Mohon tunggu...
Riswadi
Riswadi Mohon Tunggu... Lainnya - Jadilah Orang Yang Bermanfaat

Sebaik-baik Manusia Yang Bermanfaat Untuk Orang Lain, semoga Berkah Menuju Lillah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat Cinta dari Tuhan (Antara Cinta, Takut, dan Malu kepada-Nya)

7 September 2020   12:50 Diperbarui: 7 September 2020   12:52 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

setelah mendapatkan gambaran dan penjelasan dari teman dan sahabat yang terkonfirmasi positif covid-19 lebih duluan, maka saya agak tenang dan berpikir kita harus hadapi kenyataan ini. Namun perasaan hati masih was-was karena ketika kondisi sesak nafas, dada sakit, dan batuk-batuk serta meriang maka perasaan takut itu muncul kembali apakah ini semua dari akhir kehidupan saya dan keluarga saya. hanya dalam hati berdoa yaa Alloh berikanlan kesempatan kami untuk bertaubat kepada-Mu.

Setelah kondisi badan agak terasa enak dan ringan, saya dan keluarga justru dapat memahami bahwa ketika Tuhan memberikan Surat Cinta kepada kami melalui Tim Covid-19 adalah cara Tuhan untuk memberikan kesempatan untuk beratubat kepada-Mu, mengingatkan kami untuk kembali kepada-Mu, dan berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dimasa lalu. Terima kasih yaa Alloh, ternyata engkau sayang padaku dan keluargaku, dengan meberikan sakit seperti ini adalah cara Engkau untuk menghapus dosa-dosa kami.

Sehingga perasaan hati saya dan keluarga setelah beberapa hari menjalani masa isolasi mandiri, dapat menemukan hakikat cinta Tuhan kepada hamba-Nya, yang awalnya perasaan takut dan buruk sangka berubah menjadi Cinta, Takut dan Malu Kepada Alloh swt. Teringat dalam Kitab Nashoihul Ibad karangan Ibnu Hajar Al-Asqalani Syarah yang ditulis oleh Imam Nawawi sebagai Nasehat buat hamba Alloh swt. Sebagai berikut:

"Barang siapa yang bertemu dengan-Ku dalam keadaan Cinta kepada-Ku, maka Aku masukkan dia ke surga-Ku. Barang siapa yang bertemu dengan-Ku dalam keadaan takut kepada-Ku, maka Aku akan jauhkan dia dari neraka-Ku. Dan barang siapa yang bertemu kepada-Ku sebab ia mati dalam keadaan malu kepada-Ku, maka Aku melalaikan Malaikat Hafadhzah terhadap dosa-dosa orang itu."

Hal ini memantapkan jiwa dan keyakinan saya bahwa apapun yang sudah menjadi ketetapan Alloh, apabila memang Alloh berkehendak maka akan terjadi. Sebagai hamba tentu tinggal menjalani dengan rasa Cinta, takut dan malu kepada-Nya.  Apabila kita menghadap Alloh dengan rasa cinta dan rindu insyaalloh balasannya adalah surga, kemudian takut dimaksud adalah takut terhadap siksa Alloh maka Alloh akan menjauhkan kita dari neraka-Nya. Kemudian perasaan malu adalah apabila kita menghadapi kematian (ruhnya dicabut oleh Alloh swt) masih membawa dosa-dosa sehingga akan menjadi beban siksa Alloh kepada kita.

Saya dan keluarga sadar bahwa kematian itu kapanpun, disaat apapun, dimanapun dengan segala sebab apapun pasti akan terjadi. Dan kita semua tidak akan mengelak dari ketentuan Alloh SWT. Dan kita tidak akan bisa menawar untuk memajukan ataupun mengundurkan waktu yang memang sudah menjadi ketetapan Alloh swt. 

Oleh karena itu saya mencoba untuk memasrahkan diri saya dan keluarga saya, bahwa semua hal yang sudah menjadi ketetapan Alloh kita tidak dapat mengetahuinya dan merubahnya, hanya berdoa dan memohon ampun kepada-Nya. Mudah-mudahan Alloh swt dapat menjawab permohonan kita semua. Sebagaimana Firman Alloh SWT dalam Al Qur'an Surah Az-Zumar ayat 53 yang artinya sebagai berikut:

53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Saya yakin dengan kesempatan yang diberikan Tuhan kepada saya dan keluarga, untuk merenungi dan kembali kepada jalan-Nya merupakan cara yang bijaksana yang diberikan Tuhan kepada kami. Bukankah sudah jelas bahwa ketika kita meminta ampun dan bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat pasti Alloh akan mengampuninya. Dan keyakinan itu bangkit dan optimis bahwa Tuhan bersama kami. Saya hapuskan kesedihan yang menimpa pada diri dan keluarga kami. Dan teringat dalam Buku La Tahzan karangan Dr. Aidh Al Qarni yang merupakan buku terlaris di Timur Tengah dihalaman 78 saya membacanya:

" Janganlah bersedih , karena qadha telah ditetapkan, taqdir pasti terjadi, pena-pena telah mengering, lembaran-lembaran catatan ketentuan pun telah dilipat, dan semua perkara telah habis ditetapkan. Betapapun kesedihan anda tidak akan mengajukan dan mengundurkan kenyataan yang akan terjadi, dan tidak pula akan menambahkan dan menguranginya."

"Janganlah bersedih, sebab kesedihan itu akan mendorong anda untuk meghentikan putaran roda zaman, mengikat matahari agar tak terbit, memutar jarum jam kembali ke masa lalu, berjalan ke belakang, dan membawa air sungai kembali ke sumbernya semula."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun