Mohon tunggu...
Suga Muhammad
Suga Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - penulis dan trainer

meninggalkan jejak pemikiran lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kerusuhan 22 Mei, Amien Rais dan Prabowo Harus Bertanggung Jawab

23 Mei 2019   02:23 Diperbarui: 23 Mei 2019   02:56 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu sejatinya merupakan pesta demokrasi dimana rakyat menggunakan kedaulatannya untuk menentukan arah bangsa. Sebagai sebuah pesta, seharusnya nuansanya penuh dengan kegembiraan dan menyenangkan. Sayangnya, hal ini tidak terjadi di pemilu 2019 kali ini.

Adanya rematch antara Jokowi dan Prabowo yang menjadikan kontestasi menjadi terpolarisasi dengan cukup tajam membuat pesta demokrasi kali in diliputi oleh nuansa kebencian perpecahan.

Prabowo yang harus kembali bertempur dengan Jokowi tampaknya berusaha keras untuk memenangkan kontestasi yang mungkin menjadi yang terakhir baginya. Kemenangan merupakan keharusan baginya.

Pada pilpres kali ini, Prabowo sangat optimis menang karena ia mendapat tambahan amunisi dari umat Islam yang tergabung dalam PA 212. Kemenangan di DKI Jakarta membuat keprcayaan diri Prabowo berlipat ganda. Apalagi dana segar juga deras mengalir dari sang pengusaha muda yang menjadi wakilnya, Sandiaga Uno.

Segala ekspektasi kemenangan sudah membayang di depan mata. Apalagi ditambah provokasi bahwa Prabowo pasti menang kecuali ada kecurangan. Narasi yang dibangun oleh elite pendukung Prabowo ini sangat dipercayai.

Terbukti, ketika hasil pilpres menunjukkan hasil bahwa Prabowo kalah lagi, maka kambing hitam pertamanya adalah kecurangan. Narasi kecurangan yang dibangun secara masif ini menyebabkan para pendukung Prabowo meyakini hal tersebut.

Jalan demonstrasi atau aksi dipilih oleh pendukung Prabowo karena sebelumnya politik gaek Amien Rais sudah menyerukannya. Ia menyatakan tidak mempercayai MK dan lebih memilih jalan people power. Seruan ini dianggap makar sehingga Amien mengubahnya menjadi Gerakan Kedaulatan Rakyat. Maka ketika Prabowo dinyatakan kalah, protes para pendukung tak terelakkan.

Secara kosntitusi, jalur untuk menggugat hasil pilpres sebenarnya sudah disediakan. Namun karena kadung membangun narasi untuk aksi, maka massa pendukung merealisasikannya.

Sayangnya, aksi tersebut akhirnya harus ternoda karena terjadinya kerusuhan yang menelan korban jiwa, kerusakan, dan tentunya mengoyak kedamaian bangsa.

Amien Rais menyalahkan polisi atas indiden ini, padahal seruannya untuk melakukan aksi merupakan salah satu pemicu kerusuhan ini. Pun demikian dengan Prabowo, meski akhirnya memilih jalur konstitusi, adanya seruan untuk tidak menerima hasil pemilu karena adanya kecurangan menjadikan massa pendukungnya melakukan aksi.

Seandainya sejak awal mereka memilih jalan konstitusi dan tidak melakukan provokasi, tentu semua tidak akan terjadi. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tinggal bagaimana mereka sekarang mempertanggungjawabkannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun