Mengutip sebuah kisah inspiratif yang menyatakan bahwa pada suatu hari seorang ibu dan anaknya sedang bercerita sambil menyusuri sungai yang indah di daerah pegunungan. Dia pun berkata kepada sang anak, "Lihatlah adek, air itu sangat penting untuk hidup kita, tanpanya kita akan mati".
Tanpa sadar, di dalam air terdapat salah satu ekor ikan kecil yang ternyata dapat mendengarkan percakapan tersebut.
Mengetahui hal itu sang ikan gundah gulana dan terus mencari tahu apa yang dimaksud dengan perkataan kedua manusia itu.
Dia pun berjalan disetiap sisi sungai, mulai dari hulu sampai dengan hilir, hampir setiap ikan yang ditemuinya ditanyakan dengan hal yang sama, "Apakah kamu tahu di mana air?", tadi di sana aku mendengarkan percakapan kedua manusia bahwa, "tanpa air, kita akan mati".
Singkat cerita, tidak ada satu pun yang dapat menjawab pertanyaan sang ikan, dia pun semakin panik, sembari mencari rekan lainnya yang lebih dewasa.
Hingga suatu ketika dia bertemu dengan ikan yang lebih tua dan berkata: "Apakah kamu tahu di mana air?", aku mendengar perkataan manusia bahwa, "tanpa air kita akan mati".
Saya telah berkeliling, tiada satu pun yang dapat menjawab pertanyaanku pada hari ini. Dengan tenang dan lugas Ikan yang lebih tua tersebut menjawab: "Hai, ikan kecil, jangan pernah gelisah, air yang kamu tanyakan adalah tempat hidupmu saat ini yang kamu tidak menyadarinya.
Memanglah benar apa yang dikatakan manusia itu, tanpa air, kita akan mati.
Bahagia yang sederhana
Banjir bandang di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, setidaknya telah merendam enam desa diantaranya adalah Desa Sekotong Barat, Desa Palagan, Desa Buwun Mas, Desa Cendi Manik, Desa Sekotong Tengah dan Desa Taman Baru (Lombok post, 2021). Hal itu disebabkan oleh karena curah hujan yang tinggi, dan berdampak terhadap aliran sungai meluap yang masuk ke pesawahan dan pemukiman warga.