Mohon tunggu...
Hope
Hope Mohon Tunggu... Administrasi - Happy

Self Love

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apa Salahnya, "Mah, Minta Uang buat Nabung!"

7 April 2020   07:57 Diperbarui: 7 April 2020   08:09 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 Kata-kata klasik yang hampir sebagian besar siswa sekolah dasar ucapkan di masa sekolah. Seorang guru selalu berkata kepada murid-muridnya, "anak-anak, kalian harus rajin nabung, ya !". Kemudian anak-anak pasti jawab, "iyaa bu guruuu..." kemudian mereka pulang dan berkata kepada orang tuanya, "Mah, tadi kata bu guru besok disuruh nabung..". Sang ibu pasti dengan bahagianya langsung memberikan uang tambahan ditabungkan oleh anaknya di sekolah.

Ya, hal itu sangat biasa, umum, dan tidak salah sama sekali. Namun ada hal yang sebaiknya benar-benar dipahami dan sangat perlu dibiasakan kepada anak-anak kita. Apalagi melihat generasi-generasi muda sekarang yang pikirannya lebih tinggi daripada usianya. 

Hal yang perlu dipahami adalah :

1. Menabung bukan dengan "Minta Orang Tua"

Seperti kebanyakan orang dan pengalamannya ketika kecil, selalu minta orang tua untuk menabung. Ya, tidak salah, tapi akan lebih baik jika Menabung dengan Menyisihkan dari Uang yang Kita Miliki Sendiri.

2. Menabung sama dengan Puasa

Puasa, pasti menahan segala macam nafsu tertentu untuk satu tujuan yang Tuhan kehendaki, dan tentunya untuk kebaikan diri kita sendiri. Sama halnya dengan menabung, kita juga perlu menahan sedikit keinginan mengeluarkan uang kita untuk suatu hal atau baramg tertentu. Untuk kemudian kita tahan atau simpan untuk kebaikan kita ke depan. 

Nah, 2 hal di atas sangat penting, karena dengan mengubah cara mendidik anak-anak kita untuk menabung, maka akan mengajarkan pula kepada anak-anak kita suatu kebiasaan penguasaan diri akan suatu hal yangmana berguna untuk hal di masa depan.

Dengan mendidik anak-anak untuk tidak minta uang tambahan untuk menabung kepada orang tua, maka anak-anak pasti terbebani dan merasa memiliki tanggung jawab lebih untuk berusaha, yaitu dengan menahan kebiasaan jajan atau membeli suatu barang.

Saat itulah waktu tepat bagi orang tua untuk mendidik anaknya dengan mengubah cara menjelaskan kepada anaknya dengan berkata, "Nak, uang saku kamu kan Rp 5.000, jadi ibu tambah Rp 3.000, ya. Tapi besok kamu tabungkan Rp 4.000 ya, sesuai yang Bu Guru minta..."

Nah, ucapan di atas memang terlihat hampir sama dengan minta orang tua, atau uang orang tua, tetapi disinilah orang tua bisa mulai mendidik anak sejak dini dengan cara yang benar. Agar kebiasaan ini bisa terbawa sampai ia dewasa. Tentu perlu pula kita jelaskan pula kepada anak kita, ketika sudah menerima hasil tabungan di akhir semester nanti. Serta kita jelaskan pula untuk apa uang tabungan tersebut dan memberika apresiasi kepada anak atas hasil tabungan tersebut. 

Sehingga ketika sang anak sudah dewasa dan memiliki pekerjaan, dia sudah terbiasa untuk menyisihkan sebagian uang hasil kerja untuk ditabung dan sudah terbiasa pula menahan keinginan pribadi yang tidak  terlalu penting untuk suatu keperluan ke depan yang jauh lebih besar nilainya sesuai yang ingin ia capai atau miliki.

Karena sering sekali orang-orang yang sudah mendapat pekerjaan dan gaji, di bulan pertama gaji atau di tahun pertama gaji diterima, justru dipakai untuk mengapresiasi diri terlebih dahulu atau istilahnya "senang-senang dulu". Baru kemudian di usia ia sudah cukup dewasa, ia bingung ternyata belum punya modal besar untuk memenuhi keperluan besar yang seharusnya bisa dia miliki.

Penting bagi anak untuk tahu, bahwa menabung itu bukan dengan meminta tambahan uang orang tua kita, kemudian kita simpan ke tempat lain atas nama kita. Melainkan menyisihkan dari uang saku kita untuk disimpan di sekolah untuk satu keperluan besar di masa kemudian.

Inilah pentingnya bagi orang tua untuk terus belajar pula dalam mendidik anak. Berhati-hati dalam memberikan ajaran-ajaran penting bagi anak-anak. Dan terus belajar cara berkomunikasi yang teoat kepada anak dengan memperhatikan kondisi maupun ritme pola pikir anak pada usianya.

Semangat bagi anda yang sedang mendidik anak-anak tercinta. Be Happy :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun