merdeka. Suasana singkat tersebut menjadi harapan semua orang di dunia ini agar kedamaian menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga dunia dimana pun mereka berada. Tidak ada lagi perang, permusuhan, teror maupun ketakutan. Semua orang bisa berjalan santai dan gembira, seperti yang disimbolkan dari para pemimpin yang sedang melakukan napak tilas tersebut.

KAA sebagai Momentun Bandung Kembali menjadi Paris van Java

Peran cantik telah dimainkan oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Semangat KAA menjadi penambah adrenalin masyarakat dan pemerintah kota Bandung merobah dan membawa Bandung menjadi spesial, bukan artifisial. Kita dulu pernah menyaksikan Bandung dikenal sebagai Paris van Java. Bandung yang diselaraskan keindahannya bagai Kota Paris di benua Eropa sana. Namun sayangnya, kondisi tersebut sempat lenyap perlahan-lahan. Dan kini, sepertinya Bandung akan kembali meraih julukan itu kembali melalui momentum pasca KAA ke-60.

Untuk itu, peran pemerintah kota, propinsi dan lebih khusus warga Bandunglah yang menentukan, mau apa tidak. Sebab, kemauan harus diikuti dengan perobahan sikap dan cara pandang (mindset) dari warga pasif menjadi warga aktif, dari warga cuek menjadi warga peduli, dari sikap pesimis menjadi optimis Bandung bisa hebat, dari merasa bukan warga Bandung menjadi punya rasa memiliki, dan lain sebagainya.

Kalau julukan Bandung sebagai Paris van Java sudah tidak relevan lagi, ide yang sekarang sedang mencuat ke permukaan adalah menjadikan Bandung memiliki taman secantik Central Park New York dan KLCC Malaysia, sepertinya sesuatu yang bukan mustahil. Saya ikut bangga dan mendukung karena menikmati keindahan Taman KLCC, Kuala Lumpur, dimana berpadu dengan Mall Suria KLCC, membuat kita betah berlama-lama di sana. Selain ada air mancur menari, pohon-pohon yang rimbun, jogging track, arena bermain ana-anak berikut kolam renang yang gratis, lingkungan yang bersih dan tersedia air minum dari water tap, semua itu turut dijaga dengan disiplin warga masyarakat.

1430820181252487070
1430820181252487070
doc. pribadi

Jom Melancong ke Bandung

Semua orangpun sudah mengetahui bahwa Bandung merupakan destinasi warga Malaysia yang paling mereka sukai. Penerbangan berbiaya rendah, hadir setiap hari dari Bandara KLIA2 menuju Bandara Husein Sastranegara. Bagi pelancong negeri jiran ini, Bandung adalah sorga fesyen, kuliner, jalan-jalan dan belanja. Tak heran uang Ringgit pun beredar di Pasar Baru. Bagi turis Malaysia, khususnya puak Melayu, yang pertama penting bagi mereka adalah kemudahan mendapatkan makanan dan minum halal.

Teman saya, asli Kelantan, dalam rangka mempersiapkan acara pernikahan putrinya, ternyata ia berburu cenderamata, kartu undangan, pernak pernik kamar pengantin, dan bahan pakaian seragam resepsi pernikahan, semua dibelinya di Bandung. Alasannya murah, bagus dan kualitas baik.

Jadi, bagi saya, untuk memberi informasi lengkap kepada teman-teman warga asing tentang kunjungan ke Indonesia, cukup saya tunjukkan website "Indonesia Travel" dan khusus mengenai Bandung, bisa dicek di link ini: http://www.indonesia.travel/pesonabandung/

Dan bagi yang ingin tahu bagaimana komentar dan pendapat warga Malaysia yang sudah berkunjung ke Bandung, bisa juga mengamatinya melalui blog-blog pribadi mereka, meskipun perlu agak berkerut kening memahami Bahasa Melayu gaul mereka. :P

Last but not least, semoga Bandung semakin mendunia. Barvo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun