Mohon tunggu...
Rismawati
Rismawati Mohon Tunggu... Guru - Universitas Negeri Malang

Sekali-kali jangan pernah mengaku paling suka membaca, jika menulis satu kalimat saja kamu tau bisa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bidang Studi Pekerjaan Sosial PPG Prajabatan Universitas Negeri Malang Gelombang 1 Tahun 2023 Mengadakan Diklat Wawasan Kebhinekaan Global

11 Januari 2024   19:07 Diperbarui: 11 Januari 2024   19:56 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto Pribadi

Rabu, 10 Januari 2024 Bidang Studi Pekerjaan Sosial PPG Universitas Negeri Malang Gelombang 1 Tahun 2023 mengadakan Diklat Wawasan Kebangsaan Global (WKG). Diklat ini diadakan dari pukul 07.15-14.30 WIB di gedung A20.414 Universitas Negeri Malang. Diklat WKG ini diisi oleh dua orang pembicara selaku dosen pada Bidang Studi Pekerjaan Sosial PPG Prajabatan UM, yaitu Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp.,M.Pd. dan Bapak Agung Witjoro, S.Pd.,M.Pd. Kegiatan diklat WKG ini dibuka dengan cara mahasiswa mengerjakan soal pre test sebanyak 12 soal.

Diklat WKG adalah pelatihan yang diberikan kepada calon guru profesional dalam rangka pemahaman mendalam mengenai kebangsaan, baik itu kebangsaan global, kebangsaan Indonesia, hingga mengenali diri sendiri sehingga semakin mengenali unsur budaya dan nilai-nilai yang melekat pada bangsa Indonesia. Diklat ini bertujuan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme yang berkebhinekaan dalam diri calon guru sehingga ketika melakukan pembelajaran bisa memberikan yang terbaik.

Penyelenggaraan diklat WKG ini terdiri dari 5 topik, setiap topik memuat 5 alur pembelajaran, yaitu:

Mulai dari diri: Mengajak peserta memahami masalah berdasar pengalaman diri sendiri, di sini akan ada pertanyaan pemantik yang bersifat reflektif untuk membantu peserta memahami konteks persoalan.

Aktivitas: Memberikan konteks yang lebih nyata kepada peserta lewat permainan, peserta akan terlibat dalam permainan ini dan merasakan langsung akan problem yang dihadapi.

Refleksi: Menceritakan secara jujur kesan yang didapatkan dari permainan (minigame) yang baru diikuti, dan menkonstruksikannya dalam pengalaman hidup masing-masing peserta.

Anggitan: Mengetengahkan ide/gagasan terkait keragaman, menyuguhkan data dan fakta serta teori, kejadian atau peristiwa terkait kebinekaan dalam konteks global, serta dampak dari adanya keragaman pada diri sendiri.

Implementasi: Mengajak kepada peserta mengimplementasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari.

Topik yang dibahas pada diklat WKG terdiri dari 5 topik, yaitu kebhinekaan, kebhinekaan global, kebhinekaan nasional (Indonesia), kebhinekaan dalam diri sendiri, kebhinekaan dalam skala sekolah, menuju sekolah damai.

Topik 1: Kebhinekaan Global

Topik mengenai kebhinekaan global dibawakan oleh Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp.,M.Pd. Topik ini membahas tentang dunia yang berwarna. Dunia yang berwarna di sini maksudnya adalah keberagaman yang ada di seluruh dunia, mulai dari beragamnya ras, suku, bangsa, budaya, kepercayaan, dan lain sebagainya. dalam kebhinekaan global dijelaskan bahwa pentingnya ada sebuah toleransi dalam masyarakat yang beragam. Jika di suatu daerah tidak ditemukan toleransi, maka daerah tersebut akan kesulitan mencapai kedamaian. Toleransi dengan orang yang berbeda dengan kita sangat dibutuhkan dalam dunia abad ke-21 saat ini. Hal itu dikarenakan kembali ke hakikat manusia sebagai makhluk social yang tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Maka toleransi terhadap keberagaman yang ada di dunia ini wajib dilakukan.

Topik 2: Kebhinekaan Nasional (Indonesia)

Topik mengenai kebhinekaan nasional (Indonesia) masih disajikan oleh Ibu Dr. Susi Milwati, S.Kp.,M.Pd. Pembahasan pada topik ini mengenai memahami konsep dasar kebhinekaan nasional yang menciptkan negeri yang harmoni. Harmoni di sini maksudnya adalah negeri yang penuh toleransi. Toleransi dibagi menjadi 2, yaitu toleransi murah dan toleransi mahal. Toleransi murah diartikan sebagai toleransi yang biasa dilakukan oleh manusia. Misalnya berteman dengan semua orang tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan sebagainya. Sedangkan toleransi mahal adalah toleransi yang dilakukan secara ekstrem. Toleransi mahal adalah dia yang mendahulukan kepentingan kelompok lain dibandingkan kelompoknya sendiri meskipun dia akan menjadi korban dari toleransi yang dilakukannya tersebut. Dalam kehidupan berbangsa kita bisa memilih toleransi seperti apa yang akan dilakukan, tentunya ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Topik 3: Kebhinekaan dalam Skala Pribadi

Topik tentang kebhinekaan dalam skala pribadi sampaikan oleh Bapak Agung Witjoro, S.Pd.,M.Pd. yang membahas tentang cara yang bisa dilakukan untuk memahami identitas diri sendiri. Sebagai calon seorang guru, perlu bagi kita untuk memahami diri sendiri sebelum mencoba untuk memahami orang lain. Selain itu diperlukan untuk menghapus ataupun mengurangi berbagai prasangka yang bermunculan di dalam diri kita. Beberapa prasangka akan membuat kita menjadi seseorang yang sesak oleh pikiran negatif dan tentunya akan merusak emosi dalam menikmati hidup. Kebhinekaan dalam skala pribadi ini juga mengharuskan untuk menghargai keberagaman yang ditemui di sekitar lingkungan kita. Jangan sampai keberagaman menimbulkan perpecahan dan menimbulkan diskriminasi.

Topik 4: Kebhinekaan dalam Skala Sekolah

Topik kebhinekaan dalam skala sekolah juga disajikan oleh Bapak Agung Witjoro, S.Pd.,M.Pd. Topik ini membahas bagaimana seorang guru bertindak dalam menghadapi berbagai keberagaman yang ada di sekolah. Seorang guru harus memahami latar belakang setiap peserta didiknya untuk mengatur strategi pembelajaran seperti apa yang sesuai diberikan. Keberagaman di saat mengajar juga bisa diatasi oleh guru melalui pembelajaran yang menarik, misalnya dengan cara memberikan ice breaking dan permainan tentang kebhinekaan sehingga menambah wawasan serta mendorong terbentuknya toleransi di antara peserta didik.

Topik 5: Menuju Sekolah Damai

Topik ini juga disajikan oleh Bapak Agung Witjoro, S.Pd.,M.Pd. melalui permainan ancaman, kerentanan, dan kapasitas. Setiap kelompok disuruh untuk memilih kartu secara acak sesuai dengan aturan permainan. Hasil akhir kartu terbanyak akan dijumlahkan, kartu ancaman dikalikan dengan kartu kerentanan kemudian dibagi dengan banyak kartu kapasitas. Hasilnya adalah ciri sekolah yang mungkin saja akan terjadi sesuai dengan pilihan dan aktivitas yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Untuk menuju sekolah yang damai, seorang guru harus memahami berbagai konsep sekolah yang damain itu seperti apa. Guru harus banyak mencari informasi yang bisa dijadikannya motivasi untuk menciptakan lingkungan sekolah yang damai, damai dalam artian pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh peserta didik.

Kegiatan diklat ini berakhir setelag penyampaian topic 5 selesai. Setelah penyajian materi dan melakukan implementasi dari semua topic, kegiatan diklat ditutup dengan cara refleksi antara dosen dan mahasiswa. Setelah refleksi dilakukan mahasiswa PPG Prajabatan sebagai peserta diklat mengerjakan soal post test yang telah disediakan oleh pihak UM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun