Mohon tunggu...
Riswandi Yusuf
Riswandi Yusuf Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

melintasi batas waktu dengan menulis, maka kau akan tetap hidup walaupun dirimu sudah tiada...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejahatan, Kebencian, Permusuhan tak diciptakan

9 April 2020   19:06 Diperbarui: 9 April 2020   19:11 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi yang suka nonton film film anime/manga Jepang, pasti tahu bahwa salah satu temanya yang paling populer adalah tentang persahabatan atau persaudaraan - yang dikemas dalam jalan cerita yang selalu candu untuk diikuti oleh banyak kalangan. 

Bisa dibilang hampir semua filmnya selalu mengangkat tema ini. Yang menariknya adalah, dalam setiap konflik yang terjadi, tokoh protagonisnya mempunyai ciri khas karakteristik sedemikian rupa yang pada akhirnya memengaruhi tokoh antagonis sehingga mereka menjadi baik, berdamai dalam persahabatan atau persaudaraan. 

Penulis menyoroti ini karena kisah cerita seperti ini tidak hanya berlaku dalam satu film anime/manga Jepang saja, tetapi hampir semuanya. Walaupun dengan genre dan kreator yang berbeda beda dan sangat banyak, anehnya pembentukan karakter hubungan tokoh protagonis-antagonis selalu dibalut dengan jalan cerita yang selalu sama, konflik yang terjadi antara tokoh baik dan tokoh jahat selalu berakhir dengan menjadi berkawan satu sama lain - musuh menjadi kawan. 

Hal ini kemudian menimbulkan asumsi dalam bentuk pertanyaan, apakah sikap selalu berusaha menjadikan musuh menjadi kawan adalah budaya masyakat Jepang yang sudah mendarah daging dalam kehidupannya sehingga selalu terpatri dalam hal apapun, termasuk dalam  merangkai konten  alur cerita film film buatanya. 

Walaupun hipotesa ini tak bisa penulis buktikan, tetapi masyarakat Jepang memang sangat terkenal dengan budaya spiritualitas "zen"-nya, sebuah tradisi ajaran yang sangat menekankan pada ketenangan batin, pencerahan rohani, dan perdamaian abadi. 

Musuh dan kawan, tentu hal lumrah yang selalu terjadi dalam kehidupan kita, semua manusia hampir mempunyai hubungan sosiologis yang seperti ini. Kedua jenis hubungan antarmanusia ini membentuk peran yang sangat penting dalam perjalanan kehidupan manusia. 

Permusuhan memang hal yang patut untuk kita hindari, tapi dari sini kemudian dapat dimengerti, bahwa antonim dari kata "kawan" ini manusia dapat memahami arti dari cinta dan perdamaian yang sesungguhnya. 

Luka dan kesakitan yang diakibatkan oleh sebuah permusuhan akan menelisik masuk pada rasa kemanusiaan manusia yang paling dalam, bahwa hubungan manusia sejatinya tidak seperti ini, karena fitrah alam bawah sadar, yang bahkan berasal dari manusia paling kejam dan keji sekalipun, selalu menginginkan jiwa yang damai.

 "Dunia alam bawah sadar" - bahasa agamanya adalah dunia ruh - sebagai kenyataan paling hakiki bahkan sangat jauh melampaui kenyataan dunia bumi ini, hanya ada satu kesadaran di sana, yaitu kesadaran "cinta", sama sekali tidak ada kesadaran akan kejahatan. 

Ketika pertama kali mendengar pernyataan Albert Einstein, saya langsung menyadari bahwa inilah yang dimaksud oleh Einstein, yang mengatakan bahwa kejahatan yang menimbulkan permusuhan sebenarnya tidak pernah diciptakan oleh tuhan,  ia muncul karena kondisi di mana tidak adanya rasa bertuhan yang melambangkan cinta dalam diri manusia. Tesis ini diperkuat oleh Einstein dengan analogi analogi fisika yang memperkuat argumentumnya, yang tentunya memberikan kepastian. 

Tapi tak bisa dipungkiri, sejarah peradaban manusia telah menciptakan potensi kejahatan ini sampai pada puncak kebengisan yang tak bisa dicerna secara manusiawi lagi. Benar benar tak manusiawi. 

Dibalik agung dan jayanya sebuah peradaban, banyak sekali yang dibangun dengan jasad-jasad manusia yang menumbal karna kalah perang dalam ketakberdayaan atau sekedar korban dalam ketakberdosaan

Dan yang paling mengerikan adalah, kejahatan peradaban yang bisa membantai jutaan nyawa, tercipta dari satu sosok tunggal "ambisi membunuh", yaitu sang penguasa. Sebutlah misalnya Hitler, dengan genosida holocaustnya, cukup satu penentu eksekusi saja, hitler sang raja, dengan perintah "musnahkan mereka semua!!!, maka kurang lebih 6 juta orang yahudi mati dibunuh. 

Ada seorang Timur Lenk, sang legenda kekejaman, Penguasa Turki-Mongol dan pendiri Kekaisaran Timurid di Persia dan Asia Tengah. Hanya untuk sekedar ambisi ekspansi kuasa, ia telah membunuh 19 juta orang. 

Sifat bengisnya, menumpuk dua ribu orang dan disemen hidup-hidup ke dinding. lalu kemudian 90 ribu manusia dibantai dan kepalanya disemen ke dalam 120 menara. Ia juga dikabarkan mengubur hidup-hidup 4 ribu orang di salah satu wilayah penaklukannya. Walaupun Timur Lenk seorang Islam, agama yang bernuansa cinta, tapi dia adalah perwujudan dari "manusia jahat" dengan kejahatan yang diciptakan oleh dirinya sendiri. 

Dan masih banyak lagi berbagai genosida genosida dan pembunuhan massal demi untuk melanggengkan eksistensi peradaban dengan berbagai bentuknya. Maka sejatinya kekuasaan adalah jabatan dan tempat yang paling jujur di mana manusia benar benar kelihatan siapa dirinya. Apakah ia menciptakan kejahatannya sendiri atau mengikuti sifat cinta yang berasal dari Tuhan. 

Cinta dengan berbagai sifat dan bentuknya, yang merupakan ciptaan Tuhan, seperti kata Einstein, dan ketika ia merasuki kekuasaan, maka sang penguasa, akan menjadi perwujudan dari makna manusia sebagai Khalifah fil ardh, wakil Tuhan di muka bumi, yang kekuatan cintanya terasa bahkan sejauh "perjalanan 70 ribu tahun cahaya". Alegoris

Meski sejarah peradaban telah dinodai oleh kejahatan, tapi sosok sosok sang pecinta tidak pernah putus, yang bahkan membentuk peradaban lebih kuasa dan lebih dalam serta menyucikan peradaban yang jahat. Marilah kita ingat dan sebut siapa siapa sang penentu jalan peradaban cinta itu, yang melahirkan peradaban cinta hingga akhir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun