Siapa yang tidak mengenal angkringan? Sebuah tempat makan sederhana yang tidak hanya mengajikan cita rasa khas, namun juga memberikan sejuta cerita. Redaksi 'Historia' mengungkapkan cikal bakal angkringan bermula dari dagangan pikulan keliling khas Klaten yang diberi nama 'hik'.Â
Angkringan berasal dari kata 'nangkring' yang bermakna tempat istirahat sementara. Mulai dari pekerja yang mampir setelah mengucurkan keringat dari pagi hingga malam, sampai anak muda yang hanya sekedar ingin bercengkrama.
Pada awal tahun 90-an, angkringan mulai merebak di Kota Istimewa, Yogyakarta. Fenomena tersebut menjadikan angkringan sebagai salah satu alternatif wisata.Â
Angkringan Gimmick menjadi salah satu dari sekian banyak angkringan di Kota Jogja. Ia baru berdiri pada tahun 2020 lalu. Berlokasi di Jalan Seturan, Angkringan Gimmick merupakan hasil dari buah pikir pemuda resah yang ingin membentuk  tongkrongan namun sekaligus berbisnis.Â
Pemuda yang terdiri dari Jonathan, Daniel, Alan, dan Fakhri memberanikan diri untuk membuka angkringan di tengah terjangan pandemi. Tidak adanya pengalaman dalam membuka angkringan juga menjadi salah satu tantangan tersendiri.
"Kami membuka angkringan pada malam hari, karena emang target pasar kami itu mahasiswa yang pulang dari kampus sama temen-temen yang juga biasanya nongkrong malam-malam." ungkap Fakhri.
Pemilik dapat bertahan di tengah gempuran coffee shop yang menjamur dengan menawarkan alternatif tongkrongan murah, asik, dan suasana kekeluargaan. Hal tersebut didukung dengan pelayanan yang baik dan ramah.Â
 Angkringan Gimmick menyediakan jasa titip jual kepada siapapun yang ingin menitipkan makanannya. Dalam jasa titip, istilah jual lepas diterapkan. Hal ini digunakan agar penjualan maksimal, karena jika tidak habis terjual, makanan dikembalikan kepada penitip.Â
Untuk menjaga kualitas makanan, pemilik juga memilah setiap makanan yang dititipkan, mulai dari cita rasa hingga jenis makanan. Kemudian pemilik juga meminta saran pengunjung mengenai rasa dan penambahan jenis makanan baru untuk menjaga loyalitas pelanggan.Â
Seperti angkringan pada umumnya, Angkringan Gimmick menawarkan nasi kucing dengan lauk sambal teri dan tempe balado. Porsi yang ditawarkan cukup banyak hanya dengan harga Rp 3000. Untuk rasa, sambal teri tidak terlalu pedas dan tempe balado dominan rasa gurih.Â
Adapula sate-satean dengan harga Rp 2000 hingga Rp 3000, mulai dari sate usus, sate kulit, sate ati, sate bakso, telur puyuh, dan sosis. Terdapat juga bermacam gorengan seperti tempe dan bakwan.Â
Sate-sate disajikan dalam bentuk baceman, yaitu cara memasak dengan diungkep menggunakan gula merah. Cita rasa yang disajikan dominan manis dengan sedikit rasa gurih.Â
Angkringan Gimmick menyediakan jasa untuk membakar sate dan gorengan. Olesan kecap, mentega, dan sambal bawang dengan racikan spesial memperkaya cita rasa manis dan pedas didukung dengan aroma khas bakaran anglo.Â
"Rasa bakarannya enak, porsi juga banyak. Saya ke sini pengen cari alternatif tempat makan sambil nongkrong sama teman-teman juga." ucap Ardita, salah satu pelanggan setia Angkringan Gimmcik.
Untuk mengguyur kerongkongan setelah menyantap makanan, Angkringan Gimmick juga menyediakan berbagai minuman kemasan seperti Nutrisari dan kopi sachet. Sayangnya belum ada minuman otentik seperti susu jahe, wedang uwuh, maupun kopi jos.Â
Angkringan Gimmick dapat menjadi inspirasi bagi pemuda-pemuda untuk memulai bisnis. Ketekunan dan semangat dicurahkan untuk menghidupkan tradisi angkringan sebagai wadah untuk berdiskusi maupun hanya sekedar membicarakan cinta dan pertemanan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H