Mohon tunggu...
Risma Risansyah
Risma Risansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bimbingan dan Konseling

Saya merupakan mahasiswa PPG Prajabatan Bimbingan dan Konseling.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Guru dalam Merdeka Belajar Sesuai Gagasan Ki Hajar Dewantara

1 Juni 2024   19:01 Diperbarui: 1 Juni 2024   19:10 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkembangan pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan tidak terlepas dari pengaruh kolonial. Dimana pada saat itu pendidikan hanya ditujukan untuk orang-orang golongan atas saja. Diskriminasi sangat kental karena para orang kaya dan berkedudukan saja yang diberi izin untuk bersekolah. 

Kondisi perjalanan pendidikan indonesia yang dianggap tidak adil ini lah melahirkan para pejuang seperti Ki Hajar Dewantara untuk membangun sejarah pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi. Ki Hajar Dewantara muncul untuk menentang seluruh sistem diskriminasi yang terjadi dalam lembaga pendidikan. Segala usaha beliau akhirnya membuahkan hasil yang cukup menggembirakan bagi rakyat biasa karena mereka akhirnya dapat mengenyam pendidikan.

Memasuki masa kemedekaan, pendidikan sudah mulai berkembang pesat daripada sebelumnya, dimana gedung-gedung pendidikan banyak dibangun, kurikulum mulai dibentuk, dan usaha pemerataan pendidikan terus digalakan. Berbagai sistem pendidikan telah dilewati mulai dari pembelajaran berpusat pada kompetensi sampai saat ini berpusat pada siswa dan kodratnya. 

Pendidikan Abad ke-21 ini berfokus pada kemerdekaan siswa. Artinya, siswa berhak memperoleh kebebasan dalam pembelajaran. Guru mampu menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi.

Seorang guru harus mampu memahami makna dasar dari sebuah pendidikan. Di Indonesia, konsep pendidikan telah dicetuskan dan diperjuangkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang saat ini dikenal dengan Bapak Pendidikan Indonesia. Banyak gagasan Ki Hajar Dewantara yang menjadi dasar bagi terciptanya pendidikan di Indonesia hingga kini, salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mendeskripsikan pendidikan sebagai usaha untuk menuntun segenap kekuatan kodrati atau dasar yang ada pada anak sebagai induvidu maupun sebagai anggota masyarakat (Tarigan, dkk, 2022:150). 

Dengan adanya pendidikan diharapkan mampu membantu peserta didik agar dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Tugas seorang guru dalam pendidikan adalah sebagai fasilitator bagi perkembangan setiap peserta didik di sekolah.

Setiap gagasan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara ternyata berbanding lurus dengan berbagai teori psikologi perkembangan manusia. Sebagai contoh, Ki Hajar Dewantara memiliki pemikiran bahwa konsep belajar seorang anak dikenal dengan istilah Tri No atau Tri Nga yaitu:

  • Nonton, yang berati suatu proses melihat sesuatu dengan panca indra.
  • Niteni artinya menandai atau mencermati yang ditangkap oleh panca indra.
  • Nirokke artinya meniru.

Konsep pemikiran tersebut pada dasarnya merupakan sebuah gejala psikologis yang dialami oleh manusia dalam mendapatkan pengetahuan atau perubahan perilaku. Nonton berarti masuk dalam konsep kognitif, dimana setiap individu berawal dari melihat untuk mengetahui sesuatu. Kemudian, informasi yang diterima oleh panca indera tesebut di tandai, dicermati, dihayati sebagi proses niteni atau afektif, dan pada akhirnya individu akan menirukan (Nirroke) informasi tersebut sebagai proses dari psikomotor. 

Selain itu, konsep belajar Tri No juga selaras dengan teori belajar behavioristik yang digagas oleh Albert Bandura yaitu pentingnya proses mengamati dan meniru dalam perubahan perilaku pada individu. Berdasarkan konsep pemikiran tersebut dijelaskan bahwa setiap individu akan meniru atau melakukan sesuatu berdasarkan apa yang mereka amati. 

Dalam implementasi pendidikan, gagasan tersebut menjadi kunci seorang guru dalam menjadi fasilitator bagi peserta didik. Dimana seorang guru perlu menjadi teladan agar peserta didik mendapatkan sosok yang baik untuk ditiru. Pembentukan perilaku positif dapat berawal dari diri seorang guru, yang pada akhirnya perilaku tersebut akan dijadikan contoh kemudian ditiru oleh peserta didik.

Konsep pendidikan berdasarkan Ki Hajar Dewantara yaitu sistem among. Among memiliki arti yaitu memberikan sebuah pengajaran dengan berfokus pada peserta didik. Sebagai seorang guru dilarang untuk melanggar kodrat alam dan zaman yang dimiliki oleh setiap generasi. Individu harus dikembangkan sesuai dengan dirinya meliputi kemampuan, minat, kondisi lingkungan, serta perkembangan zaman. 

Oleh karena itu, sistem pendidikan selalu mengusung konsep merdeka, yang artinya pendidikan yang diselenggarakan harus mampu memerdekakan setiap peserta didik. Merdeka artinya peserta didik memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya, dengan kata lain seorang guru sebagai pamong harus mampu membantu peserta didik untuk menjadi dirinya sendiri.

Tiga pilar pendidikan yang perlu dilakukan oleh seorang pamong yaitu:

  • Ing ngarsa sung tuladha, sebagai seorang guru harus mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didik karena para guru ini akan menjadi contoh.
  • Ing madya mangun karsa, bermakna seorang pamong harus mampu memberikan atau membangun ide bagi para peserta didik.
  • Tutwuri Handayani, seorang pamong perlu memberikan dorongan atau motivasi belajar untuk peserta didik.

Berpacu pada pilar tersebut akan menciptakan seorang pamong atau guru yang mampu menciptakan sebuah peradaban dengan generasi penerus yang berkualitas.          

Pada awalnya sekolah yang dikonsepkan oleh Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan nama Taman Siswa adalah tempat yang menyenangkan. Namun, pada kenyataannya hingga saat ini sekolah belum berhasil menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa. 

Masalah bolos sekolah masih menjadi masalah jenuh yang tidak akan ada habisnya. Hal tersebut membuktikan bahwa masih banyak siswa yang mengaggap sekolah adalah kegiatan yang kurang menarik. Kondisi tersebut perlu dikaji lebih mendalam mengenai metode atau kurikulum yang mungkin belum berhasil.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara berfokus pada siswa namun tidak memberikan perhatian mengenai bagaimana cara guru dalam menopang tugas tersebut. Dalam seluruh gagasan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara belum ada yang fokus pada bagaimana cara mengembangkan potensi atau kompetensi seorang guru agar mereka mampu bertugas sesuai dengan konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu berfokus pada siswa sehingga mampu memfasilitasi siswa dalam mengembangkan potensinya dengan maksimal.

Referensi

Tarigan, dkk. 2022. Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Perkembangan Pendidikan

di Indonesia. Jurnal Mahaguru.

Irawati, dkk. 2022. Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan

Vokasi di Era Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Mandala.

Sugihartono, dkk. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun