Sejauh ini, antroposentrisme dituduh sebagai salah satu penyebab, bahkan penyebab utama, dari krisis lingkungan hidup yang terjadi sekarang. Cara pandang ini menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras alam semesta, tanpa cukup memberi perhatian kepada pelestarian alam. Pola perilaku yang eksploitatif, destruktif, dan tidak peduli  pada alam tersebut dianggap berakar pada cara pandang yang melahirkan sikap dan perilaku rakus dan tamak yang menyebabkan manusia mengambil semua kebutuhannya dari alam tanpa memperhatikan kelestariannya.
Manusia bukanlah sebagian dari alam. Manusia adalah hasil daya cipta Tuhan. Selanjutnya, manusia itu diciptakan untuk mengatur dan menaklukan alam. Kaidah-kaidah yang berlaku di antara masyarakat manusia tidak berlaku terhadap benda-benda alam atau makhluk alam lainnya, seperti hewan dan tumbuhan. Dengan demikian wawasan pandang antroposentris menimbulkan dualisme antara manusia di satu pihak dan alam semesta serta makluk lainnya di lain pihak. Oleh sebab itu, eksploitasi terhadap alam semesta, menurut wawasan pandang antroposentris, harus dilihat sebagai perwujudan kehendak Tuhan. Manusia pada dasarnya diciptakan oleh Tuhan untuk menguasai dan menaklukkan alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H