Mohon tunggu...
Risris Bayanillah
Risris Bayanillah Mohon Tunggu... -

The Student of Science of Law In Islamic State University . Hanya Mahasiswa Ilmu Hukum Biasa yang ingin belajar menulis karena kerinduan hebat terhadap berdirinya keadilan di Negeri Ibu Pertiwi Ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Iblis Kalong Wewe Piramida Gunung Padang

16 Maret 2014   14:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Iblis Kelong Wewe Piramida Gunung Padang


Dari beberapa pengalaman ganjil yang ku temui dan bahkan mungkin mulai menjadi koleksi pribadiku dalam keikutsertaanku menyelesaikan beberpa kasus kriminal yang cukup rumit kini tertempel di dingding asrama dalam bentuk peper-peper yang tak akan terlupakan atau menjadi file tersendiri yang tersimpan rapi dalam arsip-arsip dokumen komputer pribadiku memang kadang membuatku cukup bangga.

Ketertarikanku terhadap kasus-kasus kriminal dan metodologi deduksi dalam menganalisis berbagai kronologi penting dalam sebuah tindakan kejahatan memang cukup menyenagkan bagiku, namun ada di beberapa saat-saat itu aku merasakan kelelahan yang mendera ditambah dengan berbagai tugas kuliah hukum yang kedatangannya kadang tak bisa diprediksi dengan mudah. Seperti saat terjadi kasus horor St. Gintung dengan terbunuhnya seorang mahasiswi muda Jurusan fisika di Fakultas Sains dan tenologi beberapa bulan lalu saat tahun ajaran baru saja mulai aktif. Pembunuhan itu secara awam memang tidak ada yang ganjil, korban tergantung di tengah jembatan Situ Gintung dan ditemukan saat dini hari oleh seorang pemancing tua, petugas kepolisian setempat pada awalnya menetapkan korban bunuh diri. Namun beberpa obrolan terhadap beberapa orang terdekat melahirkan spekulasi yang lebih luas untuk mengetahui motiv bunuh diri, dengan sedikit keberuntungan dan beberpa petunjuk dari tempat kejadian perkara yang kutemukan berupa kartu telepon genggam yang seperti sengaja di buang dan beberapa petunjuk kasar yang tertiggal pada tali yang dipakai untuk bunuh diri dari kecerobohan sang pacar korban yang kemudian membawanya menjadi pelaku pembunuhan itu.

Butuh perjuangan ekstra untuk menjelaskan detil kejadian itu kepada beberapa dosen sebagai alasanku tidak menghadiri kuliah selama kurang lebih empa hari, sejak hari pertama beberapa petugas kepolisian setempat termasuk detektif yang pernah menungguku ke kampus untuk membantu menyelesaikan kasus ini, walaupun pada awalnya hanya menjadi penghantar dan untuk beberapa keperluan birokrasi dengan pihak kampus, keberhasilanku membantu menyelesaikan kasus ini membuaatku kenal dengan beberpa petugas forensik dan detektif Polsek Ciputat Timur Tanggerang Selatan Provinsi Banten, termasuk Detektif Suteyoso yang kini masih akrab denganku. Hal ini memang agak membuat reputasiku cukup dikenal di kepolisian ciputat dan kampus, sehingga beberpa teman menjulukiku dengan Aslan Kurnia si detektif muda tingkat mahasiswa yang sebenarnya tak pernah aku hiraukan sedikitpun.

Sebagai mahasiswa Ilmu Hukum di Universitas Islam Negeri Jakarta, aktifitas kampus pada semester empat ini memang cukup padat, mata kuliah yang sebenarnya sedikit namun jadwal KRS yang tersebar pada setiap hari menuntutku untuk lebih cerdik menghadapi waktu. Membagi waktu menjalani kuliah setiap hari dengan berbagai kegiatan Organisasi kampus internal maupun eksternal bukanlah hal mudah yang membuatku merasa hari minggu adalah hari paling membahagiakan dan paling pribadi dalam setiap akhir pekan yang kutemui, di saat-saat luang seperti itu aku sering mengingat beberapa kasus kejahatan yang pernah kulalui. Terlalu berlebihan memang untuk bisa berfikir seperti itu seolah aku merindukan tindakan kejahatan ganjil menghampiriku untuk aku pecahkan.  Tujuan dari hukum tentunya adalah menciptakan kemanfaatan, kepastian dan tentu saja adalah keadilan, namun hidup yang seperti roda berputar ini entah bagaimana membuat manusia dimanapun menyimpulkan bahwa akan selalu ada keseimbangan antara kekuatan jahat dan kekuatan baik, tak perlu dipertanyakan dan di buat-buat kasus kejahatan dimanapun bisa saja terjadi.

Hukum tak henti-hentinya diciptakann dan dibuat untuk menciptakan keadilan dan membantu setiap manusia di dunia mendapatkan kepastian akan perlindungan hak-hak asasi kemanusiaannya, tak ada bedanya seperti semut yang membangun sarang mengangkut satu persatu pecahan ranting, dalam lingkungan akademisi kampus hal-hal mengenai keadilan selalui menjadi trending topik yang di diskudikan dari generasi ke generasi, sedangkan diluar sana dunia media masa terus ramai-ramai membangun eporia masyarakat melalu tontonan yang memperlihatkan bagaimana para ahli hukum di negeri ini duduk di mana permaslahan seputar keadilan hukum di lempar-lempar dan di perdebatan di atas meja makan. Namun tindak kejahatan dan pelanggaran hukum juga terus meningkat seolah konflik dalam sudut pandang masyarakat adalah hal biasa di negeri Nusantara yang prulalis ini.

Setelah tenggelam dalam berbagi rutinitas perkuliahan yang akut dari berbagai acara organisasi yang tak kunjung henti sampai pelaksanaan Ujian akhir smester kulalui tibalah masa libur semster yang seolah sudah lama kunantikan. Perbincangan dengan beberapa orang di asrama serta teman-teman yang tergabung dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa bahasa asing akhirnya memebawa kami bersama-sama pada lika liku jalanan Puncak bogor menembusa sampai masuk ke daerah kota cianjur untuk berlibur selama kurang lebih satu minggu menyaksikan reruntuhan situs purbakala Gunung Padang yang kurang lebih satu tahun lalu di temukan sebelum sampai kami semua mudik ke kampung halaman masing-masing nantinya.

Hari itu, senin tanggal 7 bulan juli 2014. Tubuh lemasku terbangun disebuah kursi mobil mini bus ukuran sedang milik keluarga coney, salah satu tema kami. Kebetulan keluarganya mempunyai vila di daerah cianjur dan memberikan kami ijin untuk memakai vila itu secara gratis. Jumlah kami ada enam orang aku sendiri Aslan Kurnia teman disampingku duduk Andre Nirata, kemudian ada Deni fernandes, lalu Harun Nasution asal Medan, Irene Coney, Hinda Airin, dan Lidyawati asal Jakarta serta dua orang tua Irene yaitu Levy Coney pria berumur sekitar 50 tahunan dengan postur tubuh besar dan perut bulat serta kumis hitam yang merupakan gambaran yang tampak jelas dan sesuai dengan profesinya sebagai petugas kepolisian, dari lencana yang digantung di depan pada kaca pengintip dengan jelas dapat diketahui bahwa ia bekerja sebagai petugas senior dinas di BNN atau Badan Narkotika Nasional Indonesia, kemudian Historia Coney yang tidak lain adalah ibu dari Irene sendiri wanita yang berumuran sekitar 49 tahun dengan postur tubuh yang sedang dan berdandan rapih serta guratan make up yang terlihat jelas benar-benar menunjukan seorang pegawai yang sudah bertahun-tahun diam diantara hiruk pikuk aktifitas keuangan bank.

Sementara Pak Levi menancab gas menaiki tanjakan dan liku jalan puncak bogor setelah melewati panjangnya tol Jagorawi kami semua terdiam melihat pemandangan kebun teh sekitar. Tidak sepeti yang dibayangkan, sedikit hujan gerimis hari ini membuat kabut tebal terus menjelma, semakin naik ke dataran tinggi semakin tebal kabut yang muncul, perjalan melewati puncak yang biasanya disertai pemandangan indah hijau dari hamparan kebun teh berubah menjadi perjalanan yang berbahya, kabut tebak menyelimuti membuat jarak pandang kami hanya sekitar stujuh meter dan menelan warna hijau daun teh sehingga menampilkan lanscape yang benar-benar berbeda seperti hutan kabut tebal misterius yang menyeramkan membuat kami harus menempuh waktu yang lebih lama.

Menempuh waktu hampir lima jam perjalanan akhirnya kami sampai di vila keluarga coney, sesuai dengan rencana orang tua coney akan tinggal di vila mereka dan kami akan menginap di penginapan dekat situs purbakala itu deitemukan, sekitar setengah jam dari vila keluarga coney akhirnya kami turun di kaki bukit gunung padang. Setelah mengemasi barang di penginapan sekitar 15 menit kami menempuh perjalanan dengan berjalan kaki untuk bisa sampai situs itu di puncak bukit. Seperti yang diharpakan, sampai di puncak bukit rasa lelah terasa terbayar dengan pemandangan yang benar-benar baru dan beda dengan padatnya kehidupan ibu kota biasanya. Ratusan batu bata besar yang tak mungkin disebut hasil karya tangan alamiah itu terhampar dan berserakan menanjak menuju puncak bersebrangan dengan hutan pepohonan mahoni yang menurun dan terlihat memenuhi bukit-bukit kecil di sampingnya.

Sejak tahun 2012 awal pertama kali ditemukannya situs ini sekarang sebagian wilayah yang digali sudah mulai bisa dibuka untuk para wisatwan lokal maupun internasional untuk melihat-lihat bentuk-bentuk ukiran batu berbentuk balok raksasa itu. konon di perkirakan bukit ini sendiri merupakan jelmaan dari sebuah Piramida raksasa yang menurut kabar dari hasil penelitian tim arkeologi berdasrkan karbon dating umur piramida ini jauh lebih tua dari pada Piramida Giza di mesir yang menyandang peringkat sebagai piramida tertua di dunia. Sebagian besar dari tempat ini memang belum bisa tergali sepenuhnya. Sepertinya berbagai hal terkait birokrasi dan permaslahan politik setempat memperlambat Proses eskapasi yang dilakukan, terlihat di sebagian wilayah masih ada posko-poski tim arkeologi bahkan beberpa alat berat penggali yang melakukan eskapasi tanah. Menakjubkan, berita ditemukannya piramida tertua di Indonesia ini telah meluncur ke berbagai media di manca negara membuat situs ini tidak sepi dari pengunjung lokal maupun internasional, terlihat beberapa orang asing berkulit putih bertubuh tinggi dengan logat inggris mengobrol di antara pengujung serta kerumunan mahasiswa study tour dari jepang yang  sedang mengambil foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun