Dalam kehidupan ini, manusia cenderung lebih menyukai hal yang pasti. Seperti kepastian nilai suatu tes, hubungan, dan masa depan. Namun tidak dapat dihindari justru ketidakpastian-lah yang sering datang menghampiri. Perasaan tidak pasti memang selalu tak menyenangkan bahkan dapat mendatangkan kegelisahan. Tak heran jika ketidakpastian ini menjadi momok yang mengerikan dalam hidup. Padahal justru ketidakpastian-lah yang menjadikan hidup semakin menarik.
Coba Anda bayangkan; jika Anda sudah pasti lulus suatu tes, apakah itu membuat Anda semangat untuk belajar? Jika Anda sudah pasti menjadi orang kaya, apakah Anda semangat untuk bekerja? Jika Anda sudah pasti akan menikahi orang yang Anda cintai, apakah Anda memiliki semangat untuk berjuang? Jawabannya tergantung dari bagaimana cara Anda melihat sebuah ketidakpastian ini.
Ketidakpastian ini terjadi di semua bidang kehidupan. Salah satu contoh ketidakpastian yang belakangan beredar di masyarakat luas adalah mengenai melemahnya ekonomi negara akibat virus Corona. Saat ini di Indonesia dan belahan dunia lainnya sedang mengalami masa sulit akibat adanya Virus Corona atau dikenal dengan Covid-19 yang muncul sejak awal Desember 2019 di Wuhan, China.Â
Peristiwa ini membawa kerugian yang dampaknya signifikan dalam keseharian kita dan juga membawa ketidakpastian dalam berbagai bidang. Misalnya, di sektor industri pariwisata dan perhotelan, maskapai penerbangan, manufaktur otomotif dan lain sebagainya. Banyaknya perusahaan yang mengalami kerugian juga membuat sektor ekonomi melemah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai representasi dari tren pasar atau indikator dari kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung di Indonesia mengalami penurunan drastis dalam beberapa pekan terakhir, dimana nilai IHSG menyentuh level 3.989,517 per tanggal 23 Maret 2020. Penurunan ini terjadi lagi setelah 8 tahun silam dimana pada Juni 2012 IHSG berada di level 3.955,58. Penurunan harga saham ini juga bersifat global, mengingat jangkauan Covid-19 yang juga semakin luas. Adanya ketidakpastian nilai IHSG menimbulkan kekhawatiran bagi para investor karena dampaknya yang juga merugikan mereka.
Pada titik inilah banyak investor yang jatuh dalam ketidaksabaran. Mereka cenderung mengambil jalan pintas seperti menarik uang mereka dalam jumlah besar supaya tidak rugi terlalu dalam. Tindakan tersebut sangat berdampak pada stabilitas sistem keuangan negara. Terganggunya stabilitas sistem keuangan ini dapat berujung pada krisis. Sejarah mengajarkan bahwa memulihkan keadaan pasca krisis memakan waktu yang cukup lama dan juga biaya yang cukup besar.
Untuk itu, kebijakan makroprudensial sangat penting dilakukan guna menjaga stabilitas sistem keuangan. Kebijakan yang ditujukan untuk mendorong terpeliharanya sistem keuangan dilaksanakan melalui identifikasi sumber risiko sistemik, pengawasan makroprudensial, respons kebijakan, dan protokol manajemen krisis. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) merupakan tugas bersama dari keempat lembaga yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan mandat yang diberikan kepada masing -- masing lembaga.
KSSK terdiri dari Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Gangguan eksternal (internasional) dan internal (domestik) yang dapat menggangu stabilitas sistem keuangan ini dapat datang kapan saja. Maka sangat diperlukan sinergi dari keempat lembaga tersebut agar dapat mengatasi gangguan yang dimaksud. Sebagai salah satu bentuk akuntabilitas dan transparansi pelaksanaan tugas dan wewenang di bidang makroprudensial, Bank Indonesia menerbitkan Kajian Stabilitas Sistem Keuangan yang dapat diakses melalui bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-stabilitas.
Menjaga stabilitas sistem keuangan bukan semata-mata tugas institusi tersebut. Masyarakat luas sebagai pelaku pasar juga memiliki tanggung jawab menjaga SSK bersama dengan KSSK. Lantas bagaimana upaya yang dapat dilakukan masyarakat demi menjaga stabilitas sistem keuangan negara? Berikut ulasannya:
Peran masyarakat dalam menjaga stabilitas keuangan negara dapat dilakukan dengan berperilaku cerdas dan bersikap kritis terhadap segala ketidakpastian yang muncul. Perilaku cerdas yang dapat kita lakukan adalah:
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan
Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya SSK terhadap kemajuan bangsa. Pada hakikatnya, SSK ini berfungsi untuk mengalirkan dana dari pihak surplus kepada pihak yang mengalami defisit. Sebagai contoh yaitu bank yang memberikan pinjaman kepada pengusaha kecil maupun masyarakat. Di situasi sulit seperti saat ini, masyarakat yang tidak memiliki kesadaran akan pentingnya SSK justru akan membuat tidak terciptanya stabilitas sistem keuangan. Jika SSK ini tidak dapat terjaga, maka kita harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk; krisis. Penjelasan mengenai penyebab terjadinya krisis dapat dilihat pada video di bawah ini:
2. Mengedukasi diri dengan informasi yang baik, benar, dan bermanfaat.
Dalam situasi penuh ketidakpastian ini, sangat penting bagi masyarakat untuk menyaring informasi yang ada. Masyarakat berperilaku cerdas tentu dapat membedakan antara fakta dengan asumsi belaka. Membaca berita yang informatif dan edukatif merupakan salah satu cara kita untuk dapat berpikir positif. Sedangkan mmebaca berita yang cenderung negatif hanya akan menimbulkan kegelisahan yang berdampak pada perilaku masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Kepanikan massal akan hadir jika masyarakat tidak cerdas dan juga bijak dalam menyebarluaskan sebuah informasi, yang akhirnya akan memunculkan pandangan keliru lainnya.
3. Tidak melalukan penarikan dana secara masif di bank (rush money)
Kondisi penarikan dana besar-besaran biasanya terjadi karena masyarakat memiliki kekhawatiran akan bangkrutnya bank tempat mereka menabung. Rush money ini mereka lakukan dengan asumsi agar terhindar dari kerugian. Alih-alih terhindar dari kerugian, justru kita akan merasakan dampak yang lebih serius dari rush money ini, yaitu jatuhnya sistem perekonomian. Institusi perbankan memiliki peran untuk memutar uang yang ada di perusahaan mereka. Dalam artian, tidak semua uang nasabah di simpan dalam bentuk tunai. Ada yang disimpan dalam bentuk pinjaman, investasi, atau aset berbunga lainnya.
Tindakan penarikan uang secara masif di bank justru akan membuat bank menjual aset-aset yang dimiliki agar bisa mendapatkan uang tunai untuk nasabahnya. Hal ini akan membuat bank menjual cepat aset yang dimilikinya sehingga mengalami penurunan nilai. Tindakan rush money sejatinya hanya akan membuat kepercayaan semu bangkrutnya sebuah bank menjadi kenyataan pahit, karena justru tindakan itulah yang membuat bank mengalami kebangkrutan.
4. Tidak melakukan tindakan panic buying
Panic buying merupakan tindakan membeli sejumlah barang secara berlebihan yang dipicu oleh rasa panik akibat suatu bencana. Panic buying hanya dapat dirasakan oleh kelas menengah ke atas yang dapat membeli barang dalam jumlah yang banyak sekaligus. Tindakan ini jelas membuat banyak produk menjadi langka dan mengalami kenaikan harga yang akhirnya banyak dari masyarakat kelas menengah ke bawah menjadi korbannya.
5. Tidak melakukan panic selling
Aksi penjualan yang dilakukan oleh investor di pasar modal dengan nilai yang lebih rendah disebut panic selling. Tidak sedikit masyarakat yang menaruh kekayaannya pada instrumen saham, atau yang dikenal sebagai investasi. Dunia investasi penuh dengan ketidakpastian. Akan selalu ada perubahan yang tak terduga, bahkan tidak dapat ditebak sekalipun oleh investor profesional.
Adanya ketidakpastian harga saham setiap harinya sangat meresahkan banyak investor. Namun tidak bagi investor yang cerdas. Alih-alih menjual semua sahamnya dengan nilai yang lebih rendah (cut loss) agar terhindar dari kerugian berinvestasi, investor cerdas justru akan membiarkan saham  mereka tetap berada di tempatnya.
Panic selling tidak lagi mengacu kepada pertimbangan teknikal dan fundamental melainkan hanya unsur psikologis dari rasa panik yang berlebihan. Ini  dapat mengakibatkan turunnya nilai IHSG yang mana berdampak pada kelemahan sistem perekonomian negara.
5 Perilaku cerdas tersebut dapat kita lakukan sebagai upaya menjaga kebijakan makroprudensial yang dapat menjamin stabilitas sistem keuangan negara. Kita dapat bersama --sama bersinergi dengan pemerintah agar terciptanya stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian yang sedang berlangsung akibat pandemik Covid-19 ini.
Lantas apakah sebuah ketidakpastian ini adalah sebuah hal yang bersifat negatif?
Ada pepatah yang mengatakan bahwa satu -- satunya hal yang pasti di dunia ini adalah sebuah ketidakpastian itu sendiri.Â
Arvan Pradiansyah, seorang motivator Leadership and Happiness mengungkapkan bahwa nama lain dari ketidakpastian adalah kemungkinan. Yang artinya di dalam kemungkinan akan selalu ada kesempatan. Apakah Anda akan menjadi seorang direktur? Jawabannya, mungkin iya, tapi tidak pasti. Apakah Anda akan menjadi orang kaya? Jawabannya mungkin iya, namun masih belum pasti. Nah adanya kemungkinan -- kemungkinan itu, maka ketidakpastian bukan lagi menjadi momok mengerikan. Kita hanya perlu untuk mengubah cara pandang terhadap sesuatu. Karena segala sesuatu yang terjadi di hidup ini merupakan hasil pemikiran kita sendiri.
Di tengah ketidakpastian ekonomi yang sedang terjadi saat ini, penting untuk kita sebagai pelaku pasar untuk mengendalikan diri dalam bertindak. Sehingga kita bisa bersinergi bersama dengan pemerintah untuk menciptakan perekonomian yang kuat dan menjamin stabilitas sistem keuangan yang ada. Mari bersama kita ciptakan kemungkinan di tengah ketidakpastian dengan menjadi masyarakat yang berperilaku cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H