Hari ini, terlepas dari kasus infeksi Covid-19 harian yang masih merayap naik, saya membaca protokol tentang normal baru untuk Indonesia dalam upaya berdamai dengan Covid-19.Â
Protokol yang sangat banyak dan merepotkan seperti kalau naik angkutan umum harus mandi ketika tiba di tempat tujuan, atau setelah sekian kali memakai hand sanitizer disarankan mencuci tangan, sampai jangan menyentuh masker dengan tangan yang tidak bersih membuat saya merasa lebih baik di rumah saja.
Setelah berbulan-bulan di rumah saja, beberapa negara mulai menunjukkan keberhasilan mengendalikan penyebaran infeksi Covid-19. Setelah kurva pertambahan infeksi mulai melandai dan bahkan tidak ada penularan infeksi lokal, banyak aturan-aturan ditetapkan untuk menghindari terjadinya infeksi gelombang ke-2. Aturan seperti tetap jaga jarak aman dan memakai masker paling banyak disebutkan untuk menjadi bagian dari normal yang baru.
New Normal Thailand
Thailand yang sudah hampir sebulan memiliki kasus di bawah 10 per hari sudah mulai tahap membuka berbagai tempat seperti mall, pertokoan, tempat olahraga dan taman kota.Â
Berbagai aturan untuk keluar masuk tempat-tempat umum termasuk mencatat nomor telepon dan nama atau memindai barcode yang membuka website yang semuanya dalam bahasa Thai, aturan yang kalau disalahgunakan bisa jadi melanggar privasi setiap orang.
Tempat makan yang dibatasi plastik, jumlah orang yang dibatasi dalam setiap tempat dan berbagai aturan penggunaan masker, hand sanitizer dan lain sebagainya juga menjadi bagian dari new normal di Thailand. Taman kota untuk olah-raga sudah di buka, tapi bagian playground anak-anak tetap di tutup.
Banyak orang yang mulai merasa aman dan berolahraga di taman tanpa menggunakan masker. Memang memakai masker untuk berolahraga itu bukan saja tidak nyaman, tapi saya pernah baca malah tidak baik untuk kesehatan.Â
Masker itu menghambat jalannya masuk udara ke paru-paru. Paru-paru otomatis bekerja lebih berat ketika menggunakan masker, dan kalau pakai masker sambil olahraga, beratnya makin bertambah dong.
Wacana New Normal Indonesia
Di Indonesia, saya baca sudah mulai banyak sekali persiapan untuk new normal walaupun angka infeksi masih relatif tinggi. Aturan untuk yang pergi bekerja saja panjangnya lumayan 5 halaman, dan saya tidak yakin bisa diingat semua. Banyak juga rencana-rencana untuk memulai membuka sekolah dengan sejuta daftar yang harus diingat.
Eh maaf, saya berlebihan bilang sejuta daftar, tapi intinya semua ini tidak normal. Orang bekerja yang harus super hati-hati sepertinya mendingan di rumah saja. Mana bisa memaksakan semua kantor punya transportasi antar jemput karyawan.Â
Mana mungkin semua orang diharapkan punya kendaraan pribadi. Kalau melihat padatnya angkutan umum jam berangkat dan pulang kerja, sudah jelas kebanyakan orang menggunakan angkutan umum.Â
Lalu sekarang semua mau disarankan menggunakan kendaraan pribadi? Emang ada subsidi buat beli kendaraan saat ini? Bensinnya bagaimana? Terus dengan adanya aturan ganjil genap, berarti setiap orang wajib beli 2 kendaraan pribadi, supaya punya plat ganjil dan genap.
Untuk anak sekolah juga saya tidak bisa bayangkan melarang anak-anak untuk tidak bermain bersama. Untuk tidak bermain di lapangan sekolah, untuk saling menjaga jarak, untuk menggunakan masker sepanjang hari. Lalu saya baca saran untuk memperpendek waktu belajar, ya tidak apa asal jangan bikin siswa membawa pulang setumpuk pekerjaan rumah.
Penutup
Pandemi ini bikin sakit kepala semua orang, baik dari yang membuat regulasi maupun yang menjalankannya. Memang akhirnya mendingan di rumah saja, tapi kok rasanya di rumah sajapun tidak normal.Â
Sebagai makhluk sosial, manusia butuh berinteraksi dengan manusia lainnya, butuh jalan-jalan melihat keluar, bukan cuma keluar rumah tapi ke luar kota. Makanya dari dulu ada studi banding jalan-jalan ke luar negeri, tidak cukup dengan melihatnya lewat video saja.
Terkadang ada perasaan: "Aduh rambut sudah perlu dipotong, saatnya ke salon mumpung sudah buka lagi". Terus hati berkata, "Eh tapi, gimana jaga jarak dengan tukang salon?". Berdebat lagi dengan diri sendiri bilang, "Amanlah asal ikuti aturan yang disarankan, pakai masker dan tidak pegang sana sini". Terakhir waktu mau berangkat baca berita, "Ada 81 orang positif Covid-19 dari salon yang baru dibuka". Hati mau mendebat dan berharap itu berita hoax. Akhirnya tetap saja  balik kanan, gak jadi pergi dan mending di rumah saja.
Pandemi ini memang situasi tidak normal, dan sampai pandemi berlalu, semua new normal itu tidak normal. Sekarang ini, semua merindukan masa-masa normal yang benar-benar normal. Bukan new normal yang masih sangat jauh dari normal.Â
Ya sudahlah, mari berdamai dengan diri sendiri. Bijak memilih, kalau tidak punya pilihan ya ikuti aturan new normal, tapi kalau masih bisa memilih mendingan di rumah saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H