Mohon tunggu...
Rismayanti Khomairoh
Rismayanti Khomairoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Sejarah, Universitas Jember

Menjadi seorang penulis adalah pilihan. Mari berkenalan denganku melalui tulisan ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Perang Saudara Hingga Lahirnya Proclamation Emancipation di Amerika Serikat (1861-1865)

10 Juni 2024   20:26 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:37 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tugas ini disusun oleh Rismayanti Khomairoh, Aileen Sonya Hanugrahaeny, Dhimas Purnomo Adjie dan Elsa Silvana Amalia

Latar Belakang

Amerika Serikat merupakan negara federal yang terletak di Benua Amerika Utara. Amerika Serikat dikenal menjadi negara adidaya global yang memiliki pengaruh kuat terhadap stabilitas politik, ekonomi dan teknologi di seluruh dunia. Ibukota negaranya ialah Washington DC dengan bentuk pemerintahan republik konstitusional federal dan memiliki 50 negara bagian (Hussein, 2013). Batas negara Amerika Serikat di sebelah Selatan ialah Meksiko, sedangkan sebelah Utara Kanada. Kemudian, di sebelah Barat ada Samudera Pasifik, sedangkan sebelah Timur adalah Samudera Atlantik. Jumlah penduduk Amerika Serikat mencapai 309 juta jiwa dengan luas wilayahnya 9,83 juta km. Selain menjadi salah satu negara terluas dan terbesar di dunia, Amerika Serikat juga menjadi negara yang multietnis karena pengaruh dari aktivitas migrasi yang tinggi.

Penduduk asli Amerika Serikat adalah suku Indian yang sudah menghuni Benua Amerika sejak beribu-ribu tahun sebelumnya. Hingga kemudian, pada abad ke-16 Benua Amerika didatangi oleh orang-orang Eropa yang bermigrasi. Berawal dari peristiwa tersebut, sejarah terbentuknya Amerika Serikat dimulai. Rombongan penjelajah dari Eropa seperti Christopher Colombus sebagai salah satu orang Eropa pertama yang tiba di Benua Amerika dan kemudian mengawali kolonisasi Eropa di wilayah yang sekarang menjadi Amerika Serikat. Koloni-koloni tersebut kemudian memerdekakan diri dari Kerajaan Britania Raya pada tanggal 4 Juli 1776. Dari 13 koloni yang berhasil memenangkan perang kemerdekaan Amerika Serikat, kemudian membentuk Federasi Amerika dan mengembangkan sistem politik ekonomi sendiri yang terlepas dari Inggris.

Kemudian pada abad ke-19, di Amerika Serikat terjadi ekspansi besar-besaran khususnya penduduk dari Eropa yang mulai memadati kawasan Amerika. Hal tersebut menyebabkan penduduk asli Amerika mulai tersingkirkan dan perluasan wilayah pun terjadi dengan dibelinya beberapa daerah teritori baru oleh Amerika Serikat. Kondisi tersebut tidak selamanya menjadi masa keemasan Amerika Serikat karena tidak berselang lama terjadi perselisihan antar negara bagian, khususnya kubu Utara dan kubu Selatan. Permasalahan yang menjadi latar belakang ialah mengenai hak-hak negara bagian. Pada abad ke-19, juga terjadi perubahan sosial yang ekstrem di Amerika Serikat karena tercipta sistem perbudakan yang menjadi sumber permasalahan bagi Amerika Serikat. Akibatnya ialah muncul berbagai gerakan reformasi seperti anti-perbudakan, gerakan hak sipil dan gerakan hak suara untuk perempuan.

Di tengah tingginya gejolak politik di Amerika Serikat, keberadaan pemimpin nomor satu di negara tersebut menjadi persoalan yang sentral. Presiden Amerika Serikat yang berkuasa pada saat itu ialah Abraham Lincoln (Prakoso, 2021). Ia memenangkan kursi pemerintahan dengan diusung partai republik dan pada tahun 1960 ia berhasil mendapatkan kursi kemenangan. Misi yang dibawa oleh Abraham Lincoln ialah menghapuskan sistem perbudakan di Amerika Serikat. Abraham Lincoln merupakan sosok pemimpin yang kuat bagi Amerika Serikat ditengah merebaknya gejolak permasalahan yang menghadang. Ia tidak hanya cerdik menghadapi serangan dari luar, namun juga cakap dalam mengorganisir sistem pemerintahan Amerika Serikat, sehingga negara tersebut mampu resisten menghadapi gejolak politik yang semakin tinggi.

Adanya sistem perbudakan di Amerika Serikat pada dasarnya telah ada sebelum Abraham Lincoln menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Hanya saja, konflik yang muncul kembang kempis, terkadang ada namun kemudian hari reda kembali. Diperkirakan, konflik antara kubu Utara dan Selatan terkait perbudakan sudah ada sejak tahun 1850. Ketika kondisi di Amerika Serikat semakin memanas, maka pada awal tahun 1860-an, mulai muncul tanda-tanda perang besar. Hingga kemudian perang benar-benar meletus pada tahun 1861. Perang antara kubu Utara dan Selatan disebut dengan perang saudara karena dua kubu tersebut masih dalam satu kawasan wilayah Amerika.

Wilayah Amerika Serikat bagian Selatan memiliki potensi unggul di bidang pertanian dan perkebunan, sehingga memerlukan support tenaga kerja yang banyak. Oleh sebab itu, front Selatan pro terhadap sistem perbudakan. Hal tersebut berbeda dengan wilayah Utara yang memiliki tanah tandus dan tidak berpotensi dijadikan ladang perkebunan dan pertanian. Maka dari itu, wilayah Utara tidak membutuhkan sumber daya manusia, sehingga kontra terhadap sistem perbudakan. Amerika bagian Utara menganggap sistem perbudakan ialah pelanggaran terhadap moral dan hak asasi manusia. Selain itu, sistem perbudakan juga bertentangan dengan asas demokrasi di Amerika Serikat. Hal tersebut didukung oleh kuatnya pengaruh presiden Amerika Serikat yang memimpin, yakni Abraham Lincoln.

Meletusnya Perang Saudara di Amerika Serikat Tahun 1861-1865

Civil War merupakan perang saudara atau perang sipil yang terjadi di Amerika Serikat. Secara garis besar, penyebab utama perang ini adalah perbudakan yang membelah dua kubu, yaitu kubu Utara dan Selatan. Perang saudara terjadi selama empat tahun, yaitu tahun 1861-1865. Pasca kemerdekaan, Amerika Serikat menjunjung nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, namun perbudakan yang telah ada sejak abad ke 17, tepatnya masa penjajahan Inggris di Amerika sulit terhapuskan utamanya di Amerika bagian Selatan. Wilayah tersebut mayoritas menggantungkan mata pencahariannya dalam sektor perkebunan dan pertanian, sehingga budak dibutuhkan di wilayah tersebut. Bagi masyarakat Amerika Selatan, fenomena perbudakan sudah ada sejak tahun 1850 dan tugas mereka hanya mengajari para budak berbahasa Inggris serta membentuk perwakilan kaum budak (Liani, et.al, 2023).

Sedangkan Amerika bagian Utara, mayoritas masyarakatnya bekerja di bidang industri dan manufaktur, oleh karenanya mereka tidak mementingkan aspek perbudakan. Front Utara menganggap perbudakan akan bertentangan dengan demokrasi dan hak asasi manusia. Pro dan kontra perbudakan ini banyak disuarakan oleh tokoh-tokoh ternama di masing-masing wilayah, misalnya di Selatan negarawan terkemuka yaitu John C. Calhoun memberikan pendapatnya di depan senat, yaitu negara di Selatan mempunyai hak untuk melindungi perbudakan, manusia tidak diciptakan sesuai dengan Declaration of Independence karena ras kulit hitam berdasarkan fisik dan psikisnya berbeda dengan ras kulit putih.  Kemerdekaan juga bukan dari hukum alam, tetapi suatu anugerah sosial dengan jaminan kemampuan menjadi patriot dan kelebihan lainnya (Krisnadi dalam Franklin, 1958). Selain itu, pemuka agama turut serta dalam mengemukakan pendapatnya terhadap perbudakan. Menurutnya, orang kulit putih dianugerahi Tuhan tanah di wilayah Selatan dan Tuhan menciptkan bangsa Negro sebagai pekerja kasar serta orang kulit putih melakukan pebudakan untuk orang-orang Negro yang menyembah berhala agar masuk Nasrani (Krisnadi, 2012). Peperangan ini diikuti oleh sebelas negara bagian yang ada di Selatan dan dua puluh tiga negara bagian di Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun