Mohon tunggu...
Risono Cirebon
Risono Cirebon Mohon Tunggu... profesional -

penulis blog untuk edukasi dan berbagi semoga bisa menginspirasi anak negeri menuju Indonesia yang lebih baik, segala hal terkait dengan saya silahkan ikuti @riscirebon di Twitter

Selanjutnya

Tutup

Money

Hilirisasi Mineral Dipengaruhi Nasionalisme Sesat

9 Juni 2015   09:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:09 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Justru semangat membangun ketahanan nasional ditunjukkan oleh sektor mineral logam bauksit dan nikel dalam pengelolaan kekayaan alam Indonesia, membangun industri logam dasar untuk kebutuhan dalam negeri yang selama ini di impor dari negara lain, sementara bahan baku berupa raw material bijih mineral logamnya tersedia cukup melimpah di Indonesia, salah satu buktinya, sejak 8 September 2014, bangsa Indonesia pertama kalinya sejak merdeka, baru mampu mengolah bijih bauksit menjadi produk alumina melalui pabrik chmeichal grade alumina PT ICA yang 80% sahamnya dimiliki oleh Antam yang berada di Tayan, Kalimantan Barat. Bahkan untuk industri mineral logam nikel, tahun ini akan ada 6 smelter baru yang siap  beroperasi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan sektor pertambangan khususnya untuk mineral logam tembaga yang dikuasai pemegang kontrak karya, jangankan smelter bisa beroperasi tahun ini, sekelas Freeport, untuk FS dan kajian AMDALnya saja malahan belum ada. Kita harus berani katkan “tidak” bila tidak taat peraturan perundang-undangan Republik Indonesia, bahkan saya jadi teringat kata-kata Presiden Sukarno kepada duta besar Amerika 25 Maret 1964,”Go to the hell with your aid”. Andai saja Bung Karno masih ada, saya yakin tidak ada nasionalisme sesat di negeri ini, bahkan kebijakan hilirisasi mineralnya Bung Karno cukup jelas terlihat dalam salah satu pidato pada acara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, beliau pernah berkata,”Aku meninggalkan Kekayaan alam Indonesia, biar semua negara-negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya”.

Setelah bangsa Indonesia mampu mengolah bijih bauksit menjadi alumina (chemical grade alumina/CGA) tanggal 8 September 2014 lalu, kini saatnya kita melangkah lagi ke depan untuk membangun smelter grade alumina (SGA) sehingga 100% alumina yang dibutuhkan Indonesia tidak perlu mengimpor lagi. Dengan demikian alumina untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan logam aluminium, kita bisa mandiri, bahkkan kita bisa ekspor alumina maupun logam aluminium bukan lagi ekspor bijih bauksit. Bijih bauksit yang kita miliki, diolah sendiri oleh bangsa Indonesia di Indonesia menjadi alumina (CGA dan SGA) dan menjadi logam aluminium lewat pabrik Inalum. Sinergi BUMN antara Antam dan Inalum sebagai “role model” kebangkitan industri alumina di Indonesia menjadi sangat strategis untuk kesuksesan hilirasi bijih bauksit di Indonesia.

Hilirisasi mineral di Indonesia menjadi sangat penting untuk kedaulatan dan ketahanan bangsa Indonesia, sehingga kewajiban pemurnian di Indonesia sesuai amanat UU Minerba adalah mutlak dan tidak ada pelonggaran raw material (mineral bijih atau ore) boleh diekspor, bahkan saya kurang sependapat dengan Faisal Basri yang memberi saran pelonggaran eksport mineral mentah dengan pembatasan, apalagi analogi Faisal Basri dengan pendekatan kesuksesan hilirisasi CPO di Indonesia, karena menurut saya dari bahan bakunya saja sudah berbeda, CPO bahan bakunya bisa ditanam dan diproduksi berulang-ulang dan tidak akan pernah habis sepanjang kita mau menananmnya, sementara mineral bijih adalah barang yang tidak dapat diperbaharui yang pada saatnya nanti pasti habis, sehingga konsepnya pengelolaan sumber daya alam mineral bijih harus “dieman-eman”, seperti yang dilakukan negera-negara maju seperti Amerika.

Yang berat akan jadi ringan jika semua orang baik negeri ini kompak untuk menjadikan bangsa ini lebih baik, bangsa ini hancur bukan saja karena banyaknya orang yg korup atau jahat tetapi juga karena orang baik negeri ini diam dan membiarkannya tanpa berbuat sesuatu secara bersama-sama menuju bangsa yang berdikari, berdaulat, merdeka, makmur dan sejahtera, tentunya pihak-pihak yang bertentangan dengan semangat nasionalisme kita, mereka tidak akan tinggal diam, tetapi saya yakin kita bisa, bersatu kita teguh, asal ada kemauan dan kesungguhan untuk mewujudkanya dan perlu diingat, semangat ini harus terus disampaikan kepada generasi penerus karena ini adalah cita-cita besar bangsa ini yang tidak akan bisa terwujud dalam satu hari. Ingat sejarah bangsa kita mencatat, baru di tangan Sukarno lah kemerdekaan bangsa ini bisa terwujud padahal perjuangan kearah itu sudah lama diperjuangkan, dan tidak akan ada Sukarno sang proklamator kalau Bung Karno tidak belajar dan dititipkan dirumah HOS Tjokroaminoto. jadi tidak ada perjuangan yang instan, yang ada adalah semangat yg terus ditularkan dan dikobarkan agar tidak boleh mati, serta semangat ini harus disampaikan ke generasi muda dan terus diregenerasi karena begitulah hakekat sebuah perjuangan, tidak akan pernah ada seorang Sukarno yang hebat,  jika Sukarno tidak pernah diregenerasi oleh para pendahulunya, Bismillaahi rokhmaani rokhiim, Indonesia Bangkit, Indonesia Bisa, Indonesia Hebat. (penulis adalah pengurus Perhimpinan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) bidang pengembangan profesi).

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun