Mohon tunggu...
Rista Puspita
Rista Puspita Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Tertarik dengan perkembangan ilmu psikologi yang mendukung individu anak hingga lanjut usia berkembang positif

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengembangkan Ikatan Emosional Orangtua-Anak

21 Desember 2022   20:54 Diperbarui: 21 Desember 2022   21:12 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Anak saya gampang sekali merasa kesal, sedikit-sedikit marah dan jadi keterusan rewel"

"Anak saya cepat menyerah kalau sudah menghadapi tugas yang dia rasa engga bisa".

Sering kali ungkapan ini dirasakan sebagian orang tua seiring orang tua tengah berjuang berbagi peran & kesibukan dalam keluarga, atau justru banyaknya waktu luang untuk menemani anak.

Salah satu hal terpenting dalam kehidupan orangtua adalah melihat anak bertumbuh dengan kedekatan emosional bersama orangtua. Anak dapat menjadi mudah menerima masukan, kooperatif, menunjukkan semangat. Sebaliknya, pernyataan yang dirasakan diatas ternyata dapat menjadi tanda kurangnya orang tua membangun pondasi dalam perkembangan anak, yaitu relasi keluarga yang kokoh. Anak kurang dapat mengembangkan penyesuaian diri terhadap tantangan, justru terus mengharapkan kehadiran dan bantuan orang tua.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan diantara orang tua--anak menentukan penyesuaian diri anak saat mereka beranjak dewasa (Doyle, 2004). Relasi ini bisa diibaratkan sebagai investasi jangka panjang orang tua bagi buah hati kesayangan. Nah berikut, 6 gaya interaksi yang perlu dilakukan oleh orang tua membangun kekuatan diri anak.

1. Penjadwalan Aktivitas Positif

Bangun kekuatan relasi keluarga melalui aktivitas rekreatif bersama yang dilakukan terjadwal. Pada hari Minggu pukul 08.00 selama 1 jam. Berikan anak peran utama untuk menentukan jenis permainan serta aturan main. Pastikan orangtua menjadwalkan ulang saat melewatkan waktu yang telah ditentukan. Kembangkan interaksi diantara keluarga melalui komunikasi yang diajarkan oleh orangtua. Ajarkan anak cara komunikasi yang berfokus pada pengenalan emosi, keterampilan mengungkapkan perasaan serta keterampilan penyelesaian masalah. 

Lakukan dalam bentuk simulasi situasi yang menyenangkan sebagai latihan. Misalnya, bagaimana anak menghadapai situasi 'mendadak kaya' dengan uang 1 milyar rupiah. Kembangkan rutinitas dan kebiasaan keluarga. Aktivitas rutin dapat berupa hal sederhana seperti jam makan bersama, waktu mandi, tidur, bermain bersama. Rutinitas melibatkan tanggung jawab seperti mengerjakan PR, membereskan kamar. Hal tidak kalah penting adalah kebiasaan yang dapat membangun momen spesial, seperti perayaan ulang tahun, prestasi, hari raya agama, liburan rutin.

2. Waktu Berbincang Khusus

Anak merasa beruntung ketika mereka memiliki orang tua yang benar--benar mendengarkan. Tujuan waktu berbincang khusus yaitu berbicara pada anak mengenai apa yang mereka alami dan lewati. Pada kesempatan ini, tujuan yaitu fokus sepenuhnya pada anak dan berusaha memahami bagaimana perasaan mereka. Orang tua dapat bertanya, tapi upayakan agar anak tidak merasa 'diinterogasi'. Berusahalah membangun suasana dimana ia merasa bebas untuk membicarakan hal apapun yang ada di benak mereka. 

Orang tua dapat membicarakan topik mengenai hal yang tengah mereka fokuskan, minat yang mereka miliki, dan bagaimana perasaan mereka mengenai masalah yang mungkin tengah dihadapi dan keberhasilan yang baru saja mereka capai akhir-akhir ini.

3. Hadirlah dan Lakukan aktivitas spesial

Untuk dapat terlibat sepenuhnya, orang tua perlu menunjukkan bahwa orang tua hadir untuk anak. Saat orang tua terlibat, anak akan berusaha mencari orang tua saat mereka benar membutuhkan. Sangat penting bagi orang tua betul-betul mengupayakan untuk dapat terlibat dalam aktivitas dan minat anak. Orang tua dapat hadir pada pertemuan dengan guru, menghadiri dan menemani aktivitas ektrakurikuler, klab, latihan atau les. Perilaku ini dapat menunjukkan pada anak bahwa orang tua peduli dan ingin terlibat secara emosional.

4. Keterlibatan Orang Tua di Sekolah

Hasil penelitian cukup jelas menunjukkan bahwa anak lebih mungkin berhasil di sekolah jika orang tua terlibat dalam kehidupan sekolah mereka. Diantaranya memfasilitasi suasana belajar yang kondusif dan bersahabat bagi anak di rumah. Efek samping dari upaya ini adalah ikatan emosional orang tua -- anak  akan meningkat saat orang tua terlibat dengan akademik anak.

5. Sadari Perilaku Baik Anak

Orang tua sering kali kurang menyadari anak berperilaku baik. Fakta menunjukkan bahwa menyadari perilaku baik pada anak tidak hanya dapat meningkatkan perilaku positif anak itu sendiri, namun juga dapat meningkatkan ikatan emosional diantara orang tua dan anak. Cara yang cukup sederhana yaitu dengan menyadari perilaku baik anak dan anak menyadari bahwa orang tua memperhatikan perilaku baik mereka. Gunakan media "Kotak Perilaku Baik" untuk memberikan pengakuan atas perilaku positif anak. 

Taruh kotak dimeja ruang TV, meja makan atau tempat nyaman yang dapat terlihat, berikan label "Kotak Perilaku Baik". Saat orang tua menyadari perilaku baik dilakukan oleh anak, seperti berbagi dengan saudara, duduk tenang, membantu membereskan rumah. Ambil secarik kertas dan tuliskan perilaku baik yang orang tua saksikan, kemudian masukan kedalam kotak. Pada malam hari menjelang tidur, luangkan waktu untuk mengulas seluruh catatan dalam kotak. Pastikan anak paham bahwa orang tua menyaksikan perilaku tersebut benar muncul. Hal ini diperlukan supaya kedepan, anak lebih menyadari perilaku positif yang telah ia lakukan.

6. Aturan 2:1 untuk Komentar Orang Tua

Rata--rata per hari memberikan banyak komentar dan arahan pada anak. Bararti dalam beberapa hari, orang tua mungkin sudah memberikan ratusan komentar dan arahan pada anak. Komentar ini memberikan kesempatan yang cukup bagi anak baik dalam menciptakan jarak emosional atau mengembangkan kedekatan diantara orang tua dan anak untuk kemudian membentuk perilaku mereka.

Jika sebagian komentara negatif, seperti "Kan sudah Mama bilang", "mulai lagi kan", "Kenapa sih susah diatur", "berapa kali harus Ayah kasih tau", maka benteng diantara orang tua dan anak semakin tinggi. Namun, jika komentar bernada positif, seperti "Bagus", "Mama bangga kamu sudah coba yang terbaik sebisamu", "Ayah senang kalau kamu mau ikut bantu", "Kamu memang anak pintar", maka perasaan positif berkembang antara orang tua--anak.

Tentu anak akan tetap perlu diberi tahu dalam melakukan sesuatu dan akan membutuhkan teguran, tapi fokuslah pada hal positif yang menunjang. Orang tua disarankan membuat upaya khusus dalam memberikan komentar positif dua kali lipat dari setiap komentar negatif pada anak. Aturan 2:1 ini dirancang untuk mengembangkan perasaan positif diantara orang tua dan anak, dan dapat dilakukan dalam rangka membentuk perilaku yang diinginkan pada anak.

Sumber:

Doyle, A.B. dkk. (2014). Parent-Child Relationship and Adjustment in Adolescence: Findings from the HSBC Cycle 3 and NLSCY Cycle 2 Studies. ResearchGate. 3-6.

Bloomquist, M. L. (2004). Skills Training for Children with Behavior Problems (rev ed.). New York: Guilford Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun