"Eh tunggu dulu. Tadi kalian lagi ngomongin kembali ke masa lalu ya?" tanya remaja laki-laki penasaran.
"Kok kamu tau? Kamu nguping ya, To!" teriakku kepada Ditto.
"E-eh enggak, kok. Kalian aja yang ngomongnya kekencengan," jawab Ditto. Lalu Ia mengambil sebuah buku dari dalam tasnya. "Nih, kalau kamu penasaran, coba baca buku ini," Ditto memberikan sebuah buku yang bertuliskan "Reset" di sampulnya kepadaku.
"Apa ini, To?" tanyaku kepada Ditto yang ternyata sudah hilang dari hadapanku.
"Yuk, Na, ke kantin. Aku udah laper, nih!" ucap Lisha sambil memegangi perutnya yang mulai keroncongan.
"Sha, kan kamu bawa bekal makan..."
"Oh iya! Aku lupa! Yuk kita makan!" Lisha pun tertawa menyadari kebiasaan lupanya.
Aku baru membaca seperempat bagian buku berjudul "Reset" itu. Ternyata buku tersebut berisi tentang mengulang waktu yang telah berlalu, persis sama seperti yang aku pikirkan ketika jam mata pelajaran matematika tadi. Di buku tersebut tertulis 3 cara yang bisa dilakukan untuk kembali ke masa lalu. Aku pun segera mengajak Lisha untuk mencobanya setelah pulang sekolah. Ia pun tidak menolaknya karena ia juga sama penasarannya denganku.
Kini aku dan Lisha sudah berada di sebuah taman dekat sekolah. Kami masih memakai seragam pramuka dan menggendong tas ransel. Aku dan Lisha sepakat untuk mencoba cara pertama. "Kalau kita terjebak di sana gimana, Na?" tanya Lisha khawatir. Aku pun menenangkannya dengan menjawab, "engga kok, Sha, tenang aja."
"Tapi kan kamu belum selesai baca buku itu. Seengganya baca sampai habis dulu, Aleynaaaa."
"Kelamaan, Sha. Daripada buang-buang waktu, mending kita coba dulu cara yang ke 1."