Mohon tunggu...
Risty Hartini
Risty Hartini Mohon Tunggu... -

Berusaha menjadi guru berkarakter...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Berbasis Otak Itu Menyenangkan

22 Desember 2017   07:00 Diperbarui: 22 Desember 2017   08:36 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar adalah suatu proses yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak bisa menjadi bisa. Belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja bahkan dengan segerombolan semut yang berbaris di dindingpun, seseorang bisa belajar tentang makna kerjasama dan kekompakan.

Seorang guru juga dituntut untuk belajar setiap hari. Karena, seorang guru adalah panutan yang baik bagi murid-muridnya. Guru adalah pelita dan penuntun jalan bagi generasi penerus bangsa. Dari pemahaman tersebutlah, saya termotivasi untuk terus belajar dan mengembangkan kualitas sebagai seorang guru.

Saya adalah seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas 3, 4, 5, dan 6 di SDN Mappala. Meskipun belum diberi amanah sebagai guru kelas, tetapi saya bertekad untuk mengajar dengan maksimal karena semua mata pelajaran penting diajarkan kepada siswa. 

Oleh karena itu, saya bergabung bersama rekan-rekan guru se-Indonesia dalam sebuah komunitas guru pembelajar online yaitu Neurosains Teacher Club Sekolah Guru Indonesia (NTC SGI).

Di NTC SGI, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran yang menarik tentang otak manusia dan pelibatan otak dalam pembelajaran di kelas. Banyak sekali hal-hal baru yang saya pelajari dan dapat saya terapkan di dalam kelas. 

Saat awal menjadi guru, saya adalah seorang guru yang tampak biasa-biasa saja. Saya mengajar dengan metode ceramah setiap hari tanpa mampu berusaha mengembangkan metode-metode pembelajaran. Ketika masuk di dalam kelas, tidak ada sesuatu yang menarik yang bisa saya berikan kepada siswa. Alhasil, siswapun memberikan respon yang biasa-biasa saja dengan ekspresi yang kurang semangat dan kurang ceria.

Setelah menyerap ilmu yang diberikan di NTC, saya berusaha menerapkan ilmu tersebut di dalam kelas. Saya mulai menerapkan metode-metode pembelajaran dengan mengaktifkan fungsi otak anak. 

Dimulai dari awal pembelajaran, saya memberikan apersepsi yang lain dari hari-hari sebelumnya. Saya mulai mengajak siswa untuk melakukan ice breaking yang saya kemas dengan gerakan-gerakan yang unik dan tepuk-tepukan yang membangkitkan semangat belajar mereka.

Hal baru yang tidak kalah menariknya adalah saat saya membawa siswa belajar di luar kelas (Outing Class). Sedari dulu, saya sudah berkeinginan untuk melakukan pembelajaran di luar kelas, tetapi saya masih ragu dan kurang percaya diri. 

Namun, berkat dukungan dari guru-guru hebat NTC, sayapun memberanikan diri melakukan outing class. Saat itu, saya memberikan game "spycode" (game memecahkan kode rahasia) kepada murid-murid kelas 4. Di luar dugaan, ternyata mereka sangat antusias dan bersemangat karena selain metode pembelajaran yang berbeda dan suasana yang berbeda pula, saya memberikan reward atau hadiah bagi siswa yang berhasil memecahkan kode rahasia dengan cepat dan tepat.

Betapa bahagianya saya, karena sejak saat itu, anak-anak selalu meminta games setiap saya masuk ke kelas mereka dan mereka selalu mencari saya ketika saya tidak masuk ke kelas mereka saat jadwal mata pelajaran saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun