Dalam kehidupan sehari-hari, baik tanah dan air keduanya adalah komponen penting agar manusia dapat bertahan hidup. Bahkan dalam pertanian tanah dan air adalah dua hal utama untuk dapat menumbuhkan tanaman yang kemudian digunakan untuk bahan makanan manusia. sejak zaman dahulu hingga sekarang, manusia selalu memanfaatkan air dan tanah untuk berbagai kebutuhan sehingga sering kali pemanfaatan yang berlebihan.
Dalam banyak jenis kegiatan yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan tanah dan air untuk memenuhi kebutuhannya, sering kali manusia melupakan unsur dan tindakan konservasi dalam kegiatan pemanfaatan yang dilakukan. Baik di sadari atau tidak, kegiatan konservasi tanah dan air merupakan kegiatan yang saling terhubung dalam setiap aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya yang seiring waktu terus meningkat.
Konservasi tanah dalam arti yang luas merupakan pemanfaatan setiap bidang tanah dengan tata cara atau etika penggunaan yang menyesuaikan dengan kemampuan tanah tersebut sehingga tanah perlu diperlakukan sesuai syarat-syarat yang di butuhkan agar tanah tersebut tidak rusak. Sedangkan dalam arti sempit, konservasi tanah merupakan upaya yang diusahakan untuk mencegah kerusakan pada tanah akibat erosi serta memperbaiki tanah yang rusak akibat terjadinya erosi (Lumbanraja, 2018)
Konservasi air pada dasarnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk usaha pertanian seefisien mungkin, serta mengatur waktu aliran agar tidak mengakibatkan banjir hingga merusak, serta memastikan terdapat cukup air pada musim kemarau. Keduanya baik konservasi tanah dan konservasi air mempunyai hubungan yang sangat erat. Hal itu karena, setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air yang ada pada sebidang tanah tersebut. Prinsip utama dalam usaha-usaha konservasi tanah bertujuan untuk:
- Mencegah kerusakan tanah oleh erosi
- Memperbaiki tanah yang akan atau telah rusak
- Memelihara dan meningkatkan produktivitas tanah agar dapat dipergunakan secara lestari.
Sedangkan dalam konservasi dan pengelolaan air, prinsip dari kebijakan pengelolaan air tanah meliputi: kelestarian kondisi dan lingkungan air tanah, prioritas kebutuhan air pokok hidup sehari-hari dan pertanian rakyat, kesejahteraan masyarakat Provinsi atau Kabupaten/Kota pada CAT, keadilan dalam memenuhi kebutuhan air, penggunaan yang saling menunjang antara air tanah dan air permukaan dengan mengutamakan penggunaan air permukaan, serta keseimbangan antara konservasi dan penggunaan air tanah (Butudoka, 2020).
Dengan demikian, maka diketahui jika konservasi tanah dan air bukanlah tindakan menunda penggunaan tanah dan air melainkan usaha yang dilakukan untuk menyesuaikan macam penggunaannya dengan kemampuan tanah serta air dengan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dan air dapat berfungsi secara lestari. Oleh karena itu, konservasi tanah dan air sebaiknya mampu menata berbagai faktor termasuk faktor alami penyebab erosi dan faktor praktek pertanian yang tepat.
Deskripsi Isu
Banyak isu-isu yang bermunculan akibat dari adanya kegiatan pengelolaan tanah dan air untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama pada bidang pertanian. Salah satu isu yang sering terjadi tersebut yaitu erosi di tanah berlereng. Erosi adalah proses berpindahnya partikel-partikel tanah dengan volume lebih kecil pada setiap kejadian hujan dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Tanah berlereng sangat rentan terhadap erosi akibat dari tingkat kemiringannya dan intensitas curah hujan tinggi ketika musim penghujan.
Erosi dipengaruhi oleh faktor alam yang utama yaitu iklim dan lereng. Curah hujan termasuk ke dalam unsur iklim yang memiliki peran besar terjadinya erosi. Kejadian erosi diakibat oleh limpasan air hujan di permukaan tanah. Curah hujan dengan intensitas yang tinggi dan dalam waktu singkat juga dapat menyebabkan erosi. Curah hujan tahunan >2.000 mm terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia, akan memiliki peluang besar timbulnya erosi. Lereng atau kemiringan tanah merupakan penyebab erosi yang dominan di samping curah hujan. Semakin curam dan panjang lereng akan semakin besar juga terjadinya erosi.
Tingginya kebutuhan terhadap lahan pertanian menyebabkan tanaman semusim tidak hanya dibudidayakan pada lahan datar, tetapi juga pada lahan berlereng. Lahan berlereng tersebut seharusnya digunakan untuk hutan atau tanaman tahunan karena membutuhkan tanaman yang memiliki akar kuat guna menahan pergerakan tanah akibat dari adanya air yang mengalir karena terjadinya hujan. Bahaya erosi akan meningkat jika lahan berlereng yang semula hutan atau tanaman berkayu dialihfungsikan menjadi areal pertanian tanaman semusim.