Mohon tunggu...
Rita Audriyanti
Rita Audriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Semoga tidak ada kata terlambat untuk menulis karena dengan menulis meninggalkan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku dan Gemar Membaca: Gaya Hidup Empat Generasi

17 Oktober 2014   06:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:42 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara buku, saya jadi teringat mendiang almarhum ayahanda. Seingat saya dari kecil hingga beliau tiada, buku adalah bagian dari hidup beliau. Meskipun mulanya kami adalah keluarga besar yang sangat sederhana, membaca buku menjadi kewajiban hingga kebutuhan. Maklumlah, antara membeli buku dan bahan bacaan lainnya, berpacu dengan membeli sembako, di kala posisi ekonomi keluarga berada pada taraf yang terendah. Sampai akhirnya ekonomi keluarga semakin membaik namun maut merenggut beliau karena dimakan usia, sebuah perpustakaan mini menjadi warisan yang tak ternilai bagi kami anak-anak dan cucu-cucu.

Sumber: arifarifarif.mywapblog.com

Bacalah, kalian akan tahu dunia ini luas

Ayah yang seorang PNS menangani masalah pemuda dan olah raga, lebih banyak mengoleksi buku-buku sejarah, agama, politik dan ilmu pengetahuan populer. Sehabis beliau tamat membaca, kami anak-anaknya seakan "dipakasa" mendengarkan resume bacaan beliau. Suasana akan semakin seru dan asyik jika ayah mendapat lawan bicara. Salah seorang yang aku "sodorkan" untuk menjadi pendengar setia ayah adalah mantan pacar yang sekarang menjadi suamiku. Celoteh dan suara semangat ayah terasa kuat dalam dalam bentuk kebanggaan atau protes atas situasi sosial saat itu. Datanglah ibu mengingatkan agar jangan berlebihan.

Kepadaku ayah selalu meminjamkan buku-buku beratnya, seperti buku-buku karangan Pramudya Ananta Toer dan buku-buku HAMKA serta buku tentang adat Minangkabau. Untuk cucu-cunya beliau rajin membelikan berbagai buku ensiklopedia tentang hewan, tumbuhan, planet dan manusia. Selain itu, untuk yang lain, ayah memberikan anak-anaknya berlangganan majalah anak-anak dan remaja, dan majalah wanita untuk ibu.

Dari kegemaran membaca tersebut, sering membuat para cucu melamun dan membayangkan hal-hal dari bacaannya. Ada yng ingin jadi robot. Ada yang ingin ke bulan. Ada yang tangkas menjawab pertanyaan di sekolah karena sudah hafal di luar kepala buku-buku di rumah datuknya.

Walau tidak meninggalkan materi berlebihan, namun ayah telah mewariskan kegemaran membaca kepada kami. Ayah berhenti membaca ketika pikun mendera. Kalimat yang selalu terngiang di telingaku adalah agar kami menjadikan membaca sebagai kegemaran karena akan membuka cakrawala dan memberi tahu bahwa dunia ini ternyata luas.

Berjodoh dengan Si Kutu Buku

Masa perkenalan dengan calon suami, tidak banyak merepotkan. Bahkan doi sebagai sumber inspirasi dalam soal perbukuan. Sampai sekarang, apa saja yang bisa dibaca, pasti dibacanya. Koleksi buku keluarga kami sudah sangat banyak. Memang, dulu saya sempat menjadi dosen belasan tahun, sehingga membaca dan memiliki buku sendiri nyaris sebagai kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Setelah itu, saya selektif memilih buku. Kadang saya malu sendiri ketika pendapat saya bisa terpatahkan karena ada pendapat suami yang lebih rasional dan pas. Sering juga saya kagum kalau dia begitu mudah nyambung dengan berbagai topik dan info ketika berbicara dengan lawan bicaranya, baik kenalan atau orang baru. Semua itu tentu buah dari hobi membaca. Dan buah yang paling amazing adalah ketika suamiku bisa sekolah gratis melalui beasiswa ke luar negeri dengan modal membaca dan latihan soal di perpustakaan di sebuah tempat kursus bahasa Inggeris yang terkenal di zamannya.

Dan saya sendiri, apa yang saya dapat dari membaca? Setelah tidak bekerja lagi, lalu mengikuti kepindahan suami bertugas ke negeri lain, alhamdulillah, beberapa buku dan tulisan lepas berhasil membunuh waktu luangku.

14134763621504235172
14134763621504235172

sumber: wajahbocah.com

Warisan ke generasi berikutnya

Tidak berhenti pada generasi orangtuaku dan anaknya, tugas kami melanjutkan kepada generasi ke tiga yaitu kepada anak-anak kami. Beruntung sekolah mereka memiliki sistem yang baik sehingga membaca dan buku merupakan dua hal yang sangat mempengaruhi pola pikir dan pola pandang yang lebih sistematis dan baik daripada kami orangtuanya. Setidaknya lebih baik daripada aku ibunya. Buku dan aneka bacaan bukan beban apa lagi sebagai obat tidur. Tidak. Dengan bacaan mereka menjadi bertambah percaya diri dan sadar bahwa dunia ini adalah kampung besar yang layak dikunjungi.

Dan hari-hari ini, sebagai seorang nenek dari cucu kembar berusia lima bulan, saya menghadiahkan mereka sebuah buku bacaan yang cocok sebagai bacaan dan buku pertama mereka. Saya bangga bisa membacakan buku tersebut sambil memangku Si Kembar,  meskipun air liurnya sempat jatuh di halaman buku....hehehe

Akhirnya, saya bersyukur, empat generasi telah menjadikan buku sebagai pembuka tabir lautan ilmu, meluaskan cakrawala dan meningkatkan rasa percaya diri.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun