Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Karimunjawa, Sepotong Surga yang Terlupakan….(2)

20 Februari 2010   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:49 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_78155" align="alignleft" width="300" caption="Matahari tenggelam di Karimunjawa (Foto oleh Bastian)"][/caption]

Ternyata para backpackers akan menyaksikan saat-saat tenggelamnya matahari atau sunset.Dan tempat yang paling bagus untuk melihat sunset adalah dari Tanjung Gelam, belahan lain dari pulai KJ yang menghadap ke barat. Malam harinya, langit amat bersih bertabur bintang, pemandangan yang tidak mungkin dapat dinikmati di Jakarta atau di kota-kota besar dimana lampu kota dan asap kendaraan dan pabrik naik ke atas dan menutup pandangan mata.

Menjelang malam bulan mulai menampakkan senumnya, walau tidak purnama penuh tetapi cahanya masih cukup terang untuk menerangi cakrawala . seorang rekan menerawang sambil berkata “jadi ingat pacaran dulu, hmmmmm….” Di dek hotel ada dua buah sofa besar yang bisa dipakait tiduran sambil menikmati gemerlapnya bintang di langit. Sepoi-sepoi angin laut sekaligus suara deburan ombak. Sementara rekan lain memetik gitar mendendangkan lagu-lagu Hawaiian. Ah, detik jam pun rasanya melenggang santai dan tidak berdetak terburu-buru seperti biasanya di Jakarta. Aih……

[caption id="attachment_78158" align="alignright" width="224" caption="Malam yang romantis di Karimunjawa (Foto Bastian)"][/caption]

Malam itu, manajer hotel mengingatkan bahwa matahari terbit atau sunrise akan bisa dilihat jam 4.45 pagi dan bisa dinikmati dari kamar masing-masing atau dari dek hotel, dan tur laut akan dimulai jam 8.00 pagi hingga jam 6 sore, saat “matahari masuk ke peraduan”, sunset maksudnya.Beberapa rekan merasa malam masih terlalu awal untuk tidur, dan melanjutkan bergadang sampai larut. Sebagian yang lain memilih untuk tidur karena tidak ingin kesiangan dan kehilangan kesempatan menikmati sunrise.

Hari Kedua

Kriiiiiing……bunyi jam weker, entah punya siapa, melengking tepat jam 4.30, membangunkan keenam penghuni Honeymoon room. Begitu tirai kamar dimuka…….jreng, titik kuning kemerahan matahari itupun mulai menyembul di ufuk timur, perlahan-lahan. Semburat kuning pun mulai mewarnai langit. Duh asyiknya menikmati keindahan sunrise pagi itu dari kamar tidur sambil kriyep-kriyep dan malas-malasan. Banyak juga yang melanjutkan sunrise viewing ini dengan berjalan-jalan dipantai.

[caption id="attachment_78160" align="alignleft" width="300" caption="Matahari terbit (Foto oleh Dyah Kelasworo)"][/caption]

Sarapan pagi itu menunya nasi goring, bakmi goreng, tempe goreng dan telor dadar tipis serta aneka sambal dan timun iris. Topik hangat pagi itu lagi-lagi tentang penghuni kamar Honeymoon, kamar dengan bak mandi dan kloset yang ada di tengah ruangan dan terbuka melompong. “Gimana caranya mau mandi? Apalagi mau setor? Susah dong…nggak bisa keluar-keluar….hehehehe”, kata seorang rekan.

Tepat jam 8:00 pagi semua peserta siap berangkat ke dermaga dan jam 8:30 semua sudah berada diatas tiga perahu yang akan membawa mereka mengelilingi pulau-pulau sekitar KJ. Tujuan pertama pagi itu adalah Pulau Cemara Kecil – konon menurut mas Imam, pemandu wisata, pantai di pulau itu adalah lokasi yang paling cocok untuk berenang dan snorkeling. Cuaca pagi itu cerah sekali, udara segar laut rasanya merasuk ke dalam paru-paru.

Setelah sekitar satu jam perjalanan, perahupun mulai mendekat ke Pulau Cemara Kecil. Warna laut yang lebih hijau muda mengelilingi pulau tersebut menandakan karang-karang yang mengelilinginya. Perahu-perahu itupun mengurangi kecepatannya dan mencari jalur yang airnya dalam supaya tidak menabrak karang dangkal. Akhirnya perahupun merapat ke pantai pulau tak berpenghuni itu. Rupanya perahu-perahu itu telah dilengkapi peralatan berenang danmenyelam seperti googles, snorkeling, fins maupun pelampung.

Sesampai di pulau, romongan terbagi menjadi dua kelompok, kelompok snorkeling dengan perahu pergi agak ketengah untuk meneropong keindahan karang bawah laut dan ikan-ikan. Sedangkan kelompok sisanya leyehan dipinggir pantai berpasir putih itu. Panas mulai menyengat tetapi banyak pohon-pohon tempat bernaung dengan beralas tikar plastik.

Kelompok yang tinggal di pantai ini menghabiskan waktunya untuk berenang, atau sebetulnya nggak berenang sih, cuma main-main air di pasir putih nan lembut dan seksi itu, pokoknya enjoying banget deh. Para backpackers wanita pun tidak kalah gaya, berbagai pose seolah model yang kebanjiran order kalender – ini dia pose ala “delapan putri duyung terdampar”.

[caption id="attachment_78159" align="aligncenter" width="300" caption="Backpackers bak putri duyung terdampar (Foto oleh Santi)"][/caption]

(Bersambung).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun