Mohon tunggu...
ristiawan nugroho
ristiawan nugroho Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Minat terhadap dunia pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat membuat saya bertemu dengan kompasiana. Semoga melalui kompasiana, saya dapat menjadi sosok pendidik yang baik dan bermanfaat bagi semua.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Berkawan dengan Alam dan Kerang Hijau di Timbulsloko Sayung Demak

11 Juni 2024   16:00 Diperbarui: 13 Juni 2024   10:04 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keragaan Budidaya Kerang Hijau di branjang Timbulsloko/dokpri

Jika mendengar tentang desa Timbulsloko di kecamatan Sayung Kabupaten Demak di media atau lini masa, pasti segera terbersit tentang kawasan pesisir dengan hutan mangrove yang lebat namun yang "menderita" karena banjir rob, penurunan tanah dan tenggelam oleh laut.  

Hal ini diperkuat jika pembaca berkesempatan mengunjungi kawasan ini -terutama di dukuh Bogorame-, pasti saat ini akan terhambat oleh banjir air pasang (rob) pada jam-jam tertentu serta melihat deretan rumah yang ditinggalkan oleh pemiliknya karena tergenang air laut.  

Pokoknya, dimana-mana hanya air dan air yang terlihat.  Menyedihkan memang.. apalagi menurut Pak Sairi salah satu tokoh masyarakat di Timbulsloko, penurunan tanah mencapai sekitar 12 cm per tahun, menjadikan kawasan ini menjadi salah satu kawasan dengan penurunan tanah tercepat di dunia.

Penduduk Timbulsloko pasti berusaha keras mengatasi masalah-masalah alam yang ada.  Pengurukan tanah padas untuk peninggian jalan dan rumah terus menerus dilakukan seolah berlomba dengan penambahan tinggi air rob.  

Diperkirakan butuh 10 truk dump untuk dapat meninggikan rumah berukuran 50 meter persegi setinggi 1 meter, atau memerlukan 7 juta rupiah hanya untuk kebutuhan tanah padas saja, belum termasuk biaya tenaga dan lain-lain.  

Mahal memang... sehingga hal ini menjadikan kehilangan sebagian besar pendapatan masyarakat hanya supaya rumah aman dari masuknya rob.  Diperlukan tambahan pendapatan dari sekedar gaji atau upah sebagai nelayan, petambak atau buruh pabrik bagi sebagian besar masyarakat Timbulsloko.

Nampaknya perlu upaya tambahan untuk dapat sedikit meringankan beban masyarakat Timbulsloko.  Air laut yang seolah menjadi "musuh" hendaknya dapat "dirangkul" menjadi "kawan".  

Penulis menjadi teringat salah satu quote dalam film Under Siege yang dibintangi Steven Seagal, kurang lebih adalah: "Jika saya tidak bisa mengalahkanmu, maka sebaiknya saya menjadi kawanmu".  Quote tersebut nampaknya relevan dengan ide budidaya kerang hijau di desa Timbulsloko.

Kerang hijau adalah komoditas air yang nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun.  Meskipun harganya tidak semenarik ikan bandeng atau udang, namun konsumsi kerang hijau di masyarakat semakin meningkat dan diikuti oleh harga yang terus melambung apalagi saat tahun baru atau hari-hari besar lain.  

Kerang hijau mudah dan murah dibudidayakan, asalkan dipelihara pada perairan dengan kedalaman air yang cukup, salinitas dan suhu perairan stabil, arus yang cukup kuat untuk menghantarkan nutrisi untuk pertumbuhannya dan yang tidak kalah penting adalah mampu dibudidayakan dengan kepadatan yang sangat tinggi.  

Kerang hijau memang bisa "beracun" karena biota ini bersifat menyerap bahan nutrien di perairan sekitarnya termasuk logam berat, sehingga melekat isu food-safety dalam pemasarannya apalagi untuk ekspor.  

Namun, penelitian Rejeki, dkk pada tahun 2015-sekarang menunjukkan bahwa bahaya racun logam berat pada daging kerang hijau dapat dikurangi ke ambang aman konsumsi jika kerang hijau dibudidayakan pada perairan yang memiliki hutan mangrove yang lebat.  Hal ini terjadi karena pada beberapa jenis mangrove, mampu menyerap dan menahan bahan-bahan beracun termasuk logam berat sehingga mengurangi pencemaran ke perairan sekitarnya.

Eureka!!  Ternyata harapan itu masih ada, kawan-kawan... 

Berdasarkan ide-ide tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat dengan bantuan Hibah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang mencoba menginisiasi ide pemanfaatan sumber daya air laut yang melimpah di desa Timbulsloko (bahkan saking melimpahnya menjadi "rob" hehe..) untuk dijadikan sarana budidaya kerang hijau yang prospektif sekaligus aman dikonsumsi.  

Pasang air laut yang tinggi menjadikan kawasan kebun, sawah dan tambak berubah menjadi genangan air laut yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya kerang hijau.  Ketinggian air laut yang makin lama makin meningkat, justru menjadi kedalaman air yang ideal untuk kerang hijau tumbuh dan berkembang dengan baik.  

Arus air laut yang kuat membawa suplai kualitas air dan nutrisi yang mencukupi untuk budidaya kerang hijau.  Sinar matahari yang terik dan stabil sepanjang tahun menawarkan kelimpahan pakan alami berupa berbagai jenis mikroalga agar kerang hijau tumbuh subur. Dan last but not least, kelimpahan mangrove di pesisir Timbulsloko menawarkan bahan-bahan beracun menjadi minim jumlahnya dan tidak terdekomposisi ke dalam daging kerang hijau.  Spat Kerang hijau melimpah, di perairan laguna Bogorame menyediakan sumber bibit bagi input budidaya kerang hijau.

Nah, potensi itu ada.. namun sebagian besar masyarakat di Timbulsloko masih belum mengerti keunggulan budidaya kerang hijau yang bisa dilakukan sepanjang tahun dan tidak hanya mengandalkan penangkapan di alam semata.  Kerang hijau bisa tumbuh dengan baik dan pesat pada lokasi-lokasi perairan tertentu dengan persyaratan tertentu pula.  

Panen kerang hijau bisa melimpah jika didukung sistem wadah budidaya yang tepat dan murah.  Informasi dan teknologi budidaya tersebut yang ditawarkan oleh Ibu Diana Chilmawati, Diana Rahmawati dan Ristiawan Agung Nugroho dari Departemen Akuakultur FPIK Undip agar dapat dikenalkan, diserap dan diterapkan kepada masyarakat desa Timbulsloko Sayung Demak dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat pada bulan Maret s.d. Mei 2024 dengan judul pengabdian "Teknologi Tepat Guna Pembuatan Sistem Rumpon Bambu untuk Budidaya Kerang Hijau Sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi, Sosial Dan Lingkungan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG’s) bagi Masyarakat Desa Timbulsloko, Sayung, Kabupaten Demak".

Tujuan kegiatan pengabdian terhadap mitra masyarakat Timbulsloko adalah mengenalkan teknologi tepat guna dalam pembuatan sistem budidaya rumpon bambu untuk budidaya kerang hijau; transfer kemampuan/ketrampilan pembuatan teknologi tepat guna dalam pembuatan sistem budidaya rumpon bambu untuk budidaya kerang hijau; dan memberikan pengetahuan tentang manajemen budidaya kerang hijau yang benar.  Hasil kegiatan yang telah dilakukan adalah terbentuknya 5 (lima) rumpon bambu ukuran 5 x 5 meter berikut bibit (spat) kerang hijau dengan kepadatan sedang yang dibesarkan pada 5 (lima) lokasi berbeda di desa Timbulsloko, meliputi: saluran desa, saluran tambak, branjang (lift- net), pantai dan muara sungai di Timbulsloko serta 1 (satu) lokasi di sungai Bogarame, Timbulsloko. 

Hasil pengamaatan menunjukkan rerata pertumbuhan antar lokasi masih relatif seragam selama 34 hari pemeliharaan dengan rerata laju pertumbuhan panjang spesifik adalah 4,27% per hari dan penambahan panjang mutlak adalah 36 mm. Diperkirakan panen dapat dilakukan pada bulan Agustus 2024 atau bulan ke-5 pemeliharaan.  

Keragaan Budidaya Kerang Hijau di branjang Timbulsloko/dokpri
Keragaan Budidaya Kerang Hijau di branjang Timbulsloko/dokpri

Minat masyarakat desa Timbulsloko selama kegiatan pengabdian menunjukkan cukup antusias dengan bantuan transfer pengetahuan, teknologi dan sarana-prasarana budidaya kerang hijau sistem rumpon bambu agar dapat memanfaatkan sumberdaya air yang ada serta peningkatan pendapatan.  Semoga Alam tidak lagi "menakutkan" tetapi bisa menjadi Kawan yang "menyenangkan" dengan peluang melakukan budidaya kerang hijau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun