Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Amankah Air Yang Anda Minum?

19 November 2010   07:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:29 2761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berani bertaruh bahwa anda minum air akua di rumah, iya kan? Memang tidak semua orang minum air akua (air kemasan yang mereknya tidak harus Aqua, bisa jadi merek lain, tapi seringkali air minum yang dikemas dalam botol itu disebut air akua). Ada juga yang mengkonsumsi air isi ulang yang dijual dalam galon atau merebus air sumur atau air PAM.

Seberapa aman sebenarnya air kemasan dalam botol, yang resminya disebut air minum dalam kemasan atau AMDK, yang kita konsumsi sehari-hari itu? Mestinya AMDK (selanjutnya saya sebut air kemasan) telah memenuhi persyaratan sesuai peraturan Menteri Kesehatan RI. Tapi siapa yang berani menjamin bahwa air kemasan yang telah beredar tidak berubah kualitasnya? Apabila kita ragu dengan kualitas air kemasan dari merek yang sudah terkenal, apalagi air isi ulang?

Ternyata air kemasan, apabila terlalu lama disimpan dan sering terkena sinar matahari akan menyebabkan dampak terhadap kesehatan karena proses yang terjadi dalam botol plastik yang menghasilkan zat bisphenol A atau BPA yang berbahaya. BPA adalah ikatan organik yang digunakan sebagai bahan baku pembuat plastik polikarbonat dan resin. Baru-baru ini (September 2010) Kanada mengeluarkan larangan penggunaan BPA yang bersifat racun tersebut (Wikipedia).

Tadi pagi, Bambang Purwanto, seorang teman pakar air minum, melalui jejaring fesbuk memuat video tentang air kemasan yang berjudul “The Story of Bottled Water” atau Cerita Tentang Air Kemasan berikut ini:

(http://www.youtube.com/watch?v=Se12y9hSOM0).

Isinya adalah advokasi tentang besarnya dominasi pemakaian air kemasan dalam botol dan ‘melupakan’ air minum yang seharusnya tersedia melalui pipa air yang mengalir ke rumah-rumah. Selain harganya yang teramat mahal, air kemasan ternyata juga dianggap merusak lingkungan!

Lalu, bagaimana dengan kita yang terbiasa mengkonsumsi air minum kemasan? Kalau di negara-negara maju air yang keluar dari keran di rumah bisa langsung diminum, maka di kita kebanyakan air yang keluar dari keran masih belum dapat diminum langsung. Memang ada beberapa kota yang sudah mencoba membuat zona air minum yang airnya bisa langsung diminum, tapi kebanyakan dari kita masih ragu untuk meminum air langsung dari keran. Sementara para pengelola air PAM di banyak kota masih harus berkutat dengan manajemen yang amburadul dan utang yang menumpuk.

Air yang layak minum setidaknya harus memenuhi tiga syarat, yaitu syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat fisik itu mudah terukur, misalnya airnya jernih atau tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Tapi jernih saja belum cukup, karena mungkin juga air itu mengandung zat kimia beracun atau bakteri penyebab penyakit.Apabila anda ragu dengan air yang ada di rumah anda, anda bisa periksakan ke laboratorium air di kota anda. Di Jakarta anda bisa datang ke Lab. PAM Jaya di Pejompongan, atau Lab. BPLHD DKI.

Khusus untuk mengetahui apakah air yang kita minum mengandung bakteri atau tidak, dapat dilakukan tes sederhana dengan memasukkan contoh air ke dalam larutan H2S (metoda H2S). Larutan H2S dapat diperoleh di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, di Cakung. Air yang mengandung bakteri biasanya akan berubah menjadi keruh setelah disimpan selama delapan jam.

Dengan semakin meningkatnya produksi dan pemakaian air minum dalam kemasan, saya kuatir bahwa masyarakat menjadi sangat tergantung dari air kemasan yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan air PAM. Bagi kita yang sedang bepergian, menggunakan air kemasan memang praktis, tapi apabila kita selalu menggunakan air kemasan untuk keperluan air minum sehari-hari di rumah, ini merupakan gejala yang tidak sehat, dan jelas tidak menguntungkan kita semua.

Tetapi bagaimana kalau pilihan lain tidak ada? Sebenarnya air yang ada di rumah kita masih bisa kita pergunakan. Beberapa teknologi sederhana untuk mengolah air menjadi air layak minum sebenarnya juga tersedia, misalnya penggunaan saringan biosand atau keramik. Cuma masalahnya, saringan-saringan tersebut jarang ada di pasaran. Dan kalaupun ada, yang dihasilkan oleh beberapa produsen, harganya masih relatif mahal. Dan kita umumnya tidak mau yang ribet-ribet. Kalau mau minum, beli aja akua, beres perkara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun