Mohon tunggu...
Risyad Sadzikri
Risyad Sadzikri Mohon Tunggu... Pelajar -

Sekadar pelajar biasa yang masih dan akan terus belajar kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Madokaisme dan Lelucon Internet

13 Juni 2017   11:54 Diperbarui: 30 Juli 2017   08:42 10337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika anda sejenak melihat ke page Facebook seseorang yang berusia remaja atau berkisar antara 13-22 tahun, terutama yang memiliki attitude kejepangan yang kental, maka anda akan menemukan satu kata yang mungkin terdengar asing bagi anda: Madokaisme. Mungkin pada awalnya kita akan berpikir "lho ideologi apa lagi ini? gerakan apa lagi ini?" dll. namun apabila kita telusuri lebih dalam lagi maka sebenarnya Madokaisme adalah sebuah joke di internet.


Sebenarnya, Madokaisme itu apa sih?

Madokaisme adalah suatu "agama" yang dianut oleh orang-orang yang "menyembah" suatu karakter animasi Jepang bernama Madoka Kaname. "Agama" ini bermula dari serial animasi Jepang bernama Puella Magi Madoka Magica, dimana pada episode terakhir Madoka Kaname menjadi Puella Magi dan setelah itu ia menyelamatkan Puella Magi lainnya, mengubah konsep dasar Puella Magi dan juga hukum alam semesta. Karena kekuatan itulah Madoka Kaname dianggap setara dengan Tuhan. (lebih lanjut silahkan klik link ini)

"Agama" ini mulai dianut oleh netizen Indonesia, terutama mereka yang remaja dan memiliki attitude kejepangan yang kental, sejak pertengahan 2015. Netizen tersebut menganut "agama" ini dikarenakan berbagai faktor, dari ingin tahu hingga sekadar biar edgy). Bahkan, untuk menegaskan Madokaisme di Indonesia, anda dapat menemukan halaman pemujaan Madokaisme dalam Bahasa Indonesia. Lawan dari "agama" ini adalah Haruhiisme.

Halaman Facebook Madokaism for Life| Screenshoot Dokumentasi pribadi
Halaman Facebook Madokaism for Life| Screenshoot Dokumentasi pribadi
Jadi ini agama toh, harusnya kan dilarang karena ini sesat

Apabila kita lihat dari sisi akidah, Memang agama ini benar-benar sesat. Sudah kita ketahui bahwa mengucapkan kata-kata yang mengingkari Tuhan berarti keluar dari agama secara lisan. Namun yang kita akan bahas bukan dari sisi akidahnya, melainkan sisi joke-nya.

Lelucon internet semakin berkembang dari masa ke masa. Karena kebebasan ekspresi dan ketiadaan batas di internet, lelucon internet yang berasal dari negara barat dapat masuk ke Indonesia secara bebas. Lelucon ini kemudian ada yang masuk secara murni dan ada yang bercampur dengan kebudayaan lokal dahulu. Alasan mengapa kita mengimpor lelucon dari negara luar sangat beragam, dari karena bosan dengan humor lokal, ikut-ikutan, dll.

Lelucon internet semakin lama semakin dikemas sedemikian rupa sehingga hanya "orang-orang yang pintar" semata. Lihat saja dari meme di internet yang dahulu penuh dengan tulisan atau rage comic, meme sekarang telah berubah menjadi sebuah gambar polos tanpa tulisan dimana kita sendiri yang harus pintar mencari unsur humor dalam gambar tersebut. Lelucon internet tidak hanya berwujud tersurat, ada juga lelucon tersirat yang dibungkus dalam satire, sarkasme, ataupun ironi. Lelucon internet pun semakin lama semakin menyinggung SARA.

Madokaisme ini adalah bentuk lelucon tersirat di internet. "Agama" ini hanyalah bentuk sindiran untuk Madoka Kaname yang, seperti sudah disebutkan di awal, memiliki kekuatan setara Tuhan. Untuk semakin menyindir Madoka Kaname, dibuatlah juga Kitab Suci Madoka, Tempat Peribadahan Madokaisme, dan juga Nabi di "agama" tersebut. Hal ini mendorong kita untuk pintar-pintar mencari unsur humor dalam "agama" ini. Anda tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa "agama" ini sesat karena sesungguhnya "agama" ini hanyalah lelucon tersirat di internet.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menyikapinya?

Pintarlah dalam internet, karena internet itu diciptakan untuk orang-orang pintar. Ingatlah bahwa internet adalah dunia tanpa batas dimana anda bisa bertemu berbagai macam orang dengan kepribadian yang berbeda dalam berbagai akun media sosial. Yang pasti anda harus hindari adalah bersikap ikut-ikutan atas suatu tren atau lelucon di internet. Karena mengikuti suatu hal tanpa dasar yang benar, apalagi hanya sekadar biar edgy, adalah suatu kesalahan besar dan membuat anda menjadi normie atau mereka yang mengikuti mainstream.

Saran pribadi: berhati-hatilah dalam mengikuti suatu lelucon, apalagi yang mengandung atau menyinggung unsur-unsur SARA.

6.13.2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun