Mohon tunggu...
Risvania Andaresta
Risvania Andaresta Mohon Tunggu... Lainnya - Selamat datang

Aku mau ngga bosen menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Alkisah

24 April 2021   11:57 Diperbarui: 22 Februari 2022   21:28 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, saat gadis seperempat dewasa itu masih menjadi bocah kemarin sore yang tidak mengerti bagaimana cara kerja kehidupan di bumi, dia sempat menganut sebuah kepercayaan yang membuat pandangannya kabur dalam melihat garis antara hitam dan putih. 10 sampai 15 tahun lalu, dengan percaya diri, ia masih bisa berlagak naif dan mayakinkan diri sendiri bahwa setidaknya manusia harus menghabiskan waktu di dunia selama 100 tahun sebelum akhirnya diperbolehkan untuk mati. Manusia harus menjadi golongan lansia berambut putih yang tak berdaya sebagai kriteria untuk bisa dipanggil menghadap Sang Ilahi.

Dia berpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang jauh, sesuatu yang takkan pernah terjadi di dekatnya. Menurutnya, adegan meninggal dan menyemayamkan jenazah ke dalam tanah hanya ada di sineteron tivi atau film layar lebar saja. Seiring berjalannya waktu, teori karangannya itu patah bersamaan dengan beragam berita kehilangan yang menjemput satu per satu orang terkasihnya. Tidak sampai 100 tahun, bahkan kurang dari hitungan 60 tahun raga mereka sudah tiada lagi untuk selamanya.

Makhluk itu sekarang sudah berumur 22 tahun. Ketakutan terbesarnya adalah perihal kematian. Ia merasa pilu apabila mengingat bekas dosa-dosanya di dunia, dia takut tubuhnya akan dipanggang hidup-hidup menggunakan bara api neraka sampai batas waktu yang belum ditentukan. Bagian yang paling menakutkan tentu saja berpisah dengan orang-orang yang ia cintai, lalu mereka akan saling melupakan. Ketika sudah di akhirat, manusia akan sibuk mengurusi diriya sendiri, sibuk bertanggung jawab atas perbuatannya di dunia, mereka tak lagi saling kenal, apalagi menyapa. Ia hanya ingin kelak bisa berkumpul kembali bersama manusia-manusia kesayangannya meski bumi sudah hanya tinggal nama saja.

Dia tidak menyangka sudah melewati 21 kali malam Idulfitri, malam Natal, dan malam tahun baru. Rasanya baru kemarin ia terjebak di palung paling dalam dari sebuah proses berkehidupan. Saat di mana gadis itu takut sekali untuk menghadapi kenyataan sendirian. Akhirnya, dia mencoba mencari pertolongan dengan merawat hati orang lain sampai lupa untuk merawat hatinya sendiri. Dia berpikir, jika terus memupuk dan menyirami hati orang lain dengan baik, maka hati orang itu akan ditumbuhi oleh bunga-bunga indah yang kemudian secara sukarela akan diberikan kepada gadis cengeng itu sebagai hadiah, tapi sayang, bunga-bunga itu malah dipenuhi racun yang justru membuat dirinya terluka parah.

Kini dia belum sepenuhnya bertransformasi menjadi orang dewasa, meskipun pikirannya sudah dipenuhi oleh kata kunci bagaimana cara menghasilkan uang dan bertahan hidup, terlebih lagi saat ini sudah beberapa bulan pasca ia diwisuda. Dia adalah tulang punggung keluarga. Dia hanya ingin mengejar target yang dekat-dekat saja, tidak sejauh apa yang dulu ia harapkan tentang sebuah cita-cita.

Saat masih sekolah, dengan enteng dia menulis disecarik kertas yang tertempel di pintu kulkas. Bahwa ia adalah bagian dari bintang-bintang di langit, meski bukan yang bersinar paling terang. Ia akan menjadi seorang Jurnalis yang namanya terpampang di jajaran redaksi sebuah media pemberitaan, atau menjadi Penulis yang mampu menyihir para pembacanya melalui buku-buku yang ia tulis. Hari ini, dia hanya ingin cepat menerima kabar tentang keberhasilannya mendapat pekerjaan pertama.

Dia bisa lebih berbahagia di masa ini. Makhluk itu tau persis bagaimana cara untuk jatuh hati pada dirinya sendiri. Pada malam-malam menjelang tidur, ia akan mewarni bibirnya dengan liptint yang memiliki varian warna bernama cherry blossom. Setelah ritual itu selesai, dia akan menenggelamkan tubuh ke kasur dan terlelap sampai alarm bertugas kembali. Esok paginya setelah bangun tidur, gadis itu pergi menghampiri cermin dan mengusap bayangannya sendiri, seketika ia akan merasa menjadi manusia yang setengah sempurna. Hanya setengah, sebab kesempurnaan yang lengkap dan hakiki itu hanya milik Tuhan kan.

Bibir gadis itu masih merah merona bekas ritual semalam. Ia tersenyum kagum. Saat itu, dia akan memuji diri sendiri, dan berkata bahwa sosoknya sungguh berharga. Menurutnya, itu adalah cara paling bijaksana untuk bersyukur dan mengungkapkan betapa cintanya kita pada wajah dan tubuh kita sendiri.

Dengan bercermin, makhluk itu tak perlu bersyukur di atas kekurangan orang lain. Tak perlu baru merasa beruntung setelah melihat orang lain menderita. Ia benci sekali pada konsep mengasihani orang lain, lalu mengucap syukur bahwa kita bisa hidup lebih baik dan layak dari orang itu.

Hal lain yang membuatnya senang tentu saja menyeruput es teh manis, terutama merek teh manis kemasan yang terkenal dengan slogan "Apapun makanannya, minumnya the botol sosro." Sejak kecil, gadis itu sangat tidak suka minum susu, sudah berkali-kali dipaksa hingga menangis, tapi dia tetap akan menolak.

Pernah suatu hari akhirnya ia mau minum susu bubuk yang telah disulap menjadi segelas susu cair. Dia dijanjikan hadiah jika berhasil mengumpulkan kardus susu bubuk bergambar superman itu. Sudah berdus-dus susu bubuk itu habis, sampai akhirnya tiba hari di mana kardus itu dikumpulkan dan dikirim ke pihak penyelenggara acara melalui kantor pos.

Berbulan-bulan berlalu, kabar baik pun datang. Gadis itu terpilih sebagai pemenang undian dan berhasil mendapatkan seperangkat alat bermain game, yaitu Playstasion 2. Apa dia senang? Tidak, dia sungguh kesal, sebab ia tak suka bermain game, dan tak tau bagaimana cara memainkannya. Playstasion itu pun akhirnya menjadi hak milik saudara laki-lakinya yang saat itu berusia lebih tua 5 tahun darinya. Sejak saat itu, ia bersumpah tidak akan menenggak susu lagi.  

Kini, gadis itu hanya ingin hidup dengan tenang tanpa memikirkan apa yang orang lain katakan tentangnya, tanpa menengok dan mengintip bagaimana cara orang lain diberi kehidupan. Dia hanya ingin memberi apa yang bisa ia beri untuk dunia, untuk orang-orang baik di sekitarnya. Kini, dia ingin menuntaskan apa yang belum pernah ia tuntaskan sebagai seorang manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun