Mohon tunggu...
Rita Audriyanti
Rita Audriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Semoga tidak ada kata terlambat untuk menulis karena dengan menulis meninggalkan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Motoku: Merubah Hobi Menjadi Bisnis!

27 September 2013   19:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:18 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Merubah Hobi Menjadi Bisnis”. Itulah moto saya ketika masih tinggal di negeri para buruh migran, Arab Saudi.

Hidup di negeri tertutup dimana perempuan bekerja di domain publik merupakan sesuatu yang langka dan belum lazim, membuat saya berpikir keras, bagaimana caranya menaklukkan sang waktu agar tidak berlalu begitu saja. Sewaktu masih di tanah air, saya sudah terbiasa dengan segala macam kegiatan, termasuk kerja profesi. Terus karena mengikuti tugas suami, tahun 1998, segalanya menjadi berubah. Seolah-olah semua aktifitas dimulai dari nol lagi. Termasuk mencari teman.

Kegiatan pertama saya waktu itu adalah menulis. Menulis selain sudah bagian dari pekerjaan saya dulu, kegiatan ini ini juga bagian dari hobi saya. Saya menulis apa saja tentang keseharian. Berulang kali saya baca dan perbaiki, hingga suatu saat ketika kami pindah dari sana, akhir tahun 2011, salah satu topik yang saya tulis berubah menjadi buku dalam kategori Traveling yang diterbitkan oleh Grasindo, Agustus 2013. Judulnya: “Haji Koboi. Catatan Perjalanan Haji Backpacker”. Buku yang bercerita mengenai pengalaman unik berhaji kaum mukimin.

Sebelumnya, pada tahun 2003, saya juga mengisi waktu dengan menterjemahkan sebuah Bab dari bukunya Abu Bakar Jabir Al Jazairi, berjudul “Islamic Etiquette: a part from the minhaj al-muslim (the way of the muslim)“ yang kemudian menjadi judul buku “Mengenal Etika dan Akhlak Islam”, diterbitkan oleh Lentera.

Setelah itu, walaupun lebih banyak menceburkan diri dalam berbagai aktifitas sosial, saya mulai belajar melukis. Cita-cita saya satu saat bisa pameran dan menjual karya saya. Ini masih dalam proses dan agak terbengkalai oleh hobi lainnya.

Hobi saya yang ‘paling spektakuler’ benar-benar hasilnya langsung jadi duit, adalah ketika ide kreatif saya muncul saat melihat kain sorban orang Arab yang berwarna warni itu saya rubah menjadi sesuatu yang lain, berbeda, unik dan belum ada yang membuatnya. Hasilnya langsung mendapat sambutan.

Tutup kepala laki-laki di kawasan Timur Tengan ini disebut ‘Ghutrah, Hattah, Masyadah, Syemagh atau Khafiyeh‘ yang tadinya hanya hinggap di kepala atau penutup wajah dan dada saja, saya rubah menjadi baju perempuan (berupa Ponco dan dekorasi Abaya) dan tas makanan. Model baju dan tas makanan ini tentu bukan ide murni saya, melainkan terinspirasi oleh baju-baju yang lain yang mana materialnya saya rubah.

Foto: somalinet.com

Sebenarnya saya agak takut juga memulainya, takut dianggap nyeleneh dan melanggar tradisi, sorban laki-laki kok dibuat baju perempuan, bahkan tempat membawa makanan pula...hehehe. Oleh karena itu saya mengambil desain-desain Ghutrah khas Palestina, Syria, Yaman dan Dubai saja. Belum berani menggunakan desain Arab Saudi yang merah putih itu. Tapi seiring dengan berangsur-angsurnya keterbukaan disana, apa yang saya ciptakan itu ternyata tidak menjadi masalah, bahkan sampai akhirnya ide ini juga ditiru yang lain.

Mula-mula saya buat untuk diri sendiri, lalu ada respon dari beberapa teman dekat. Lama-lama saya memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak dengan menambah seorang tenaga penjahit untuk membantu produksi. Tugas saya mencari material, ide modelnya dan pemasaran. Hasilnya saya pasarkan kepada teman-teman sesama orang Indonesia dari mulut ke mulut, di arisan ibu-ibu, dan bazar rutin di komunitas orang asing di Jeddah.

13802854571609184995
13802854571609184995
Ponco Ghutrah (dok.pribadi)

Salah satu karya lain yang juga menghasilkan uang adalah kerja sama bisnis bersama kawan dekat. Lagi, sebagai ibu-ibu, saya dan seorang teman perempuan yang hobi bergaul dan berusaha mengisi sesuatu dalam pergaulan tersebut dengan sesuatu yang berujung uang, mendapat kepercayaan menjadi agen untuk menjual hiasan kulkas aliasFridge Magnet. Kebetulan desainnya lucu-lucu, unik dan kadang ada yang nyleneh pula. Desainnya seputar hal ihwal kearaban. Magnet Kulkas ini sangat diminati oleh kaum expat dan jamaah haji/umroh. Jika musim liburan sekolah tiba, baik di bazar sekolah maupun di komunitas asing, seperti di sekolah-sekolah internasional maupun organisasi wanita asing, magnet ini begitu laris manis.

13802857391999966007
13802857391999966007
Magnet Kulkas khas Arab. (dok.pribadi)

Tuh, khan....tidak ada alasan membiarkan hobi  sebagai kegiatan iseng belaka. Kalau ditekuni  dengan serius, hobi bisa membuat hati senang, ketrampilan bertambah dan dompet berisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun