Gendis yang pertama menyadari Aku siuman. Gadis ayu itu menghambur ke arahku. Ia duduk disampingku dan memegang tanganku. Ah, Gendis.... Jika saja.... Ah sudahlah, Aku tak mau berandai-andai.
"Mas Andra sudah sadar? Bagaimana keadaan mas Andra?" tanya Gendis seraya mendekatkan wajahnya pada wajahku. Wangi Issei Miyake Gendis layaknya tonik bagiku. Dengan payah dan dibantu oleh Gendis, Aku akhirnya bisa duduk. Mba Lesti, Wulan, dan koh Akew mendekatiku dan berdiri disisi ranjang.
"Jadi..., semua ini bukan yang pertama kali terjadi? Tolong ceritakan semuanya. Kali ini jangan ada yang disembunyikan," kataku seraya menatap mereka satu persatu. Semuanya memalingkan wajah, kecuali koh Akew. Pria berkumis tipis itu menatapku dingin.
"Baiklah..., sepertinya tidak ada alasan lagi untuk menutupi kejadian yang sebenarnya," ujar koh Akew. Ia lalu menceritakan kejadian sebelumnya. Kejadian yang sama dengan yang Aku alami saat ini. Dan semuanya makin jelas kini. Walau solusinya akan merugikan posisiku, Aku bisa sedikit bernafas lega.Â
"Masalahannya kini, belum ada yang mengaku. Mereka bertiga menyangkal. Bagaimana menurut Lo?" tanya koh Akew. Benar apa yang dibilang koh Akew, kepingan puzzle terakhir belum ditemukan.       Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H