Mohon tunggu...
Risna Nugroho
Risna Nugroho Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Blogger, Ibu Rumah Tangga, Homeschooler, Chiang Mai, Thailand, tulisan lainnya di blog.compactbyte.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Rindu Tempe. Berat! Biar Aku Saja

29 Februari 2020   02:10 Diperbarui: 29 Februari 2020   03:34 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena rindu, saya belajar membuat tempe sendiri (dokumen pribadi)

Sebelum tinggal di Chiang Mai, Thailand, saya merasa tempe itu makanan biasa saja. Sering juga kalau menonton sinetron, diceritakan orang miskin itu makanannya sehari-hari cuma nasi dan tempe goreng dengan sayur yang kuahnya banyak. Berbelanja tempe 2000 Rupiah di tahun 2007 sudah mendapatkan tempe potongan besar yang terkadang sampai bosan mengolahnya. Apalagi jaman masih jadi anak kos, kalau uang kiriman sudah menipis, lauk telur dan tempe saja sudah cukup daripada cuma makan nasi saja.

Setelah sampai di Chiang Mai, barulah terasa kerinduan makan tempe. Seperti biasa, kita baru menyadari kehilangan sesuatu itu setelah sulit mendapatkannya. Tempe yang dulu dipandang sebelah mata di meja makan, menjadi sesuatu yang diimpikan kalau sedang lapar (berlebihan ya, hahaha). Setiap pulang ke Indonesia, ada keinginan untuk menikmati segala variasi masakan tempe. Ketika kembali ke Chiang Mai, tentunya tidak lupa membawa tempe yang masih mentah untuk dinikmati beberapa hari setelah pulang kampung.

Menurut Wikipedia, tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi  terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus. 

Ada berbagai jenis tempe sebagai hasil fermentasi dari berbagai bahan lain yang bukan biji kedelai, dalam tulisan ini saya fokuskan pada tempe yang berasal dari biji kedelai. Tempe dari biji kedelai inilah yang saya kenal dari kecil, tempe yang sangat umum dijual di Indonesia dan sudah terkenal di seluruh dunia, akan tetapi sulit didapatkan di kota Chiang Mai.

Ketersediaan Tempe

Di Indonesia, tempe bisa dengan mudah dibeli di pasar atau di warung yang menjual bahan mentah. Harganya juga bervariasi, tapi tentunya tetap lebih terjangkau dibandingkan dengan harga daging. Harga tempe di Indonesia pernah menjadi agak mahal ketika harga biji kedelai naik. Tentu saja kenaikan harga biji kedelai akan mempengaruhi harga tempe, karena biji kedelai merupakan bahan baku dari pembuatan tempe.

Thailand lokasinya cukup dekat dari Indonesia dan ada banyak makanan olahan dari biji kedelai.  Di Thailand ada banyak orang vegetarian. Ada berbagai jenis tahu dan susu dari biji kedelai yang bisa dibeli di sini. Namun sepertinya mereka belum mengenal tempe seperti kita di Indonesia mengenal tempe, sehingga tidak mudah menemukan produk tempe di Thailand.

Memang tempe ini rasanya unik, tidak semua orang langsung bisa suka ketika memakannya. Tapi kalau sudah tahu rasanya (dan manfaatnya), sebagian besar orang akan mencari tempe lagi. Setiap kali bertemu dengan orang asing yang mengerti tempe itu makanan sehat, dan mengetahui saya dari Indonesia, mereka akan bertanya: "Kamu tahu di mana bisa membeli tempe di Chiang Mai?"

Di tahun 2007, ketika saya baru pindah ke Chiang Mai, tidak ada yang menjual tempe di sini. Beberapa cara untuk melepas rindu untuk mendapatkan tempe adalah dengan membawa dari Indonesia, memesan dari Bangkok (dari orang Indonesia yang membuat tempe sendiri di Bangkok), atau membuat tempe sendiri.

Di tahun 2008, akhirnya saya belajar membuat tempe sendiri. Awalnya saya pikir membuat tempe itu hal yang sulit.  Ternyata, membuat tempe itu tidak sulit, cuma membutuhkan waktu dan memastikan lingkungan pembuatannya bersih supaya proses peragiannya sempurna. 

Cara termudah untuk mendapatkan ragi tempe adalah dari tempe mentah, kita bisa mengiris tipis, mengeringkan, lalu menggilingnya menjadi bentuk bubuk. Cara lain yang pernah saya lakukan adalah dengan mengambil ragi yang menempel dari daun jati yang dipakai untuk pembuatan tempe sebelumnya (saya mendapatkan daun yang ada raginya dari mertua saya). Cara yang paling praktis tentu saja dengan membeli ragi yang sudah dijual dalam bentuk tepung. Pada masa itu, teman saya belum ada yang tahu di mana saya bisa membeli ragi tempe yang berbentuk tepung di Indonesia.

Beberapa tahun terakhir, akhirnya saya menemukan penjual tempe di Chiang Mai yang dijual dalam keadaan beku.  Karena konsumen tempe belum sebanyak di Indonesia, produsen tempe di Thailand berusaha membuat produksi tempenya lebih tahan lama dengan menyimpannya di lemari pembeku. 

Harga tempe di sini jauh lebih mahal daripada di Indonesia. Tempe potongan kecil sekitar 40 gram harganya sekitar 50 Baht (kurs saat ini 1 Baht sekitar 440 Rupiah). Belakangan ini, dengan mulai banyaknya orang yang mengikuti diet vegetarian atau berbagai jenis diet yang lain, sudah mulai ada yang menjual tempe segar dibungkus daun seperti tempe di Indonesia dalam ukuran kecil. Harganya? Tentu saja tetap jauh lebih mahal dibandingkan membeli tempe di Indonesia. Jadi kalau sedang rindu tempe dan tidak mau membeli mahal, saya harus membuat tempe sendiri.

Belajar membuat tempe sendiri itu ternyata ada banyak gunanya. Teman-teman saya yang  di Indonesia saya lihat belajar membuat tempe sendiri ketika harga biji kedelai mahal beberapa tahun lalu. Dampak dari harga biji kedelai yang mahal pada waktu itu adalah tempe menjadi barang yang langka ditemui. Jadi salah satu cara untuk tetap bisa mengonsumsi tempe adalah dengan membuat sendiri. 

Membuat tempe sendiri juga bisa menjadi modal kalau pindah ke luar negeri, kalau sedang rindu makan tempe dan harga tempenya mahal atau malah tidak ada yang menjual, kita bisa membuat sendiri. Berat ya? Namanya juga demi bisa makan tempe. Bisa juga nantinya berjualan tempe ke teman-teman yang juga rindu makan tempe.

Makan Tempe itu Sehat

Siapa yang belum tahu kalau tempe itu makanan bergizi? Tempe memiliki kandungan protein yang tinggi dan banyak manfaatnya untuk kesehatan kita.  Banyak rakyat kecil yang walau sehari-harinya lauknya cuma tempe dan tahu karena harga daging jauh lebih mahal, tidak sampai kekurangan protein. 

Sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat tempe untuk kesehatan kita. Saya menemukan berbagai manfaat tempe berdasarkan penelitian di dalam buku "Tempe: Kumpulan Fakta Menarik Berdasarkan Penelitian". 

Beberapa manfaat tempe yang sudah diteliti antara lain: 

  • Tempe bisa mencegah diare karena bisa mencegah bakteri E. Coli penyebab diare menempel di dinding usus.
  • Tempe baik untuk diberikan kepada anak-anak, bahkan mulai dari masa perkenalan makanan pengganti asi (MPASI) untuk meningkatkan pertumbuhan berat badan dan mencegah anemia karena adanya kadar zat besi yang cukup tinggi dalam tempe.
  • Isoflavon dan serat dalam tempe bisa membantu menurunkan kadar kolesterol.
  • Tempe mentah memiliki kandungan lemak yang rendah, protein dan seratnya tinggi  (indeks glikemik yang rendah). Konsumsi tempe bisa meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah. Konsumsi tempe mentah bisa juga untuk mencegah diabetes.
  • Tempe mengandung vitamin B12 yang sangat dibutuhkan otak untuk bisa melakukan berbagai hal termasuk replikasi sel dalam DNA, dan fokus dan konsentrasi untuk berpikir.

Untuk lebih rinci mengenai penelitian yang dilakukan dalam membuktikan manfaat tempe, semua bisa dibaca di buku yang sudah saya sebutkan. 

Sebenarnya, tanpa angka-angka komposisi gizi yang ada di dalam tabel, kita bisa melihat kalau rakyat Indonesia yang mengonsumsi tempe tidak kekurangan nutrisi salah satunya karena ketersediaan tempe dengan harga terjangkau di Indonesia. 

Nilai gizi tempe memiliki sedikit perbedaan antara tempe mentah dan tempe yang digoreng. Tapi kalau dibandingkan dengan nilai gizi rendang daging sapi, tentunya untuk mendapatkan protein dan energi, lebih murah beli tempe daripada beli rendang daging sapi. 

Komposisi gizi tempe goreng (sumber: situs https://www.panganku.org/id-ID/beranda)
Komposisi gizi tempe goreng (sumber: situs https://www.panganku.org/id-ID/beranda)

Komposisi gizi tempe mentah (sumber: situs https://www.panganku.org/id-ID/beranda)
Komposisi gizi tempe mentah (sumber: situs https://www.panganku.org/id-ID/beranda)

Komposisi gizi rendang sapi (sumber: situs https://www.panganku.org/id-ID/beranda)
Komposisi gizi rendang sapi (sumber: situs https://www.panganku.org/id-ID/beranda)

Dari data komposisi bahan pangan Indonesia yang bisa dilihat dari situs ini, 100 gram tempe goreng memberikan jumlah energi paling besar (350 Kal) dibandingkan 100 gram tempe mentah (201 Kal) dan 100 gram daging rendang sapi (193 Kal). Perbedaan kandungan protein dari 3 jenis makanan tersebut juga hanya sedikit saja. 

Tempe untuk Semua

Tempe bisa dimakan mentah ataupun diolah dengan digoreng, dikukus,  atau direbus. Bisa menjadi lauk pengganti daging, bisa juga menjadi makanan camilan. Tempe ini baik untuk dikonsumsi oleh semua umur, mulai dari bayi yang sudah disapih dari ASI, sampai orang yang sudah lanjut usia. 

Tempe mentah aman dikonsumsi karena walaupun tempe dibuat dari hasil peragian berjam-jam, sebelumnya biji kedelainya sudah dibersihkan, direndam, dan direbus untuk membuat biji kedelainya tidak keras lagi ketika menjadi tempe. 

Tempe bacem, tempe mendoan, kering tempe campur kacang, keripik tempe, ataupun tempe dicampurkan ke dalam sayuran, itu hanya sebagian kecil contoh cara mengolah tempe. Membayangkan berbagai hidangan dari tempe membuat saya lapar. Tempe yang baru diangkat dari penggorengan, dimakan dengan nasi yang masih mengepulkan asap, pakai kecap ataupun sambal terasi, aduhai bisa rusak diet saya. 

Kalau mau diet pakai tempe, sebaiknya produk tempe jangan dimakan dengan nasi. Kecuali dietnya memang dalam rangka menambah berat badan, karena kemungkinan besar nasi yang dimakan pasti bertambah dan susah berhenti. 

Oh ya, saya sudah sebutkan belum, kalau tempe ini makanan asli dari Indonesia? Tidak saya sebutkan juga pasti sudah banyak yang tahu ya.  Jadi jangan ragu-ragu lagi atau malu untuk makan tempe. Kalau melakukan pencarian di internet, akan ada banyak tulisan mengenai tempe yang berasal dari berbagai belahan bumi.

Jadi, kalau dunia internasional sudah mengakui manfaat dan nilai gizi tempe, kenapa kita sebagai orang Indonesia yang punya kemudahan membeli tempe mentah ataupun sudah dimasak masih merasa gengsi kalau makan dengan lauk tempe? 

Yuk, kenalkan manfaat dan nikmatnya tempe mulai dari rumah dan ke semua orang yang kita kenal di sekitar kita. Nikmati tempe selagi ada dalam jangkauan. Jangan sampai rindu dulu baru cari tempe. Berat! Biar aku saja. 

Risna Nugroho - Chiang Mai, Februari 2020 

Tulisan ini sebagai bagian dari perlombaan event blog kompasiana Topik 2 Local Pride: "Pangan Lokal Bernutrisi" dari tim kami MJJ R2E. 

Topik 1 Valentine: "Mantan, Riwayatmu Kini" sudah dituliskan oleh teman saya, bisa dibaca di sini.

Tim MJJ R2E  : 

Rijo Tobing - https://www.kompasiana.com/rijotobing 
Risna Nugroho - https://www.kompasiana.com/risnanugroho 
Ernawati - https://www.kompasiana.com/namasayaernawati   

Referensi:

  1. Winarno, F.G. dkk. 2017. Tempe - Kumpulan Fakta Menarik Berdasarkan Penelitian. Gramedia Pustaka Utama
  2. Website Data Komposisi Pangan Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun