-1.659.155.865
2013*
91.068.762.794
94.410.645.297
-3.341.882.503
*angka sementara (Bulan Januari-Juni ) Sumber: bps.go.id
Tabel 1.0
Dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 hingga 2011 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus,namun mengalami penurunan surplus yang cukup ekstrem pada tahun 2008. Dapat dilihat dari tabel 1.0 sesungguhnya pada tahun 2008 ekspor indonesia meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun juga dibarengi meningkatnya kegiatan impor. Sehingga surplus dari neraca perdagangan menurun tajam.
Selanjutnya neraca perdagangan indonesia mulai mengalami penguatan kembali pada tahun 2009 hingga 2011, namun pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar 1.6 Miliar USD. Hal ini disebabkan karena melemahnya kegiatan ekspor pada tahun tersebut. Namun penyebab yang lebih dominan mempengaruhi neraca perdagangan tahun 2012 adalah meningkatnya kegiatan impor. Kegiatan impor yang memengaruhi defisitnya neraca perdagangan dapat dilihat dibawah ini:
Pada tabel terlihat bahwa defisit yang disebabkan oleh sektor migas pada tahun 2012 sebesar 5,5 miliyar USD sedangkan sektor non migas menyumbang surplus sebesar 3,9 milyar USD. Sehingga pada tahun 2012 mengalami defisit untuk pertama kalinya dalam 50 tahun terakhir sebesar 1,6 milyar USD.
Neraca perdagangan pada tahun 2013 tidak jauh berbeda dengan tahun 2012, pada tahun 2013 (data sementara yang ditunnjukkan bulan Januari hingga Juni) masih mengalami defisit, penyebabnya sama seperti tahun 2012, tingginya impor migas menyumbang defisit pada neraca perdagangan.
Impor migas terbesar adalah impor BBM (Bahan Bakar Minyak). Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi, defisit neraca perdagangan migas selama 2012 dipicu oleh tingginya permintaan impor BBM yang mencapai 28,7 miliar USD atau naik 1,9 persen. Hal tersebut menyebabkan neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar 1,6 Miliar USD. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan akan BBM dalam negeri tidak diimbangi dengan persediaan BBM dalam negeri sehingga menyebabkan Indonesia harus impor BBM untuk memenuhi permintaan tersebut. Keadaan ini diperparah dengan konsumsi BBM yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan defisitnya neraca perdagangan pada tahun 2012 dan tahun 2013 menunjukkan bahwa Indonesia belum siap untuk menghadapi pasar persaingan bebas ASEAN. Ketidaksiapan ini dapat kita lihat dari rendahnya kualitas produk yang dihasilkan oleh Indonesia. Sehingga produk tersebut belum mampu bersaing dengan produk dari luar.
Selain itu, kondisi industri manufaktur di Indonesia belum mendukung secara kualitas atau belum memenuhi persyaraatan perdagangan bebas karena kurang kesiapan infrastruktur, produktivitas yang rendah, bunga kredit yang tinggi, biaya transportasi yang tinggi, Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia,faktor utamanya Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan barang modal, sehingga untuk memenuhinya Indonesia harus impor barang modal dari luar.
Defisit yang terjadi pada kuartal II tahun 2013 dampaknya telah kita rasakan, yaitu berkurangnya cadangan devisa dan berimbas langsung pada perekonomian nasional secara keseluruhan, terutama menyangkut inflasi, dan suku bunga serta menguatnya nilai tukar dolar di pasar uang membuat apresiasi rupiah kembali terhambat dan mengalami pelemahan di transaksi pasar uang kemarin.
Menurut “Anggota Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia, Ina Primiana,” sebaiknya pemerintah segera melobi negara-negara lain untuk menghentikan sementara FTA, karena dianggap terus menekan industri dalam negeri dan merugikan.
Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi FTA tersebut dengan mengembangkan industri manufaktur dalam negeri dan untuk menekan impor barang modal dapat dilakukan strategi dari Menteri Perindustrian MS Hidayat dengan memperkuat industri sektor hulu melalui realisasi investasi asing dan fokus pada pengembangan sektor hulu seperti industri besi baja dan petrokimia. Dengan berkembangnya industri manufaktur maka Indonesia akan mampu memenuhi permintaan dalam negeri dengan produk dalam negeri.
Selain mengembangkan industri manufaktur dalam negeri, perlu dilakukan peningkatan kualitas SDM agar produktivitas yang dihasilkan meningkat. Upaya dalam meningkatkan SDM dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan tenaga kerja, memperkenalkan tenaga kerja dengan teknologi terbaru.
Menurut pengamat ekonomi dari Center for Information and Development Studies (Cides) Umar Juoro, defisit neraca perdagangan yang terjadi pada pertengahan 2013 ini dipengaruhi oleh defisit pada ekspor-impor minyak dan gas (migas) daripada sektor non migas, Oleh karena itu bukan sepenuhnya salah menteri perdagangan, Gita Wirjawan. Hal ini juga merupakan tanggung jawab kementerian Energi dan Sumber daya Mineral karena sektor migas dikelola oleh kementerian tersebut. Maka sangat diperlukan koordinasi strategis antar kementerian atau lembaga terkait untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut.
Kebijakan pemerintah mengenai ekspor-impor juga akan sangat berpengaruh dalam menekan kegiatan impor dan mendukung kegiatan ekspor. Pemerintah harus dengan tegas membuat peraturan untuk menyelamatkan neraca perdagangan Indonesia. Pemerintah harus mengeluarkan peraturan mengenai kuota impor sehingga secara perlahan Indonesia akan mengurangi ketergantungan impor.
sumber: bps.go.id dan artikel terkait
-Mahasiswa Pend.Ekonomi Koperasi NR 2011 FE-UNJ
*Kelompok 1 (satu)
-M. Iqbal Fauzan
-Rahmat Romansah
-Risma Safutri
-Rissa Ladya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H