Saya merasa kagum dengan penulis cerita buku ini. Bagaimana penulis bisa menciptakan tokoh yang menginginkan sesuatu yang secara fisik tidak ada, tapi pada jalinan ceritanya ditunjukkan kalau mereka sebenarnya sudah memiliki apa yang mereka inginkan. Mereka hanya perlu merasa memiliki bentuk fisiknya untuk percaya kalau mereka bisa berpikir ataupun bisa memiliki perasaan.
Banyak dari kita secara tidak sadar seperti Tin Woodman dan Scarecrow yang membutuhkan bentuk fisik atau simbolisme dari sesuatu untuk merasakan sesuatu itu sah. Misalnya dulu waktu pertama kali tidak bisa pulang di masa Natal dan tahun baru ke Medan, saya merasa sedih sekali dan seperti Natal tidak sah karena sendiri. Padahal ya Natal dan Tahun Baru nya esensinya jauh lebih luas daripada kumpul dengan keluarga.
Masa pandemi ini kita butuh menggunakan hati dan pikiran kita lebih lagi. Jangan mau kalah dengan Tin Woodman dan Scarecrow yang merasa tidak bisa mengasihi karena tidak punya hati ataupun merasa bodoh karena tidak punya otak. Padahal mereka tetap bisa mengasihi dan berperasaan selain memikirkan solusi tanpa mereka sadari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H