Mohon tunggu...
Rita Yuliana
Rita Yuliana Mohon Tunggu... Polisi - Polisi Wanita Indonesia

| Rastra Sewakottama | Polisi Republik Indonesia adalah abdi utama nusa dan bangsa |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah Ikan Kecil dan Keinginan Papuq (Nenek)

4 Februari 2021   09:27 Diperbarui: 4 Februari 2021   17:34 1860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip sebuah kisah inspiratif yang menyatakan bahwa pada suatu hari seorang ibu dan anaknya sedang bercerita sambil menyusuri sungai yang indah di daerah pegunungan. Dia pun berkata kepada sang anak, "Lihatlah adek, air itu sangat penting untuk hidup kita, tanpanya kita akan mati".

Tanpa sadar, di dalam air terdapat salah satu ekor ikan kecil yang ternyata dapat mendengarkan percakapan tersebut.

Mengetahui hal itu sang ikan gundah gulana dan terus mencari tahu apa yang dimaksud dengan perkataan kedua manusia itu.

Dia pun berjalan disetiap sisi sungai, mulai dari hulu sampai dengan hilir, hampir setiap ikan yang ditemuinya ditanyakan dengan hal yang sama, "Apakah kamu tahu di mana air?", tadi di sana aku mendengarkan percakapan kedua manusia bahwa, "tanpa air, kita akan mati".

Singkat cerita, tidak ada satu pun yang dapat menjawab pertanyaan sang ikan, dia pun semakin panik, sembari mencari rekan lainnya yang lebih dewasa.

Hingga suatu ketika dia bertemu dengan ikan yang lebih tua dan berkata: "Apakah kamu tahu di mana air?", aku mendengar perkataan manusia bahwa, "tanpa air kita akan mati".

Saya telah berkeliling, tiada satu pun yang dapat menjawab pertanyaanku pada hari ini. Dengan tenang dan lugas Ikan yang lebih tua tersebut menjawab: "Hai, ikan kecil, jangan pernah gelisah, air yang kamu tanyakan adalah tempat hidupmu saat ini yang kamu tidak menyadarinya.

Memanglah benar apa yang dikatakan manusia itu, tanpa air, kita akan mati.

Bahagia yang sederhana

Banjir bandang di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, setidaknya telah merendam enam desa diantaranya adalah Desa Sekotong Barat, Desa Palagan, Desa Buwun Mas, Desa Cendi Manik, Desa Sekotong Tengah dan Desa Taman Baru (Lombok post, 2021). Hal itu disebabkan oleh karena curah hujan yang tinggi, dan berdampak terhadap aliran sungai meluap yang masuk ke pesawahan dan pemukiman warga.

Saya dan Papuq Kebul | Satlantas Lobar
Saya dan Papuq Kebul | Satlantas Lobar

Namun, di ujung sana, di tengah pandemi dan musibah banjir yang melanda, ada hikmah yang dapat di ambil, salah satunya kisah yang dapat mengispirasi kita. 

Ibu Kebul, seorang papuq (nenek) berusia 75 tahun dari dusun Empol Utara, Desa Cendi Manik, Lombok Barat, merupakan salah satu profil wanita yang patut diapresiasi. Jiwanya yang Tangguh meski harus tinggal bersama cucunya ditempat tinggal yang sudah kurang layak, merupakan salah satu sisi di mana kita patut bersyukur dengan kondisi yang ada pada diri kita saat ini.

Kehadiran kami pada waktu itu di Sekotong sedikit memberikan kegembiraan kepada papuq Kebul, meskipun hanya sedikit bantuan berupa sembako yang tentunya tidak dapat dikonsumsi dalam waktu yang cukup lama. Namun, ada satu hal yang membuat saya haru, beliau hanya menuturkan untuk dapat bertemu kami dan dapat bersapa serta diminta untuk datang ke rumahnya yang terdampak bencana.

Saya menyapa Papuq di rumah beliau | Satlantas Lobar
Saya menyapa Papuq di rumah beliau | Satlantas Lobar
Sesederhana itulah kebahagiaan bagi papuq. Tidak malu walau rumahnya kurang layak dan tetap ramah serta rendah hati saat ditemui. Tidak ada keluh kesah dari beliau, yang kami lihat justru sebaliknya, kegembiraan terasa saat kami menyapa. Tidak banyak yang papuq Kebul minta, hanya ingin sekadar berbincang untuk meringankan beban hidupnya.

Hikmah dibalik bencana

Cerita singkat di atas mengandung pesan bahwa terkadang kita mengalami kondisi di mana ikan kecil ada pada diri kita.

Kita berusaha keras untuk mencapai kehidupan yang ideal dan bahagia dengan berbagai cara. Padahal kita sedang menjalani proses kebahagiaan asalkan dilandasi dengan rasa syukur penuh hikmah dalam setiap tahapannya.

Bahkan, yang menyedihkan, kita tidak menyadarinya bahwa setiap episode hidup merupakan kebahagiaan. Kita hanya butuh waktu dan upaya untuk mengerti dan memahami.

Lihatlah papuq Kebul, walaupun masalah datang melanda hingga memporak-porandakan rumahnya, meskipun berbagai ujian telah dilaluinya serta berat untuk dihadapi, semuanya akan luruh jika dilalui dengan dengan ikhlas serta kesabaran.

Hanya satu keinginan papuq, menyapa dan berbicang di rumahnya.

Bravo Polri

copyright@RY2021

Rujukan | 1 | 2 | 3 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun