Perlahan sosok Donna menggerakkan  cutter melintang menggores leherku. Rasa sakit mulai menjalar seiring menetesnya darahku. Aku memejamkan mata dan berserah pada Allah SWT. Teringat pula wajah kedua orangtuaku yang belum sempat aku bahagiakan.
"Hentikan! Biar Aku saja yang mati!" Tiba-tiba Sukma berteriak sambil menahan tangan sosok Donna yang memegang cutter. Ajaib! Tindakan Sukma itu menghentikan aksi sosok Donna menggorok leherku. Pandangan sosok Donna beralih menatap Sukma.
"Kau rela mati untuk dia?" tanya sosok Donna.
"Kalau mas Andra mati, hidupku tak akan ada artinya lagi. Jadi lebih baik Aku saja yang mati," teriak Sukma.
Aku tak menangkap ada gertakan dalam ucapannya. Sebenarnya Aku merasa tersanjung ada orang yang rela mati untukku. Namun situasinya sungguh tak tepat. Â Â Â
Sosok Donna membanting tubuhku ke lantai, membuat kepalaku membentur lantai. Dalam kondisi kesadaran yang makin lemah, kulihat sosok Donna memegang leher Sukma. Sosok Donna lalu melekatkan cutter yang hampir saja membunuhku. Tak lama kemudian kudengar suara teriakan lalu segalanya gelap.
*** Â Â Â
Atas bantuan koh Akew, Aku mendapat pekerjaan baru. Dj vu sebenarnya. Pekerjaan yang sama, hanya beda tempat. Fantasia, itu nama tempat kerjaku yang baru. Kuharap tak ada hal-hal aneh disini. Dan ini malam pertama Aku tidur di tempat kerja yang baru. Tempatnya lebih besar dari kamarku di La Viola. Goodnight Andra, have a nice dream.
Aku terbangun oleh suara air yang mengalir dari room sebelah kamarku. Dalam kantuk yang masih mendera, Aku berjalan menuju room sebelah. Kusibakkan tirai dan seketika rasa kantukku lenyap. Sosok siapa lagi ini!  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H