Mohon tunggu...
Rinrin Novi Ristianti
Rinrin Novi Ristianti Mohon Tunggu... Administrasi - Aku adalah aku

Pencinta ketinggian, pengagum senja, pencandu literasi penikmat secangkir kopi🏞️🌇📖☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Trauma Healing bersama Localhost

10 Januari 2023   22:49 Diperbarui: 10 Januari 2023   22:56 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Sabtu 07 Desember 2023. Aku mengikuti sebuah kegiatan trauma healing yang di adakan Localhost SC kolaborasi dengan SPN (Serikat Pekerja mNasional). Kegiatan trauma healing ini di adakan di Kp. Sarongge rw 08 Desa. Ciputri Kecamaan Pacet, Cianjur. Tujuan dari trauma healing ini menghibur anak-anak di desa tersebut pasca gempa yang mengguncang Cianjur pada November 2022.

Aku sedikit bercerita mengenai apa yang kurasa dan kualami kemarin. Mungkin sekarang tak seramai dulu pemberitaan mengenai korban bencana. Namun pada nyatanya gempa tersebut sampai detik ini masih jadi trauma hebat bagi yang merasakan tanpa terkecuali. Mungkin saat ini sudah tak banyak yang melihat mereka, namun nyatanya mereka masih memerlukan uluran tangan bukan hanya material namun lebih ke mental. Saat kemarin aku bertemu banyak sekali anak kecil disana, namun ada enak anak yang intens berbincang denganku.

Azizah, Rahma, Sab'ah, Yayang, Nisa dan Salim
Azizah, Rahma, Sab'ah, Yayang, Nisa dan Salim

Aku banyak belajar dari mereka, Salim si ketua kelompok, Rahma si anak paling pinter, Nisa anak paling pemberani, Yayang anak paling bawel, Azizah anak paling baik dan Sab'ah anak paling kuat. Aku banyak belajar dari mereka waktu itu. Mereka merupakan siswi kelas 1 SD tapi bagiku mereka adalah guru paling berharga, mereka mengajarkanku bagaimana tertawa, mengajarkanku bagiamana menghargai dan mengajarkan tetap semangat.

Waktu itu saat bermain pup up, menggunting dan menempel, ada sebuah angin yang menerjang kita. Mereka sangat ketakutan saat itu, ya mereka pikir itu gempa. Saat itu ku coba alihkan ketakutan mereka pada hal yang menyenangkan seperti bermain permainan tradisional yang dulu pernah ku mainkan. Mungkin dari kelain pernah bermain ABC 5 dasar, atau bermain Endog endogan mata sapi bolotot, atau bermain sing peletek. Mereka mengajak ku pada masa kecilku yang begitu indah dan aku mengajak mereka untuk sejenak lupa apa yang telah terjadi pada mereka. Mereka bilang sekolah mereka hancur dan mereka sekolah di tenda sekarang, tapi melihat kemampuan menulis mereka, sudah sangat baik. Ya karena mereka memang anak anak pintar.

Aku harap suatu saat nanti bisa melihat mereka lagi. Bisa berkunjung ke tempat mereka kembali. Rasanya menyenangkan bisa membuat orang tersenyum. Karena bagiku senyum mereka adalah energi bagiku. Aku harap semua dapat kembali seperti sediakala, rumah mereka, sekolah mereka dan semua nya.

Pembelajaran kadang dari tempat tak terduga, dari sumber tak terduga dan dari waktu yang tak di sangka-sangka. Dari mereka ku belajar tetap semangat dan tertawa walupun semua yang mereka punya, semua kehidupan normal yang biasa mereka jalanin kini tak ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun