Mohon tunggu...
Ris Sukarma
Ris Sukarma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan PNS

Pensiunan pegawai negeri, sekarang aktif dalam pengembangan teknologi tepat guna pengolahan air minum skala rumah tangga, membuat buku dan fotografi. Ingin berbagi dengan siapa saja dari berbagai profesi dan lintas generasi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Maglev, Kereta Masa Depan?

24 Februari 2010   23:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:45 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Maglev (www.bwmaglev.com) "][/caption] Maglev (magnetic levitation) kemungkinan akan menjadi kereta masa depan, menggantikan kereta yang digerakkan dengan listrik. Sesuai namanya, kereta maglev digerakkan dengan tenaga magnit, sehingga kereta tidak lagi berpijak pada rel, tapi melayang, sehingga bisa melesat dengan kecepatan tinggi, hampir tanpa goncangan dan tidak berisik. Kecepatan maglev tertinggi yang pernah tercatat adalah 581 km per jam, yang dicapai dalam uji coba maglev di Jepang tahun 2003. Kecepatan ini 6 km/jam lebih cepat dari TGV (Train à Grande Vitesse, kereta berkecepatan tinggi dalam bahasa Perancis), yang sudah lama beroperasi di Eropa. Dengan kecepatan seperti itu, jarak Jakarta - Semarang bisa ditempuh hanya kurang lebih satu jam saja. Maglev yang pertama beroperasi secara komersial adalah di Birmingham, Inggeris pada tahun 1984, yang menghubungkan bandara Birmingham dan stasion kereta Birmingham, tapi kemudian dihentikan pengoperasiannya pada tahun 1995 karena masalah desain. Maglev yang sudah beroperasi antara lain di Shanghai, China, dengan menggunakan teknologi Jerman. Rupanya Jerman menggunakannya sebagai uji coba teknologi baru ini, di China, tidak di negaranya sendiri. Maglev yang menghubungkan kota Shanghai dengan bandara ini disebut Transrapid dan dapat menghubungkan kedua tempat sejauh 30 km dalam waktu 7 menit dan 20 detik, dengan kecepatan paling tinggi 431 km/jam, dan rata-rata 250 km/jam. AS sebagai negara adidaya tidak mau ketinggalan. Pada tahun 2001 diluncurkan program Maglev yang akan menghubungkan Washington dan Baltimore. Rupanya AS juga memilih teknologi Jerman yang dikembangkan di Shanghai, China, yaitu Transrapid, yang sudah teruji kelayakannya. Maglev ini akan mengubungkan pusat kota Baltimore, bandara internasional Baltimore-Washington (BWI) dan Washington DC. Rencananya jalur Maglev ini akan diperpanjang sampai Philadelphia, New York dan Boston ke utara, dan Richmond, Raleigh sampai Charlotte di selatan. Untuk jalur pertama saja, biaya yang diperlukan adalah sekitar 950 juta dolar AS atau setara dengan 9 trilyun rupiah, "sedikit" lebih banyak dari dana talangan untuk Bank Century. Sewaktu penulis berkunjung ke kantor proyek Maglev di Baltimore, rancangan program ini sudah memasuki tahap akhir. Semua aspek, termasuk rencana tarifnya sudah dihitung dengan matang. Apabila sudah beroperasi, tarif antara Baltimore dan bandara BWI adalah 11.50 dolar AS atau sekitar 110.000 rupiah, sedangkan untuk tarif langganan ongosnya lebih murah, yaitu sekitar 60 ribu rupiah. Kalau untuk jalur Baltimore-Washington tarifnya adalah sekitar 250.000 rupiah. Cukup mahal untuk jarak yang sama dengan Bogor-Jakarta. Keuntungan dari maglev ini, apabila diandingkan dengan kereta listrik biasa antara lain:

1. Mengurangi orang yang menggunakan mobil pribadi, karena diharapkan akan beralih ke maglev, sehingga menghemat BBM dan mengurangi pencemaran udara

2. Menghemat waktu, karena maglev bisa lari dengan kecepatan tinggi

3. Mengurangi kemacetan di bandara

4. Mendorong pariwisata, membuka lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian daerah

Meskipun sudah dirancang dengan sangat matang, penulis dengar masih ada beberapa hambatan yang harus diselesaikan, antara lain kesepakatan fihak-fihak terkait antara Kota-kota Baltimore, Washington DC dan Maryland. Program Maglev ini memang insiatif dari Baltimore dan mengajak kota-kota tetangganya untuk bersama-sama mewujudkan program ini dalam kerjasama yang saling menguntungkan. Karena tingginya biaya investasinya, program ini direncanakan dibiayai dengan kerjasama swasta. Menurut jadual, seharusnya tahun 2010 ini sudah dimulai uji coba jalur pertama. Sayang penulis tidak sempat mengetahui perkembangan lebih lanjut dari program maglev di AS ini. Bagaimana dengan kita? Ah, jangan dulu bermimpi membangun maglev sebelum masalah perkereta apian kita dibenahi dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun