Setiap orang pasti memiliki masa lalu di masa kecil, entah yang baik atau buruk. Membahagiakan atau menyakitkan. Berbahagialah jika masa kecilmu diliputi kebahagiaan.
Masa kecilku sama seperti kehidupan anak-anak pada umumnya, bermain dan belajar. Akan tetapi, tak banyak orang tahu ada ruang kosong di sudut hati. Sejak kecil aku sudah merasakan kehilangan yang membuat hidupku merasa tidak sempurna, tidak seperti teman-teman sebaya. Aku harus kehilangan sosok central setelah ibu, sosok yang seharusnya selalu berada di samping, tetapi justru berada di samping yang lain. Seharusnya kami berada di rumah berkumpul bersama, tapi malah berkumpul bersama di dalam rumah yang lain.
Kehilangan salah satu sosok central itu membuat aku tidak menjadi aku di kemudian hari, tepatnya ketika beranjak dewasa. Kesendirian, sepi, dan kesunyian telah menjadi teman akrab  sehari-hari. Terkadang, ada rasa iri yang menyempil saat melihat anak-anak yang memiliki dua sosok central dalam hidup mereka berjalan bersama. Beruntung sekali mereka!
Â
Well, kehilangan terbesar itu membuatku menjadi lebih kuat. Namun, acap kali membuatku menjadi murung jika teringat segala yang hilang dalam hidup. Ada beban yang begitu berat, dan aku selalu kebingungan bagaimana untuk mengurangi beban yang dipikul. Dewasa ini, keadaan semakin menindas hingga perasaan memiliki kehidupan tidak sempurna berhasil menimbulkan rasa minder dan cemas. Adakah yang sudi membersamai seorang gadis sepertiku? Apakah aku pantas untuknya? Â
Melalui sebuah perenungan aku mengerti, bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa selamanya bersama serta mulai memahami bila terus-menerus merasa tertindas oleh keadaan justru akan membuat diri ini semakin terpuruk, sejak saat itu aku mencoba untuk menikmati serta mensyukuri setiap detik napas yang berembus.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H