Buku "The Wonderful Wizard of Oz" merupakan salah satu buku klasik yang terbit tahun 1900 karya L. Frank Baum. Saya sudah sering mendengar judulnya, tapi saya belum pernah benar-benar tahu apa sih cerita dari buku ini. Waktu melihat buku ini ada di Audible Stories (yang sedang digratiskan), saya memutuskan untuk mendengarkannya sambil membacanya.Â
Setelah menyelesaikan mendengarkannya saya jadi memahami kenapa buku ini sangat populer dan menjadi salah satu buku yang perlu dibaca oleh anak-anak. Ada banyak yang bisa dipelajari dari tokoh-tokohnya, tulisan hari ini saya ingin menceritakan tentang Tin Woodman yang memilih ingin memiliki hati daripada otak.
Awalnya saya hanya mendengarkan saja bukunya di Audible Stories, tapi ketika ada bagian yang menarik dan ingin saya kutip, saya jadi ingat kalau buku ini sudah gratis dan bisa dicari di Project Gutenberg karena sudah masuk dalam domain publik. Ada berbagai format buku digital yang tersedia untuk buku ini di Project Gutenberg, dan saya memilih untuk mendownload versi Kindle-nya.
Buku ini merupakan novel fantasi untuk anak-anak yang oleh Audible Stories dikategorikan untuk anak level elementary (sekolah dasar). Dari segi cerita ada beberapa hal yang menurut saya anak-anak perlu didampingi untuk membacanya. Selain ceritanya mengandung cerita sihir, ada beberapa bagian di mana ada cerita kekerasan. Tapi adapun kekerasan yang terjadi merupakan bagian dari petualangan tokohnya mendapatkan apa yang mereka harapkan.
Ringkasan ceritanya bisa dibaca sendiri di Wikipedia, singkatnya buku ini bercerita tentang seorang gadis kecil dari Kansas bernama Dorothy dan anjing nya Toto, yang terbawa oleh topan dan mendarat di negeri Munchkin, tanah Oz. Dalam usahanya untuk kembali ke Kansas, dia bertemu dengan tiga tokoh lainnya yang akan menjadi temannya selama dia mengembara di tanah Oz.Â
Dalam cerita ini, tokoh yang menjadi teman Dorothy bukan manusia, tetapi bisa berbicara. Tokoh pertama adalah Scarecrow (orang-orangan sawah), tokoh kedua Tin Woodman (tukang kayu yang badannya timah), dan tokoh ketiga Cowardly Lion (singa penakut).
Masing-masing dari mereka punya keinginan yang ingin diminta dari penyihir Oz yang tinggal di kota Emerald. Dorothy ingin meminta supaya dia dan Toto, bisa kembali ke Kansas. Scarecrow tidak memiliki otak, jadi dia ingin meminta otak. Tin Woodman tidak memiliki hati dan otak, tapi dia memilih ingin meminta hati saja. Cowardly Lion merasa tidak punya keberanian, jadi dia ingin meminta keberanian.
Bagian yang paling berkesan dari buku ini terutama tentang kenapa mereka meminta apa yang mereka minta. Hari ini saya akan menuliskan tentang Tin Woodman, karena tokoh ini yang membuat saya semakin terkesan dengan buku ini.
Tin Woodman memilih ingin mempunyai hati daripada otak. Berikut ini beberapa hal yang dikatakan oleh Tin Woodman dari bukunya.
1. Kebahagiaan itu hal terbaik di dunia.
"I shall take the heart," returned the Tin Woodman; "for brains do not make one happy, and happiness is the best thing in the world."Â
Menurut Tin Woodman, kebahagiaan itu adalah hal yang terbaik di dunia. Otak itu tidak bisa membuat kita merasakan bahagia, tapi hatilah yang bisa membuat kita merasakan kebahagiaan.
Kalau menurut ilmu pengetahuan, semua emosi yang kita rasakan itu diatur oleh otak, tapi cerita ini bukan buku pelajaran ilmiah. Buku ini mengajarkan kalau diantara semua perasaan atau emosi yang ada, perasaan bahagia itu adalah perasaan terbaik yang bisa kita dapatkan.
Tin Woodman ingin memiliki hati karena dia ingin merasakan untuk mencintai lagi. Dia menceritakan karena dia kehilangan hatinya, dia tidak jadi menikahi gadis yang dia cintai.
Saya pikir, "Wow, jadi maksudnya dia ingin merasakan kebahagiaan itu dari perasaan cinta. " Mengasihi orang lain membawa kebahagiaan buat kita. Walau buku ini bukan buku romantis, tapi buku ini mengajarkan anak-anak pentingnya cinta dan kebahagiaan.
2. Berhati-hati dalam melangkah
 "This will serve me a lesson," said he, "to look where I step. For if I should kill another bug or beetle I should surely cry again, and crying rusts my jaws so that I cannot speak."
Seorang yang tidak punya hati tapi menangis ketika tidak sengaja menginjak serangga kecil. Padahal kalau dia menangis, karena tubuhnya terbuat dari timah, dia bisa berkarat. Kalau rahangnya berkarat, dia tidak bisa bicara.
Saya pikir, kita yang punya hati saja sering tidak memikirkan mahluk lain atau orang lain. Bagaimana mungkin Tin Woodman yang tidak punya hati sangat memikirkan nasib serangga yang dia injak?
Belajar dari Tin Woodman, harus berhati-hati dalam melangkah. Berhati-hati dalam memutuskan sesuatu. Lebih peduli juga dengan sesama mahluk lain. Jangan menindas yang lebih kecil dari kita hanya karena mereka mungkin tidak terlalu kelihatan.
Buku ini juga secara tidak langsung mengajarkan anak-anak untuk lebih memperhatikan yang lemah, dan jangan menjadi bully
3. Hati memberikan panduan
 "You people with hearts," he said, "have something to guide you, and need never do wrong; but I have no heart, and so I must be very careful. When Oz gives me a heart of course I needn't mind so much."Â
Menurut Tin Woodman, kalau kita punya hati, kita punya panduan untuk membedakan mana yang benar dan salah. Dia merasa perlu berhati-hati karena dia tidak punya panduan itu.
Dalam hal ini Tin Woodman tidak sepenuhnya benar. Banyak yang punya hati memang punya panduan hati kecil yang jadi pembisik benar atau salah, tapi banyak juga yang mengabaikan bisikan hati kecil dan berbuah salah.
Tapi ya Tin Woodman tidak tahu itu, karena dia tidak punya hati. Idealnya memang kalau kita punya hati dan sudah merasa sesuatu itu salah ya jangan diteruskan. Sayangnya kejadian di dunia ini tidak selalu ideal.
Penutup
Sepanjang buku ini, Tin Woodman yang tidak punya hati merupakan tokoh yang justru paling punya perasaan. Apakah pada akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka mau dari penyihir Oz? Silahkan baca sendiri bukunya, walaupun mungkin sebagian besar mungkin sudah bisa menebak akhirnya.
Buku ini jalan ceritanya sederhana, tapi cara menceritakan petualangan yang terjadi cukup menarik untuk disimak. Percakapan di antara tokoh-tokohnya sebenarnya biasa saja, tapi ada makna yang lebih dalam kalau kita pikirkan lagi.
Mendengarkan buku ini di audible stories hanya membutuhkan waktu 4 jam. Kalau Anda merasa lebih cepat membaca daripada mendengar, tentunya bisa menyelesaikan lebih cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H