Mohon tunggu...
Rissa Adriani Adawiyah
Rissa Adriani Adawiyah Mohon Tunggu... -

if you never CHASE your dream, you will never CAYCH them ...\r\namgrayscale.co.cc

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

C r o w d e d !!!

11 April 2012   03:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang hari sangat panas. Kurasakan hal itu saat ini, ketika udara begitu berdebu,crowded dan seterusnya. Begitulah negeriku ini. Aku membutuhkan AC sekarang, AC yang mungkin bisa menambah polusi saja. Membantu sekejap dan selanjutnya ....Braakkksss...crush.. crush.. crush...Aku melesat dan akhirnya berenti di halte bus menuju rumahku di Cibubur. Beberapa teman lelakiku yang benrama Ali, Daniel, Indra dan Roni duduk dikursi empuk sportage nya yang mengkilap. Dan baru saja aku meliat Ellie membawa mobil jazz merahnya dengan lembut. Dalam hati aku bergumam, andai ayah sekaya dan segampang itu memberiku hadiah mobil mewah. Hmmm... Sesekali aku melirik kearah kiri, kanan dan depan halte. Ketika kurasakan ada sesuatu yang membuatku terganggu. Yup, benar sekali, bau yang sangat menyengat. Setelah kucari asal muasal “smellgreat” yang membuatku terganggu itu akhirnya aku memergokinya sedang bersembunyi disamping tiang halte yang lumayan tinggi. Seonggok sampah yang sudah tidak muat nampaknya. Terdapat beberapa bekas air mineral, snack, dan sampah-sampah yang umumnya an-organik. Hatiku begitu tersayat melihat keadaan halteyang sangat tidak nyaman ini. Pantas saja orang-orang lebih memilih membawa kendaraan sendiri untuk aktivitas sehari-harinya. Mereka tidak menyadari bahwa aku kesepian sekarang, tidak ada Nadia, Erwin, Jamila, Jannah yang selalu menemaniku duduk di halte bus. Mereka telah melupakanku. Mereka tidak tahu aku duduk sendiri di halte bus menghirup setiap polusi yang menyesakkan. Mereka juga tidak menghiraukanku setiap hari harus berdiri lebih lama didalam bus yang kursinya saja sudah tak layak pakai. Pikiran mereka lebih singkat, mungkin. Mereka membawa kendaraan mereka sendiri dan membuat kota kebanggaanku menjadi penuh sesak. Mereka juga tidak sadar kemacetan yang telah mereka buat seolah-olah bukanlah dampak dari padatnya kendaraan yang umunya kendaraan pribadi. Banyak sudah bus-bus menuju rumahku sudah tinggal barang “zonk” yang seolah menjerit-jerit meminta pertanggung jawaban. Ditambah lagi keadaan sekarang halte yang sudah 6 tahun kutempati untuk menunggu bussemakin memburuk. Tidak adanya pelayanan yang baik untuk halte.

Tiiiinnnn.... Tiiiiinnnn..... Bus yang kutunggu akhirnya datang juga. Aku bangga dengan bus yang sekarang kutumpangi. Meskipun aku sekarang harus berdiri sampai rumah. Setidaknya aku dapat mengurangi kepadatan kendaraan di kotaku. I hate crowded.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun