Mohon tunggu...
Risna Nurfalah
Risna Nurfalah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Riau Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 4 Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Topeng Malangan: Eksplorasi Keberagaman Budaya di Malang

27 April 2024   21:17 Diperbarui: 27 April 2024   21:19 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kegiatan modul nusantara kebhinekaan kali ini, kami dari kelompok Gajayana PMM 4 UM berkesempatan untuk mengunjungi Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sesampainya di aula kami disambut hangat oleh Bapak Imam selaku pengelola sanggar Lintang Pandu Sekar. Beliau adalah generasi ke- 7 dari keluarganya yang melanjutkan sanggar seni ini. Pak Imam menjelaskan terkait seni tari Topeng Malangan mulai dari sejarah, filosofi, dan sebagainya. 

Sejarah Topeng Malangan yang diketahui sudah ada sejak zaman kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-8 Masehi yang dipimpin oleh Raja Gajayana. Tari topeng ini diciptakan oleh seorang raja untuk disuguhkan ke leluhur mereka, oleh karena itu tari topeng ini dulunya bersifat sangat sakral. Dan seiring perkembangan zaman kerajaan-kerajaan tari topeng ini disuguhkan untuk raja-raja dan kaum bangsawan. Tri Topeng Malangan adalah warisan budaya berharga dari Jawa Timur yang menampilkan gerakan ekspresif dengan memakai topeng sebagai bagian integral dari karakternya. Tari topeng dipentaskan dalam berbagai upcara adat dan acara budaya, tarian ini menggambarkan cerita mitos, legenda, dan nilai-nilai budaya Jawa. Melalui topeng-topeng yang digunakan tarian ini menghidupkan berbagai karakter seperti tokoh mitos, pahlawan, atau makhluk ghaib.

Pembuatan topeng tidak bisa dilakukan sembarangan, ada hari-hari khusus untuk membuat topeng seperti hari kliwon. Pembuatan topeng sangat menghargai alam, misalnya, memotong kayu tidak boleh langsung dipotong dan tidak boleh dipotong sampai akar agar tetap melestarikan kayu tersebut. Pada saat dibuat, topeng tidak boleh menyentuh tanah. Pak Imam juga menjelaskan bahwa meemgang topeng tidak boleh di wajahnya karena itu merupakan gambaran dari leluhur, karya seni yang sangat luar biasa serta merawat warna pada topeng agar tidak rusak. Pada saat ini ada 249 jenis topeng yang terdiri dari tokoh baik dan tokoh buruk. 

Tidak hanya mengetahui sejarah tari Topeng Malangan, disini kami juga berkesempatan untuk mempelajari beberapa gerakan tari Topeng Malangan dan melihat secara langsung penampilan dari salah satu penari sanggar Lintang Pandu Sekar. 

Foto bersama Pak Imam dan Penari Sanggar Lintang Pandu Sekar. Dokpri.
Foto bersama Pak Imam dan Penari Sanggar Lintang Pandu Sekar. Dokpri.
Penulis: Fatimah Azzahra, Ely Tree Lbn Gaol, Risna Nurfalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun