Mohon tunggu...
Risnah Wati
Risnah Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

Salah satu Mahasiswa kampus INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibnu Sina, Filsuf Dan Bapak Kedokteran Pertama

22 Desember 2023   23:24 Diperbarui: 23 Desember 2023   07:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

https://images.app.goo.gl/7Avih8FYU8aSxUfp9

IBNU BIOGRAFI SINA

Secara keseluruhan, dia bernama Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina. Ibnu Sina dilahirkan di Afsyanah, sebuah kota kecil di wilayah Uzbekistan saat ini, pada bulan Safar 370 H atau Agustus-September 980 M. Ia dikenal di Barat sebagai Avicenna dan dijuluki sebagai Pangeran Para Dokter. Ibnu Sina adalah seorang filsuf, dokter, ahli matematika, astronom, dan penulis terkenal.

Ibnu Sina dilahirkan di Desa Afsyanah, rumah ibunya. Itu terletak dekat Kota Kharmaitsan. Dia berasal dari Kabupaten Balkh, yang sekarang berada di wilayah Afganistan, sebelum berpindah ke Provinsi Bukhara, yang sekarang berada di wilayah Rusia. Dia memiliki seorang saudara laki-laki yang lebih muda, bernama Mahmud, yang kemudian menjadi Abul Harits. Ibnu Sina lima tahun lebih muda darinya. Ayahnya berasal dari Balkh, suatu kota yang disebut Bakhtra oleh orang Yunani. Perpustakaan Persia di Zaman Tengah mengatakan nama itu mengandung arti "cemerlang". Kota ini berfungsi sebagai pusat perdagangan dan metropolitan politik, serta sebagai pusat keagamaan dan intelektual. Selain itu, ibunya bernama Satarah dan berasal dari Desa Afsyanah di Afganistan.

Ayah mereka adalah orang Persia dan Afganistan sekarang. Mengenai jabatan ayahnya, para ahli umumnya berpendapat bahwa dia menjabat sebagai gubernur di wilayah di luar Bukhara, yang terletak di Balkh, tempat kelahirannya. Dia kemudian pindah ke Kota Bukhara, tempat Imam Bukhari, perawi hadis terkenal, lahir. Selama Dinasti Samaniah (819--1005), ayahnya menjadi pegawai tinggi.

Ibnu Sina sudah terbukti sangat pandai sejak kecil. Dia telah menghafal Alquran dan belajar tentang agama di usia lima tahun. Mahmud, saudaranya, lahir ketika dia berumur lima tahun. Keluarganya pindah dari desa ke Kota Bukhara setelah kelahiran saudaranya. Ibnu Sina mulai belajar dari seorang guru yang datang ke rumahnya untuk mengajarkan Alquran dan ilmu sastra.

Saat Ibnu Sina berusia sepuluh tahun, dia menguasai keseluruhan Al-Quran dan tata bahasa. Dia kemudian belajar matematika dan logika. Ia dididik oleh Abu 'Abdillah An-Natili untuk pelajaran terakhir. Dia dengan cepat mempelajari fisika, metafisika, dan kedokteran dengan Abu Sahl Al-Masihi. Dia tidak hanya belajar teori kedokteran pada usia enam belas tahun, tetapi ia mahir dalam semua ilmu pengetahuan, kecuali metafisika. Ibnu Sina menemukan teknik perawatan baru melalui perawatan pasien dan perhitungannya sendiri.

Selain itu, Ibnu Sina memperdalam kedokteran, yang dianggap mudah dianalisis, sehingga tidak mengherankan bahwa dia memecahkan masalah pengobatan pada usia 16 tahun melalui eksperimennya. Ia belajar mantik dan filsafat selama satu setengah tahun. Saat itu, fokusnya hanya pada kedua bidang itu. Sebuah catatan menyatakan bahwa dia menghabiskan siang dan malam untuk mempelajari logika dan filsafat. Setelah lelah, letih, dan mengantuk, dia meminum anggur yang telah disediakan. Selain itu, ia meneliti masalah filsafat dan mantik.

Saat Ibnu Sina dapat menyembuhkan penyakit Nuh Ibnu Manshur, Sultan Bukhara, namanya semakin dikenal. Saat itu, dia hanya berusia 17 tahun. Sebagai hadiah, sultan meminta Ibnu Sina tinggal di istana, setidaknya selama sultan dalam proses penyembuhannya. Namun, dia dengan halus menolaknya. Sebagai imbalan, dia hanya meminta izin untuk memanfaatkan perpustakaan kesultanan yang rumit dan kuno. Untuk memperluas dan memperdalam pengetahuannya, dia berusaha mencari berbagai referensi dasar. Ibnu Sina dengan cepat menguasai banyak bidang ilmu. membuatnya, pada usia 21 tahun, mempelajari berbagai disiplin ilmu dari perpustakaan kesultanan. Beliau meninggalkan Bukhara setelah ayahnya meninggal dan pergi ke Gurganj, yang terkenal dengan budayanya yang tinggi. Sultan Khawarizm, yang sangat mendukung budaya dan pendidikan, dengan tulus mengundangnya. Beliau membuka praktik dokter, bergerak dalam pendidikan, dan menulis buku di Gurganj. Setelah itu, Ibnu Sina pergi lagi, mengunjungi Kota Rayy dan Hamadzan.

KARYA-KARYA IBNU SINA

Dalam hal ini, Ahmad Daudi menyatakan bahwa empat karya Ibnu Sina yang paling penting adalah al-Isyrat, asy-Syifa, al-Qanun fi alTibb, an-Najat, dan al-Isyrat. Semua karya ini berfokus pada pendidikan, seperti yang dipahami saat ini.

  • Asy-Syifa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun