Keindahan dan keeksotisan tempat itu membuat kami benar-benar merasakan liburan. pemandangan dan bentuk-bentuk batu yang memanjang besar memikat imajinasi dalam setiap detilnya. Kami menghabiskan banyak waktu untuk mengambil banyak foto, berfoto bersama turis asing serta mengobrol banyak dengan para instruktur dan tim arkeologi yang sedang melakukan eskapasi, di sisi lain melihat bebatuan yang berserakan muncul dari tanah begitu saja tanpa digali seolah ingin memperlihatkan keajaiban dan kecerdasan nenek moyang jaman dulu dalam membangun peradaban jauh ribuan tahun sebelum ditemukan ini memberikan rasa tenang tersendiri pada diriku, ketertarikan pada peradaban kuno dan situs ini membuatku khususnya sempat belajar huruf-hufur bahasa tulis suku sunda kuno dari buku-buku yang dijual oleh pedagang asongan setempat, cukup sederhana, murah tapi berkualitas dan ilmu pengetahuan khususnya memang terasa tak ternilai harganya.
Ketika tiba-tiba suara teriakan perempuan yang menggema ke seluruh penjuru situs purbakala memecah dan memutar balik semua keadaan. Entah apa yang terjadi, tapi yang kutahu menanyakan semua hal itu pada diriku tak akan memberikan jawaban apapun, tubuhku bagai sebuah resfon yang entah mungkin tertanam begitu lama langsung meloncat begitu saja dari salah satu batu kemudian berlari secepat mungkin mendekati sumber suara meninggalkan semua teman-temanku yang sedang mengambil foto. Sekitar 50 meter dari tempat kami berfoto agak sedikit menurun memasuki daerah dengan batuan yang menjulang besar berantakan dan padat kulihat seorang perempuan setengah baya duduk termangu di balik batu yang nyaris tak terlihat jika dilihat dari atas bukit. Enah apa yang membuat perempuan itu duduk terjatuh di tempat seperti itu, dan dengan ekspresi wajah yang menakutkan membuat bulu kuduk ku berdiri, hal apa yang bisa membuat seorang wisatwan termangu dengan tubuh yang seolah tak bisa digerkan serta ekspresi mata lebar terbuka melihat ke satu arah seolah tak bisa berkedip sedikitpun diantara tekanan jiwa yang ketakutan dan kenyataan yang ada di depan matanya.
"Ada apa nyonya?!!,"
Seolah tak bisa berbicara perempuan setengah baya itu langsung menoleh padaku dengan gerakan tiba-tiba disertai tatapan tajam matanya yang bulat dan kaku tanpa bisa menjawab sedikitpun pertanyaan yang ku lontarkan.
"Iblis."
"Apa?,"
"Iblis Kelong Wewe!." Satu kata meluncur begitu saja menyentak dari mulutnya yang sedari tadi kaku sambil mengangkat tangan kanannya menunjuk ke sebuah celah yang cukup besar diantara bebatuan yang menumpuk.
dari atas batu seketika kulihat di celah itu sesosok . . .
Deni yang segera menyusulku langsung melihat kearah celah itu dan,
"Oh . . . Itu."
"Mayat"