***
"Ta, gue udah dapat kenaikan gaji. Besok udah bisa masuk office. Syukur deh Ta, bener kata lo. Syukur bikin gue mujur."
Aku diam.
"Ta lo masih di sana? Oh my Tata, gimana nasib kerjaan lo?
"Gue resign Na."
"Lo kenapa?"
Suaranya sedikit bergetar. Ponsel digenggamanku terasa makin dingin. Napasku tertahan, ikatan kami terputus. Aku tidak membenci takdir ini. Terkadang aku hanya membenci diri sendiri. Ia telah beranjak lebih baik, dan Tata nya mundur teratur.
"Lo nggak cerita ke gue, Ta. Kenapa? Kerjaan lo gimana?"
Karena aku tidak pernah sanggup. Merelakan ia terikat dengan kesedihan milikku sedang ia mati-matian berjuang menata diri. Atau mungkin aku sendiri yang merasa terikat.
Selamat bersemangat, Nuna.