Mama tersayang, belum pernah aku menulis surat untukmu, mungkin engkau juga tidak akan pernah membaca surat ini, tapi tetap akan kutulis, karena banyak hal yang tidak pernah dan tidak berani kuceritakan.
Mama, aku ingin mohon ampun padamu, sejak aku menjauh dari sisimu untuk membina keluarga baruku, sejak saat itu juga aku telah menjadi anak yang durhaka.
Mungkin engkau tidak pernah tau, betapa seringnya aku berbohong padamu dan memberikan senyum dan tawa palsu agar engkau beranggapan aku-anakmu baik-baik saja. Sampai saat inipun itu masih tetap berlanjut.
Bukan maksudku untuk berbohong padamu Mama, aku tidak tega melihatmu bersedih karena aku, aku juga tidak ingin engkau mengkhawatirkan aku, karena aku harus bertanggung jawab atas pilihanku sendiri.
Aku tahu engkau akan mendukungku jika tahu masalah sebenarnya, tapi aku juga tahu seberapa besar harapanmu untukku dan aku tidak tega menghancurkan harapan itu.
Engkau pasti marah jika tahu masalah yang sedang dan selama ini kuhadapi, tapi percayalah mama, yang harus disalahkan hanya diriku sendiri, bukan salah Mama atau siapapun, aku tahu, semua ini adalah salahku sendiri, karena aku membiarkanku hal ini terjadi padaku.
Jika suatu hari nanti, engkau menerima surat ini, itu berarti aku sudah tidak bisa menahan semuanya lagi. Mungkin aku pergi jauh, tapi percayalah Mama, jika aku mengambil keputusan itu, berarti pertahanan terakhirku sudah rubuh.Â
Hanya melalui surat aku berani menemuimu, betapa banyak dan berat dosaku padamu, tidak akan bisa kutebus sampai kapanpun.
Maafkan anakmu yang belum bisa membahagiakanmu. Mudah-mudahan surat ini tidak pernah sampai ketanganmu Mama, karena kalau itu terjadi berarti sudah tidak Ada lagi jalan keluar bagiku.
Percayalah Mama, aku sayang sekali padamu, walaupun aku tahu engkau sering heran mengapa aku sering acuh menghadapimu, aku hanya takut perisaiku runtuh dan aku akan menangis dan mengadu padamu.
Hanya sampai disini aku sanggup menulis surat ini, doaku selalu untukmu Mama, semoga engkau bisa memaafkanku........Â