Mohon tunggu...
Rita Amalia
Rita Amalia Mohon Tunggu... Lainnya - Blog mahasiswa

sama-sama belajar ya...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tips Membangun Kerjasama antara Orang Tua dan Guru di Sekolah Inklusi

10 Juli 2021   08:51 Diperbarui: 10 Juli 2021   08:54 3409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kerja sama merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang secara bersama oleh kedua belah pihak dalam rangka mencapai tujuan bersama (Arifiyanti, 2015). Sehingga dalam kegiatan kerjasama dibutuhkan kedua belah pihak yang memiliki tujuan yang sama, ketika menjalin kerjasama namun kedua belah pihak tidak seide atau memiliki tujuan yang berbeda maka akan terjadi masalah dalam hubungannya. 

Orang tua dan guru merupakan suatu peran yang sangat penting dalam mendukung perkembangan anak baik secara fisik maupun sosial. hubungan kerjasama yang dilakukan orang tua dan guru bertujuan untuk mengikuti sejauh mana perkembangan anak mereka di sekolah.

 Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Blue-Banning dkk ia menyebutkan bahwa kerjasama yang efektif antara sekolah dan orang tua ditandai dengan keterlibatan keluarga dalam meraih tujuan bersama, yaitu untuk perkembangan optimal anak. 

Agar hubungan kerjasama terjalin dengan baik, orang tua harus menerima dukungan dari sekolah berupa pengetahuan dan sarana yang bisa mendorong orang tua untuk berpartisipasi penuh sebagai mitra kerja sekolah, dan pihak sekolah menerima masukan dari keluarga yang dapat mendukung mereka untuk mengajar dan memfasilitasi belajar anak secara lebih efektif. 

Keberhasilan anak ditentukan hubungan kerjasama yang baik dari orang tuanya dan guru disekolah. Karena dengan kerjasama guru dan orang tua yang saling pengertian dan bantu membantu akan meningkatkan prestasi belajar anak. Untuk menciptakan hal tersebut ada beberapa hal yang harus ditempuh guru dan orang tua, diantaranya adalah : 

1)Mengadakan pertemuan pada hari penerimaan siswa baru dan sekaligus membuat komitmen. 

2)Mengadakan surat menyurat antara orang tua dan guru. 

3)Adanya daftar nilai rapor 

4)Kunjungan guru ke rumah siswa atau sebaliknya. 

5)Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil kerja siswa. 

6)Mendirikan perkumpulan antara orang tua dan guru. 

Dalam melakukan kerjasama salah satu kuncinya adalah menjalin komunikasi yang baik. Untuk mencapainya, orang tua dan guru harus memperhatika prinsip komunikasi. C.L Wilson dalam ( Heward, 2013) menjelaskan bahwa terdapat 5 prinsip komunikasi antara sekolah dan orang tua peserta didik berkebutuhan khusus, diantaranya: 1.Menerima pernyataan orang tua Segala bentuk informasi dari orangtua ABK harus dihargai guru. Karena ketika orang tua merasa dihargai maka dapat terbuka untuk mengutarakan tentang kendala si anak, sehingga dengan demikian sekolah akan mampu menyampaikan perkembangan si anak dan saling berdiskusi untuk sama-sama mengambil jalan keluar mengatasi masalah/ kendala anak tersebut. 2.Mendengarkan dengan aktif Pendengar yang baik akan memberikan perhatian dan respon terkait pembicaraan yang berlangsung. Dengan demikian Sekolah harus mendengarkan dengan aktif sehingga dapat faham atas keberatan orang tua yang mungkin timbul atas usulan program dari sekolah, serta orang tua perlu mendengarkan dengan aktif supaya paham pelaksanaan program baik disekolah maupun dirumah. Sehingga apabila terdapat tidak sepaham akan dicarikan solusi bersama agar dapat menjalankan program tersebut. 3.Bertanya dengan afektif Saat mewawancarai wali murid, sekolah hendaknya menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga jawaban dapat informatif dan deskriptif. Sekolah juga harus dapat menjaga rahasia keluarga jika ada, sehingga inti yang dibahas hanya tertuju pada alasan utama terjadi masalah yang kemudian dibuatkan program bersama orangtua dan nantinya akan dijalankan bersama dengan orangtua dan sekolah. 4.Memberikan dukungan Orangtua wajib mendengarkan berita tentang perkembangan si anak. Sekolah wajib menyampaikan apa adanya hasil pencapaian si anak selama belajar. 5.Fokus pada perkembangan anak berkebutuhan khusus Awal berbicara harus terdapat bahasan untuk mencairkan suasana, kemudian baru menuju pembahasan tentang perkembangan peserta didik. Namun, dalam hubungan kerjasama antara orang tua dan guru tidak terlepas dari masalah atau hambatan yang meghalangi hubungan kerjasama. Hambatan tersebut dapat berasal dari sekolah ataupun dari pihak orang tua. Berikut adalah beberapa hambatan yang bisa saja terjadi dalam kerjasama antara orang tua dan guru, diantaranya: A.Hambatan dari pihak sekolah 1.Sikap Guru Sebagian guru memiliki pandangan yang salah jika keluarga yang berpenghasilan rendah kurang berminat pada pendidikan anaknya dibanding dengan yang berpengasilan tinggi. Namun hal ini tidak sepenuhnya benar berdasarkan penelitian yang diungkapkan oleh Evans dan Hines menunjukkan orangtua berpenghasilan rendah bukan kurang berinat pada pendidikan anak, melainkan ketidakpastian waktu yang mereka miliki yang menjadi penghalang mereka untuk menghadiri acara sekolah atau membantu anak belajar di rumah. 2.Tidak banyak guru yang memiliki keyakinan dapat memberikan perubahan pada pemahaman orang tua Dalam hubungan kerjasama dengan orang tua guru terlihat tidak yakin untuk melibatkan orangtua di sekolah. Hal ini disebabkan karena guru beranggapan bahwa dialah yang lebih efektif untuk mendidik anak di sekolah. Pandangan guru terhadap orangtua meliputi anggapan, pemikiran dan keluhan yang mereka rasakan adalah sebagai berikut: a.Orangtua tidak dilatih secara efektif dengan anak ketika di kelas. Pihak sekolah beranggapan bahwa tidak ada gunanya memberikan waktu untuk melatih orangtua. b.Mengundang orangtua untuk ke sekolah dirasa sulit oleh guru. c.Orangtua tidak menghadiri acara di sekolah karena mereka benar-benar tidak mengerti mengapa mereka hsrud terlibat. d.Orangtua sering dikatakan tidak dapat dipercaya ketika membuat rencana. e.Orangtua yang bekerja belum tentu dapat berpartisipasi menciptakan masalah khusus pada perencanaan program. B.Hambatan dari pandangan orang tua Slamet Suyanto menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menghambat kerjasama orangtua dengan sekolah adalah orangtua tidak berbuat banyak dan guru jauh lebih berkompeten di bidangnya. (Slamat Suyanto, 2005). Oleh Karena itu, mereka tidak begitu mengurusi program yang terjadi di sekolah. Orangtua juga mengidentifikasi tiga hambatan yang menjadi penghalang mereka untuk terlibat yaitu tuntutan waktu, kurangnya pengetahuan dan lingkungan sekolah. 1.Waktu menjadi hal pertama yang menghambat keterlibatan orangtua di sekolah atau mendampingi anak belajar di rumah. Orangtua merasa kesulitan mengatur waktu yang tepat agar dapat terlibat dalam pendidikan anak. 2.Kurangnya pengetahuan. Hal utama pada keterlibatan orangtua adalah komunikasi antara orangtua dan guru. Orangtua harus mengetahui perkembangan belajar dari anaknya dan sehingga mengetahui hasil belajar anaknya dari hari ke hari, sehingga orangtua dapat memberikan kritik dan saran kepada guru. 3.Lingkungan sekolah. Anak berasal dari keluarga yang berbeda, sehingga memiliki pengalaman yang berbeda, seperti dari keluarga yang miskin dan dalam kesehariannya kurang berinteraksi dengan keluarga, sekolah atau masyarakat. Orangtua dari anak yang mengalami pengalaman tersebut memiliki pendidikan yang terbatas, hal ini menyebabkan mereka salah paham dan kahwatir dengan lingkungan sekolah. Dalam mengatasi hambatan yang terjadi ada beberapa upaya yang dilakukan agar hubungan kerjasama antara orang tua dapat terjalin dengan baik, diantaranya adalah (1) memperbaiki cara pandang guru terhadap orang tua, guru harus bisa berperasangka baik terhadap orang tua, begitupun sebaliknya. (2) Memberikan pengetahuan dan keterampilan pada guru terkait kerjasama dengan orangtua. (3) Menggunakan metode yang tepat untuk berkomunikasi dengan orangtua. Guru harus merubah sikap untuk menghormati dan menyadari keuntungan menjalin kerjasama dengan orangtua. Mereka perlu memahami jika keberadaan orangtua di sekolah bukan untuk menghakimi pengajaran yang mereka lakukan, tetapi untuk menyediakan pendampingan atau mitra dalam mendidik anak. Sekolah perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang ada pada diri orangtua siswa, seperti budaya, ras, pendidikan dan bahkan sosial ekonomi mereka. DAPUS Arifiyanti, Nurul. 2015. Kerjasama Antara Sekolah dan Orang Tua Siswa di Tk Se-Kelurahan Triharjo Sleman. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Heward, W.T. 2013. Exceptional Children: an Introduction to Special Education, 10th ed. Boston: Pearson Education, Inc Slamet Suyanto. (2005) Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun