Kabupaten Gunungkidul tengah digegerkan penyebaran antraks, 87 warga terpapar antraks di berbagai daerah seperti Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu. Satu orang warga terkonfirmasi meninggal dunia akibat antraks.
Antraks di Gunung Kidul bermula saat warga menggali kubur sapi yang positif antraks lalu memakan dagingnya.
Diduga karena tradisi antraks ini dapat terjadi. Tradisi Brandu tradisi penyembelihan sapi sakit atau mati yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul. Nantinya, daging hasil penyembelihan dijual murah dan uangnya dikumpulkan untuk membantu pemilik sapi.Â
Kasus antraks yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul bukan yang pertama. Catatan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian daerah di Yogyakarta tersebut merupakan endemi Antraks.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nuryani Zainuddin menjelaskan penyakit yang disebabkan bakteri yang disebabkan bakteri Bacillus Anthracis ini sudah ada sejak tahun 1884.
Nuryani juga menjelaskan populasi potensi ternak rentan Antraks di Kabupaten Gunung Kidul mencapai 357.351 ekor hewan ternak. Rinciannya 143.793 ekor sapi, 202.555 ekor kambing dan 11 ribu ekor domba.
"Ketika daerah endemi Antraks tidak dilakukan penanganan secara baik. Baik di tanah, lingkungan dan kesadaran masyarakat maka kasus Antraks ini akan terus berlanjut," ujarnya saat jumpa pers secara daring, Kamis (6/7/2023).
Nuryani menambahkan tingginya kasus Antraks di Gunung Kidul ini tidak terlepas dari spora yang bisa bertahan di tanah selama puluhan tahun dan budaya menyembelih hewan mati dan membagikan daging kepada warga sekitar.
Hasil penelusuran Dinas Kesehatan Pemkab Gunung Kidul, 87 warga dinyatakan positif Antraks.
Tingginya kasus positif Antraks di Gunung Kidul lantaran warga memakan daging sapi yang sudah mati yang dibagikan ke warga.
"Tidak jarang ternak yang mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis. Nah ternak yang mati ini perlu dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan dari hewan ke manusia. Tidak boleh dibedah dan dilukai," ujar Nuryani.